Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh: FX Bambang Kussriyanto
Mrk 6:1-6 Hikmat Allah di Nazaret
6:1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. 2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? 3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. 4 Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” 5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. 6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. 6b Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
↘↘↘
[Perikop Mrk 6:1-6 – digunakan dalam Liturgi pada hari Rabu dalam Pekan Biasa IV dan pada Hari Minggu Biasa XIV – Tahun B]
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia (ay 1). Di kota asalNya, Nazaret, Yesus mengajar di sinagoga. Adalah kebiasaan Yesus pergi setiap Sabat ke sinagoga untuk beribadah, membaca kitab suci dan menjelaskan isinya di hadapan tetangga sekota. Orang takjub atas isi ajaranNya. Kebenaran ajaran Yesus diterima dan diakui sekaliber “hikmat” Allah. Mungkin juga penduduk kota kecil Nazaret juga sudah mendengar tentang mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus di tempat-tempat lain. Alih-alih bangga karena warga kota mereka begitu hebat, mereka justru menggugat dari mana semua pengetahuan dan kuasa itu berasal. “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? (ay 2).
Mereka mengenal latar belakang pekerjaan dan keadaan keluarga Yesus yang sederhana. “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia” (ay 3). Mereka menimbang “bibit” Yesus. Dan bagi mereka pekerjaan “tukang kayu”, tampilan ibuNya Maria, serta semua kerabatNya dinilai rendah. Dan “bibit” yang sesederhana itu dianggap tidak mungkin memangku “bobot” penampilan Yesus sekarang yang begitu keren. Bahwa Ia sekarang diakui sebagai seorang rabi terkenal dan punya banyak murid. “Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?” (ay 2).
Orang-orang yang paling keras mengritik kita seringkali adalah orang-orang yang sangat kita kenal, anggota keluarga kita, saudara, kerabat atau tetangga yang sering kita temui. Demikianlah Yesus menghadapi ujian berat ketika dia kembali ke kampung halamannya, bukan sebagai tukang kayu, tetapi sekarang sebagai seorang rabi yang datang bersama murid-muridnya. Penduduk Nazaret kecewa, tidak bisa menerima tampilan Yesus sebagai seorang rabi pengajar sekarang karena asal-usulNya begitu sederhana. Bukan dari kalangan terpelajar yang mampu menyekolahkan Yesus di rumah pendidikan asuhan para rabi Yahudi yang ternama dan diakui. Dan kekecewaan itu menjadi sumber ketidakpercayaan mereka pada Yesus dan penolakan mereka padaNya. Mereka jadi sinis dan menganggap Yesus membual omong besar. Dari Injil lain kita mendapat penjelasan bahwa waktu itu Yesus menerapkan perkataan nabi Yesaya untuk diriNya (Yes 61:1-2): “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang!” … kataNya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk 4: 18-19.21).
Yesus menerima perlakukan mereka dengan penuh pengertian. Yesus mengeluh karena sikap mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (ay 4).
Mujizat dibuat untuk menumbuhkan iman. Yesus tidak dapat melakukan mujizat di tengah-tengah mereka karena mereka tertutup dan tidak percaya kepada-Nya (ay 5). Jika tidak menumbuhkan iman kepada Allah yang memberi kuasa untuk tindakan yang menakjubkan, mujizat tidak berguna. Sementara di tempat-tempat lain Yesus dan mujizat yang dilakukanNya menumbuhkan pujian kemuliaan kepada Allah dan iman, di Nazaret tidak. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (ay 6a) Tapi Yesus tidak berhenti karena kegagalan. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. (ay 6b) Ia terus bekerja dan bekerja.
“Ya Yesus, Engkau pemenuhan semua harapan dan keinginan kami. Roh-Mu memberi kami rahmat, kebenaran, kehidupan, dan kebebasan. Penuhi aku dengan sukacita Injil dan kobarkan hatiku dengan cinta dan semangat demi Engkau dan untuk Dikau.”
Mrk 6:7-13 Yesus Mengutus Duabelas Murid
6:7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, 8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, 9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. 10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. 11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” 12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.
↘↘↘
[Perikop Mrk 6:7-13 – digunakan dalam Liturgi pada Hari Minggu Biasa XV – Tahun B]
Yesus memanggil ke-12 murid dan mengutus mereka berdua-dua (ay 7). Hal itu dilakukan Yesus sesudah mengalami penolakan di tempat asalnya. Sementara di tempat-tempat lain mujizat yang dilakukanNya menumbuhkan pujian kemuliaan kepada Allah dan iman, di Nazaret tidak. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (ay 6a) Tapi Yesus tidak berhenti karena kegagalan. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. (ay 6b) Ia terus bekerja dan bekerja. Kiranya sudah tiba saatnya Ia mengerahkan tim kerja yang dikembangkanNya. Ke-12 murid perlu diuji-coba melalui tugas perutusan, diikutsertakan dalam misi perutusanNya sendiri. Maka Ia melengkapi mereka dengan segala keperluan. Ia “memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat” (ay 7) dalam rangka mewartakan “pertobatan karena Kerajaan Surga sudah dekat” dan iman pada Injil Allah. Sama seperti Yesus sang Guru, tentulah mereka diutus mewartakan Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah adalah masyarakat laki-laki dan perempuan yang beriman kepada Allah dan menghormati Dia sebagai Raja dan Tuhan mereka. Pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah disertai dengan tanda-tanda dan keajaiban. Orang-orang disembuhkan seutuhnya baik secara rohani, maupun secara fisik. Yesus menugaskan murid-muridNya untuk melanjutkan pekerjaan yang telah Dia lakukan — menyampaikan firman Allah dan memberikan kuasa penyembuhan kepada mereka yang lelah dan terlantar. Dalam pemilihan kedua belas rasul kita melihat ciri khas pekerjaan Allah: Yesus memilih orang-orang yang sangat biasa. Mereka bukan profesional, tidak punya kekayaan atau jabatan. Mereka dipilih dari masyarakat biasa yang melakukan hal-hal biasa, tidak memiliki pendidikan formal khusus, dan tidak memiliki keunggulan sosial. Yesus menginginkan orang-orang sederhana yang dapat menerima suatu tugas dan melakukannya dengan sangat baik. Dia memilih mereka, bukan karena siapa mereka, tetapi karena mereka mau menjadi utusan menurut arahan dan kuasaNya. Ketika Tuhan memanggil kita untuk melayani, kita tidak perlu berpikir bahwa kita tidak punya sesuatu pun untuk diberikan. Tuhan mengambil apa saja yang dapat disediakan oleh orang biasa seperti kita, dan menggunakannya untuk kemuliaan kerajaan-Nya.
Yesus juga membekali para murid dengan instruksi kerja. Kepada para murid Yesus telah mengajarkan agar percaya pada penyelenggaraan Allah. Maka Ia memerintahkan mereka untuk berpergian ringan “dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju” (ay 8). Yesus menghendaki para murid bergantung pada Allah, bukan pada diri sendiri. Mereka tidak boleh meribetkan materi, jangan sampai materi menjadi ganjalan dalam karya perutusan.
Hadir, bertekun dan bertahan di suatu tempat dan menjadikan tempat suatu pusat yang memancarkan iman merupakan prinsip perutusan para murid. “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu” (ay 10). Move on. Cari lagi dan kembangkan tempat baru. Bagaimana jika ditolak? Bergerak terus jangan terpaku pada sesuatu kegagalan. “Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka” (ay 11). Jika ada yang menolak kebaikan Allah dan menolak firman-Nya, d situ iman tidak akan tumbuh; bagi penabur selanjutnya bukan tanggungjawabnya, mereka sendirilah yang akan merugikan diri mereka sendiri.
Markus menyampaikan laporan singkat tentang para murid yang diutus Yesus: “Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (ay 12-13).
“Yesus yang baik, jadikan aku saluran kasih karunia-Mu dan rahmat yang menyembuhkan agar orang lain dapat menemukan hidup dan kebebasan di dalam Engkau. Bebaskan aku dari semua keterikatan agar aku dapat dengan gembira menghadirkan keselamatan dari Allah. Semoga aku menjadi saksi sukacita Injil baik dalam perkataan maupun perbuatan.”
Mrk 6:14-28 Yesus dan Kematian Yohanes Pembaptis
6:14 Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” 15 Yang lain mengatakan: “Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan: “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” 16 Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.” 17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” 19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, 23 lalu bersumpah kepadanya: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” 24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!” 25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” 26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
↘↘↘
[Perikop Mrk 6:14-20 digunakan dalam Liturgi pada hari Jumat dalam Pekan Biasa IV dan pada 29 Agustus – Tahun B, peringatan kematian Yohanes Pembaptis]
Berita-berita tentang Yesus sampai di telinga Herodes Antipas. Dia putera Herodes Agung dan Maltake. Antipas adalah salah satu putera Herodes Agung yang bernasib baik karena masih bisa bertahan hidup. (Herodes Agung membunuh anak-anaknya sendiri yang dicurigai akan memberontak padanya). Setelah kematian ayahnya, Antipas mengejar ambisinya atas wilayah Yudea, tetapi oleh Kaisar Augustus (memerintah Kekaisaran Roma tahun 27 SebM- 14M) yang menjajah Palestina, ia hanya dijadikan raja wilayah (tetrarka) di Galilea dan Perea dari tahun 4 SM hingga 39M. Seperti ayahnya, ia melaksanakan suatu program pembangunan wilayah; ia mendirikan kota Tiberias dan memerbaiki Seforis. Seperti ayahnya ia juga berhasil mendapatkan dukungan para Kaisar, terutama Tiberius (memerintah tahun 14-37) yang memercayakan kepadanya pengawasan atas para pejabat utusan Roma di Timur. Ia akhirnya menikah dengan puteri raja Nabatea, Aretas IV, tetapi kemudian menceraikan isterinya itu karena mabuk kepayang dan selingkuh dengan isteri saudaranya yang masih keponakannya sendiri, Herodias.
Ketika mendengar tentang Yesus dan pengajaran serta semua yang dilakukanNya, sementara orang lain mengidentikkan Yesus dengan nabi-nabi, Herodes Antipas dihantui-bayangan Yohanes Pembaptis. ia berkata: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi” (ay 17). Ia mengenali Yesus berdasar khotbah dan tindakanNya sebagai Yohanes Pembaptis yang sudah mati tapi kini bangkit. “Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” (ay 17-18). Yohanes Pembaptis mengecam perkawinannya dengan isteri saudaranya, Filipus, sementara Filipus masih hidup (bertentangan dengan Im 18:16; 20:21: “Janganlah kau singkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki” – “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki” ). Herodes dendam kepada Yohanes Pembaptis karena ditegor nabi itu dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat (ay 19), sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia (ay 20).
Markus membuat hubungan paralel antara Yesus dengan Yohanes Pemandi dalam hubungan dengan penguasa Galilea Herodes Antipas. Yesus dan Yohanes Pemandi sama-sama mewartakan Kerajaan Allah dan pertobatan. Yesus dan Yohanes Pemandi sama-sama mengajar tatanan moral dalam hidup sehari-hari. Yesus dan Yohanes Pemandi sama-sama dianggap nabi dan punya banyak pengikut. Karena teguran yang keras atas kehidupan moral yang tidak benar, keduanya berbenturan dengan para penguasa. Dan kini Herodes Antipas menganggap Yesus sama dengan Yohanes Pembaptis yang padanya ia menaruh dendam. Tak urung Yohanes Pembaptis dibunuhnya juga karena desakan pihak lain yang menguasai hatinya. Pada pesta hari ulang tahun Herodes, “anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” (ay 22-23) Karena hasutan Herodias, ibunya, anak yang bernama Salome itu berkata “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya (ay 25-28).
Murid-murid Yohanes datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan (ay 29).
Markus menempatkan kisah Yohanes Pembaptis untuk menyiapkan secara halus pembaca Injilnya, semacam proyeksi ke masa depan, bahwa nabi-nabi Kerajaan Allah memiliki pengalaman yang sama. Setelah ditolak penduduk Nazaret, Yesus menjadi perhatian Herodes Antipas, dan melalui penguasa seperti Herodes, Yesus juga akan mengalami penderitaan yang sama dengan Yohanes Pembaptis. Ditangkap, disiksa, dibunuh itupun akan menjadi pengalaman Yesus juga, sebagai konsekuensi mewartakan Kerajaan Allah.
“Allah, Bapa Surgawi, bentuklah dalam diriku keserupaan dengan Putra-Mu dan tanamkan kehidupan-Nya di dalam diriku agar aku dapat menjadi seperti Dia dalam perkataan dan perbuatan. Bantulah aku untuk menjalankan Injil dengan setia dan berilah aku kekuatan dan keberanian untuk maju terus kendati menghadapi kesulitan dan pencobaan.”
Mrk 6:30-34 Gembala Agung
6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. 32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. 34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
↘↘↘
[Perikop Mrk 6:30-34 –digunakan dalam Liturgi pada hari Sabtu dalam Pekan Biasa IV dan pada Hari Minggu Biasa XVI – Tahun B]
Entah berapa lama para murid yang diutus Yesus melaksanakan tugas yang diperintahkan kepada mereka. Seperti suatu cakram rekaman yang diakselerasi, Markus menyingkat waktu dan tiba-tiba melaporkan bahwa para murid itu sudah kembali pulang. Murid-murid yang melaksanakan tugas perutusan pun sekarang diberi sebutan batu, mereka itu “rasul”. “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan” (ay 30). Rasul-rasul itu tentulah lelah dan perlu mengembalikan tenaga setelah perjalanan tugas mereka. Yesus peduli kepada keadaan mereka. “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat” (ay 31).
Para murid yang melakukan tugas sebagai rasul-rasul juga memerlukan masa jeda untuk merefleksikan pengalaman kerasulan yang masing-masing lakukan, tentang keberhasilan, kegagalan, peluang dan hambatan yang mereka alami demi perbaikan dan kemajuan di masa depan. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi (ay 32).
Namun orang banyak yang berkerumun di sekeliling Yesus tidak mau ketinggalan dan juga ikut bergerak. Mereka memang tidak mendapatkan perahu untuk mengikuti rombongan Yesus dan rasul-rasul itu. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka (ay 33a). Mereka bangkit, bergerak membentuk barisan panjang dan mengikuti Yesus dari kejauhan. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka (ay 33b).
Yesus dan rasul-rasulNya dari perahu melihat pergerakan barisan orang banyak yang mengikuti mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka (ay 34).
Apa yang timbul dalam pikiran berkenaan dengan gambaran gembala yang diperlukan orang banyak itu? Menggembala kawanan ternak adalah salah satu pekerjaan tertua di Israel, bahkan sebelum bertani, karena Bangsa Terpilih itu telah melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, tinggal di tenda, dan menggiring ternak mereka dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya. Memelihara domba merupakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keberanian besar. Kawanan ternak seringkali cukup besar, ribuan atau puluhan ribu domba. Kawanan ternak itumenghabiskan sebagian besar waktunya di alam terbuka. Mengawasi mereka membutuhkan banyak perhatian. Domba yang tersesat dari kawanannya harus dicari dan dibawa kembali oleh penggembala. Karena pencuri, perampok, hiena, serigala, dan binatang buas lainnya dapat menculik, merampas dan membunuh domba ternak, para penggembala sering kali harus berperang melawan mengamankan domba-domba dari ancaman bahaya. Seorang gembala benar-benar harus memerlukan kebutuhan makan minum dan kesehatan domba-dombanya. Domba dan gembalanya terus hidup bersama. Kehidupan mereka begitu erat terikat satu sama lain sehingga setiap domba, bahkan ketika bercampur dengan kawanan lain, dapat mengenali suara gembala mereka sendiri dan akan segera datang ketika dipanggil namanya.
Di sini Markus menyampaikan perspektif Gembala untuk Yesus yang tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka (ay 34). Suatu jawaban baru pada pertanyaan “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41). Sekarang pertanyaan itu bertambah lagi : “Siapa gerangan orang ini, sehingga pasukan roh jahat satu legiun pun taat kepada-Nya?” (Mrk 5:1-20)
“O Tuhan, Engkau menjaga dan melindungi kami dari segala kejahatan. Engkau mencukupkan kebutuhan hidup kami. Bantulah kami agar teguh berpegang pada firman-Mu dan percaya pada pertolongan-Mu dalam segala keadaan. Semoga kami selalu mendapatkan istirahat dan perlindungan dalam naungan kehadiran-Mu.”
Mrk 6:35-52 Yesus memberi makan 5000 orang dan berjalan di atas air
(6)
6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. 36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” 37 Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” 38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” 39 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. 40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. 41 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. 42 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. 6:43 Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. 44 Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. 45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.47 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. 48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. 49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,50 sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” 51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, 52 sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
↘↘↘
Mrk 6:35-52 –
Yesus bermaksud mencari tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mengikuti Dia berbondong-bondong dari tempat asal mereka. Mereka itu besar jumlahnya (ay 30-33). Maka Yesus tergerak oleh belas kasihan melayani mereka dengan memberikan ajaran pada mereka. Yesus menyambut mereka sebagai Gembala (ay 34). Ia mendahulukan kebutuhan orang-orang itu di atas segalanya. Belas kasihan-Nya menunjukkan betapa dalamnya kasih dan kepedulianNya pada semua orang yang benar-benar membutuhkan. Menjelang malam para murid mengingatkan Yesus bahwa orang-orang itu perlu makan dan meminta Yesus agar menyuruh mereka pergi ke desa-desa mencari makan (ay 36). Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan” (ay 37) Yesus menugasi para murid untuk menjadi gembala dan tuan rumah bagi orang banyak yang besar jumlahnya itu (ay 38). Seolah mengingatkan, anak-anak Kerajaan Allah menerima mereka yang datang dan melayani keperluan mereka yang “lapar”. Kamu harus memberi mereka makan.
Mengapa Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk melakukan hal yang tampaknya mustahil, yaitu memberi makan kepada orang banyak yang kelaparan padahal tidak ada persediaan makanan yang mencukupi? Seolah Yesus mau mengingatkan akan pengalaman perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Palestina di bawah perlindungan Tuhan. Dalam Kel 16 dan Bil 11 bangsa Israel dikenyangkan Allah dengan manna, roti yang diturunkan Allah dari langit (Kel 16:4).Orang Israel “berlarian kian kemari untuk memungutnya” (Bil 11:8).
Berkenaan dengan kenangan akan “roti”, setelah memeriksa, para murid memberi laporan: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Jumlah yang kecil untuk begitu banyak orang. Para murid tidak segera ingat akan pengalaman nabi Elisa di masa lalu, bagaimana jumlah roti jelai yang kecil jumlahnya yang tersedia, dihidangkan untuk banyak orang hingga kenyang bahkan masih ada sisa (2Raj 4:42-43). Yesus berkata: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” (ay 38)
Berbeda dari kenangan pengalaman Israel di masa lalu, Yesus yang membawa Kerajaan Allah kepada Israel bertindak sebagai tuan-rumah yang murah hati untuk mereka. “Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang” (ay 39). Yesus menunjukkan suatu tata-cara perjamuan yang baru. “Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua“ (ay 40-41). Seperti Nabi Elisa mengenyangkan seratus orang dengan dua puluh roti jelai dan masih meninggalkan sisa, lima roti yang disyukuri, diberkati, dipecah-pecahkan dan dibagikan Yesus bersama para murid mengenyangkan semua orang. “Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan (ay 42-43). Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki (ay 44). Angka dua belas bakul mengingatkan akan jumlah suku-suku Israel. Sedang bilangan lima ribu laki-laki yang makan mau menyatakan bahwa jumlah saksi kejadian itu banyak sekali. Semakin berlipat ganda jika para wanita dan anak-anak juga dihitung.
Tuhan mengambil sedikit yang kita miliki dan melipatgandakannya demi berbagi kebaikan kepada lebih banyak orang dan masih berlebih.
Atas prakarsa Yesus para murid dikirim mendahului berlayar menyeberangi danau, dan membubarkan orang banyak (ay 45). Ada alasan mendesak untuk itu. Dari Injil lain dikatakan bahwa orang banyak itu setelah Yesus menggandakan roti secara ajaib, mau menjadikan Yesus Raja (Yoh 6:5). Para murid dikirim pergi ke sisi timur Danau supaya tidak terpengaruh entusiasme publik. Setelah Ia berpisah dari mereka, dan perahu mereka sudah sampai di tengah danau, Ia pergi ke bukit untuk berdoa sendirian (atau gunung, tempat perjumpaan dengan Allah, Kel 19:20; 1Raj 10) dan di sana berdoa hingga dini hari (ay 48). Sementara itu perahu para murid diterjang angin dari depan (sakal) yang membuat gelombang besar dan menahan lajunya. Yesus melihat mereka payah mendayung. Perhatian pertama-tama diberikan kepada “perahu” yang nanti menjadi lambang Gereja. Dan angin sakal dapat dibandingkan dengan kekuatan yang menghalangi kemajuan Gereja. “Maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.” (ay 48). Pembagian waktu pada masa itu malam hari mulai dari pkl 18.00 hingga 06.00. Setiap tiga jam kentongan dipukul. Pukulan kentongan ketiga berarti antara pkl 24.00 – pkl 03.00. Penanda waktu menunjukkan saat itu gelap. Dalam situasi gelap “ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut” (ay 49-50). Tampaknya dalam situasi krisis ringan, gejolak kecil, mereka belum dapat berpikir tenang dan berpegang pada iman. Segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” 51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah (ay 50-51). Ungkapan “Aku ini” mengingatkan kepada pernyataan diri Tuhan kepada Musa (Kel 3:14) dan di sini ungkapan itu digunakan Yesus sebagai pernyataan jati diriNya yang sejati. Dialah Tuhan yang dalam kisah Penciptaan “melayang-layang di atas air (Kej 1:2).
Markus melukiskan reaksi para murid, “mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil (ay 51). Mereka belum sempat mengolah dalam hati dan menarik pelajaran serta hikmat dari peristiwa perbanyakan roti untuk menjawab pertanyaan mereka sendiri siapa Yesus yang dapat melakukan semua mujizat itu. “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41). “Siapa gerangan orang ini, sehingga pasukan roh jahat satu legiun pun taat kepada-Nya?” (Mrk 5:1-20). Sekarang pertanyaan itu bertambah lagi : “Siapa Yesus ini yang sanggup menggandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan 5000 orang dan berlebih duabelas bakul?” (Mrk 6: 21-34) dan sekarang “Siapa Yesus ini yang mengatasi kodrat alam mampu berjalan di atas air?” (Mrk 6: 48-49)
Perikop ini merupakan pelajaran bagi Gereja, yaitu murid-murid dan para pengikut Yesus, agar mereka semakin mengenal Yesus dan memantapkan iman kepercayaan mereka pada Yesus Tuhan yang selalu menyertai. Dengan kemantapan iman itu perahu Gereja akan dapat melaksanakan misi menggembalakan jemaat dan mengatasi badai dan gelombang yang merintangi jalannya. Yesus dengan kuasa Kerajaan Allah yang dibawaNya setia memberi pertolongan. Demikianlah setelah pagi tiba, di Genesaret iman kepada kuasa Yesus menyembuhkan orang-orang hanya dengan sekedar menyentuh jumbai jubahNya saja (ay 56)
Mrk 6:53-56 Kehadiran Keselamatan Allah
6:53 Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. 54 Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. 55 Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. 56 Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
↘↘↘
[Perikop Mrk 6:53-56 – digunakan dalam Liturgi pada hari Senin dalam Pekan Biasa V]
Injil Markus mencatat ketika Yesus turun dari perahu, orang-orang langsung mengenaliNya (ay 53-54). Namun apa yang mereka kenali dalam diri Yesus? Seorang rabi, nabi, penyembuh, Mesias, Anak Allah? Sementara ini mereka mengakui bahwa Yesus mempunyai kuasa dari Allah untuk menyembuhkan dan memulihkan seluruh tubuh, anggota tubuh, pikiran, dan hati yang terserang penyakit, penderitaan, dan dosa (ay 55). Yesus selalu siap memenuhi kebutuhan sehingga mereka mendekatinya di mana saja di desa, di kota, di kampung bahkan di pasar dengan keyakinan yang penuh pengharapan. Bahkan ada iman dalam keyakinan hati mereka bahwa hanya dengan menyentuh pinggiran pakaianNya saja penderitaan mereka diangkat dan mereka dipulihkan (ay 56).
Di mana saja Yesus hadir dan berada dan ada iman serta harapan padaNya, di situ terwujud keselamatan dari Allah.
Percaya dan bersandar pada Tuhan yang bertindak dalam hidup kita hanya mungkin dilakukan melalui rahmat dan pertolongan Roh Kudus yang menggerakkan hati dan mengubahnya, membuka mata pikiran dan membantu kita memahami, menerima, dan percaya pada Yesus Tuhan. Bagaimana iman bertumbuh? Dengan keterbukaan mendengarkan firman Tuhan dan merenungkannya dalam hati agar kita dapat mengikuti Dia dengan setia dan melayani Dia dengan murah hat.. Iman juga tumbuh melalui ujian dan ketekunan. Tuhan tidak pernah terlalu jauh atau terlalu sibuk untuk kita jumpai dengan segala berkat karunia-Nya.
“Tuhan Yesus, biarlah hatiku bersorak kegirangan atas kehadiran-Mu. Beri aku mata iman untuk mengenali kehadiran-Mu dan penuhi aku dengan Roh Kudus-Mu agar aku dapat berjalan di jalan kasih dan kedamaian-Mu.”
Kembali ke Injil Markus Pengantar
Kembali ke Injil Markus 5
Lanjut ke Injil Markus 7