Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh: FX Bambang Kussriyanto
Mrk 3:1-6 Lumpuh yang sembuh dan Persekongkolan
3:1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. 2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. 3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” 4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. 5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. 6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
↘↘↘
[Perkop Mrk 2:23—3:6 atau 2:23-28 – digunakan dalam Liturgi pada hari Selasa dalam Pekan Biasa II dan pada Hari Minggu Biasa IX – Tahun B; Mrk 3:1-6 pada hari Rabu dalam Pekan Biasa II]
Dalam perikop sebelumnya (Mrk 2:23-28) Yesus berkata bahwa “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
Sementara itu di rumah ibadat atau sinagoga masih berlangsung ibadat jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian Mazmur dan pembacaan doa-doa. “Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya” (ay 1). Markus tidak menulis bahwa Yesus kali ini datang untuk mengajar. Namun Ia berada di antara jemaat. Orang memerhatikan Dia bukan karena ajaranNya, tetapi tindakanNya. Mereka yang kecewa padaNya dalam beberapa kejadian sebelumnya atas pelanggaran tradisi yang berlaku menurut Hukum Taurat, “mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia” (ay 2). Yesus nampaknya tahu isi hati dan pikiran mereka, namun Ia tidak berhenti melakukan kebaikan dan menegaskan kata-kataNyabahwa “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat,” dengan perbuatan baik. “Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” (ay 3). Mati sebelah tangan berarti layu atau lumpuh sebelah tangan menyebabkan orang itu tidak dapat bekerja dengan tangannya itu. Keadaan itu mengurangi kemampuan orang itu untuk melayani keperluan dirinya sendiri, keluarganya dan sesamanya. Mungkin karena itu dalam acara kebersamaan dengan orang-orang lain, orang itu merasa rendah diri memilih duduk di tempat yang paling belakang atau pinggiran. Yesus ingin orang itu kembali diperhitungkan di tengah-tengah keluarganya dan jemaatnya. Karena itu Ia berkata, “Mari, berdirilah di tengah!”
Yesus juga ingin tindakanNya menjadi pusat perhatian di tengah jemaat. Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” (ay 4). Secara radikal, artinya mendalam hingga sampai pada akar persoalan, Yesus bermaksud mengajak orang memahami maksud yang paling dasar dari aturan hari Sabat, yaitu melakukan kebaikan dan menjaga keselamatan. Ia melawankan berbuat baik dan berbuat jahat, tetapi membiarkan kejahatan terjadi juga salah. Menyelamatkan nyawa dilawankan dengan membunuh, tetapi tidak berbuat apa-apa pada kapasitas orang untuk hidup layak juga keliru. Orang-orang kaget mendapat pertanyaan radikal itu dan tidak bisa menjawab. “Tetapi mereka itu diam saja” (ay 4). Yesus sedih atas sikap mereka dan marah karena mereka keras hati tidak menunjukkan simpati dan belas kasih kepada orang lain yang berkekurangan keadaannya. ”Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu” (ay 5). Tanpa rasa takut dan dengan bebas merdeka Yesus menyembuhkan dan membebaskan orang itu dari kelumpuhan sebelah tangannya.
“Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia” (ay 6). Dari kalangan terjadinya karya keselamatan di dalam rumah ibadat itu, keluarlah orang-orang Farisi yang hanya peduli pada aturan dan tradisi tanpa memedulikan maksud intinya. Sementara Yesus datang untuk menyelamatkan, mereka keluar kalangan dan melakukan persekongkolan jahat. Mereka menemui kalangan istana Herodes yang disebut kaum Herodian untuk membunuh Yesus. Berangsur-angsur rasa tidak suka di hati mereka karena : (1) Yesus dianggap menghujat Allah karena mengampuni dosa (Mrk 2:10), (2) Yesus makan semeja dan bergaul dengan orang berdosa (Mrk 2:17), (3) Yesus menyuruh mereka menerima pembaruan atas tradisi (Mrk 2:22), (4) Yesus menjungkirbalikkan hukum Sabat bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas Sabat (Mrk 2:27), dan akhirnya, (5) Yesus terang-terangan bekerja menyembuhkan orang pada hari Sabat (Mrk 3:4) berkembang menjadi sentimen dengki dan dendam, yang kemudian memuncak menimbulkan rencana jahat untuk membunuh Yesus.
Demikianlah Injil Markus menunjukkan potensi konflik terhadap kabar baik keselamatan dari Allah dalam Yesus berangsur-angsur bertumbuh menjadi usaha kekerasan dan persekongkolan untuk melakukan pembunuhan di pihak-pihak yang sakit hati, para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan kalangan istana Herodes (Herodian).
“Ya Yesus, jagalah hatiku agar bebas dari kepahitan dan kekecewaan. Jangan biarkan perasaanku diliputi oleh iri, dengki dan benci. Terangilah pikiranku untuk hal-hal yang positif dan mendatangkan keselamatan. Tuntunlah aku agar tetap bebas merdeka melakukan kebaikan bagi sesama, dan mengusahakan sukacita mereka, serta membangun kapasitas untuk hidup yang lebih baik dan lebih damai sejahtera.”
Mrk 3:7-12 Anak Allah Dalam Misteri
3:7 Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikutiNya. Juga dari Yudea, 8 dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. 9 Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. 10 Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepadaNya hendak menjamah-Nya. 11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” 12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
↘↘↘
[Perikop Mrk 3:7-12, digunakan dalam Liturgi pada hari Kamis dalam Pekan Biasa II]
Perikop ini merupakan kesimpulan sementara dari Markus dalam Injil yang ditulisnya, berkenaan dengan kemajuan karya Yesus di Galilea mewartakan Injil keselamatan dari Allah, menyampaikan pengajaran firman Allah, mengusahakan pertobatan, memulihkan keadaan dengan menyembuhkan penyakit dan mengusir roh-roh jahat, serta menuntun orang pada kebenaran dan percaya pada Injil yang dinyatakan dalam Yesus melalui kata-kata dan tindakanNya (Mrk 1:14-15).
Berita tentang Yesus dengan sangat cepat merambat dari mulut ke mulut dan mencapai wilayah yang lebih luas, hingga seluruh daerah Galilea, mencapai “Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon” (ay 7-8) meliputi seluruh Palestina, Lebanon dan Suriah. Orang berduyun-duyun datang kepadaNya. “Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepadaNya hendak menjamah-Nya” (ay 10).
Kegiatan yang sangat padat menyebabkan Yesus berusaha membuat jeda untuk beristirahat sejenak. “Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau” (ay 7). Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya (ay 9).
Yesus melakukan banyak kebaikan dan karya keselamatan. Tetapi Ia juga melepaskan orang dari yang jahat. Ia mengusir roh jahat yang merasuki membelenggu dan memengaruhi orang. “Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” (ay 11). Markus sudah mengimani Yesus sebagai Anak Allah sejak permulaan Injil yang ditulisnya (Mrk 1:1). Iman itu bersumber dari pernyataan Allah sendiri waktu Yesus baptis di Sungai Yordan (Mrk 1:10-11). Tetapi Yesus tidak mau menerima pernyataan tentang keputraan ilahi-Nya itu dari mulut roh-jahat (Mrk 1:24-25). “Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia” (ay 12). Yesus “Anak Allah” tidak boleh dinyatakan dari biang-dusta, masih harus tersembunyi sebagai rahasia yang baru akan dibuka bagi orang-orang benar pada waktunya nanti.
“Hai jiwaku, nyanyikanlah lagu pujian bagi Tuhan. Janganlah sekali-kali melupakan karuniaNya. Dia telah mengampuni segala kejahatanmu. Dan menyembuhkan segala penyakitmu. Dia telah membebaskan nyawamu dari maut. Memahkotai engkau dengan kebaikan dan keselamatan. Hai jiwaku, nyanyikanlah lagu pujian bagi Tuhan. Dari tangan Tuhan datanglah kebaikan serta keadilan bagi sekalian orang yang menderita” (Mzm 103).
B. Yesus Mengajar Rahasia Kerajaan Allah (Mrk 3:13-7:23)
Murid-murid Yesus
Yesus menunjuk dua belas murid untuk membantu berkhotbah dan mengusir setan, seperti yang Dia lakukan (Mrk 3:13–19). Dia terus melakukan banyak mukjizat. Blok Mrk 4:35–6:44 dan Mrk 6:45–7:10 merupakan siklus cerita tentang penyembuhan, mukjizat di Danau Galilea, dan pemberian makan yang menakjubkan kepada orang banyak. Ajaran Yesus dalam Mrk 7 menempatkan firman Tuhan lebih tinggi di atas “tradisi nenek moyang” dan melihat kekotoran batin sebagai masalah hati, bukan masalah makanan haram. Namun terjadi pertentangan yang semakin meningkat. Ahli-ahli Taurat menuduhYesus kerasukan Beelzebul (Mrk 3:22). Kerabatnya menganggap dia “tidak waras” (Mrk 3:21). Yesus meningkatkan martabat kekerabatan dengan kepatuhan dalam melakukan kehendak Allah, menjadi Keluarga Allah yang baru, melampaui hubungan darah (Mrk 3:31–35; lih. Mrk 6:1–6). Namun berulang kali murid-muridNya sendiri kurang memahami Yesus (Mrk 4:13, 40; 6:52; 8:17-21). Kematian Yohanes Pembaptis (Mrk 6:17-29) memberikan petunjuk ke depan tentang sengsara dan kematian Yesus juga (Mrk 9:13; lih. Mrk 8:31).
Mrk 3:13-18 Dua belas Murid
3:13 Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. 14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil 15 dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. 16 Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, 17 Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, 18 selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang 19 dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.
↘↘↘
[Perikop Mrk 3: 13-19 – digunakan dalam Liturgi pada hari Jumat dalam Pekan Biasa II]
Dalam pengertian umum, murid adalah siswa atau pengikut yang melaksanakan teladan yang dibuat oleh guru dan berusaha hidup menurut ajaran sang guru. Dalam Perjanjian Lama, murid-murid mengikuti para nabi (Yes 8:16). Dalam Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis mempunyai murid-murid begitu pula orang Farisi (Mrk 2:18) yang menyebut diri mereka sebagai murid-murid Musa (Yoh 9:28).
Yesus bukan guru (rabi) biasa. Ia tidak pernah belajar di bawah bimbingan seorang rabi yang lain, maka ia tidak memerlukan izin untuk mengajar (Mat 13:54; Yoh 7:15). Ajarannya belum pernah diajarkan orang lain (Mrk 1:22 Mat 7:29;) dan murid-murid tidak datang kepadaNya minta diajar; tetapi Dia-lah yang memanggil mereka untuk mengikuti Dia dan hidup sebagai muridNya sendiri (Mrk 1:16-20; Mat 4:18-22): “ Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya.” (ay 13).
Mereka bukan hanya sekedar mendengarkan ajaran dan memelajari kebijaksanaan, melainkan mempunyai suatu komitmen pada hidup baru yang diberikan melalui teladan oleh Yesus. “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan” (ay 14-15). Markus memberi gambaran bagaimana Yesus memanggil dan memilih murid-murid dengan penuh wibawa. Ia mendatangi mereka, misalnya Andeas, Simon, Yakobus, Yohanes dan Lewi dan berkata “Ikutlah Aku”, dan mereka “mengikut Dia” (Mrk 1:16-20; 2:14).
Selanjutnya Yesus merekrut murid-murid yang lain, yang kisah panggilannya tidak dituliskan dalam Injil satu per satu. Tetapi tahu-tahu kemudian Markus menulis bahwa “Ia menetapkan dua belas orang” (ay 14) murid. “Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia” (ay 16-19). Penting diperhatikan bahwa penetapan murid itu adalah dengan “nama” masing-masing, artinya Yesus memilih masing-masing dengan segenap kepribadian dan keadaannya sendiri-sendiri, namun mereka diikat dalam suatu kebersamaan dengan Yesus sebagai pusatnya..
Ditetapkan “duabelas orang” sering diartikan sama dengan kedua-belas suku anak-anak Yakub atau Israel dalam Perjanjian Lama. Namun dua-belas murid Yesus walaupun berakar pada Perjanjian Lama namun merupakan kebersamaan baru, yang menyerap dan mewujudnyatakan kebaruan Yesus, suatu Israel Baru, yang meliputi segala bangsa.
Dalam daftar yang ditulis Markus, yang pertama adalah : Simon, yang diberi nama Petrus. Dalam buku ini sudah disampaikan catatan bahwa Simon Petrus adalah seorang nelayan penjala ikan dari Betsaida. Ia sudah menikah dan mempunyai rumah di Kapernaum. Ia dipanggil Yesus ketika sedang bekerja menjala ikan dan Yesus menjanjikan kepadanya: “Kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1:16-17). Petrus nanti dianggap pemimpin Gereja Roma, sumber utama Injil Markus dan penulis Surat-surat Petrus dalam Perjanjian Baru. Kemudian Yohanes anak Zebedeus, dipanggil ketika sedang membereskan jala dalam perahu, dan sering disebut murid yang dikasihi Tuhan; ia nantinya menjadi salah seorang penulis Injil, kitab Wahyu dan surat-surat Yohanes dalam Perjanjian Baru; ia dipanggil Yesus bersama saudaranya, Yakobus (Mrk 1:19-20) yang juga dinamai Yakobus besar karena mungkin badannya lebih besar daripada yang lain.. Kemudian disebut Andreas, saudara Simon Petrus yang dipanggil bersama-sama (opcit). Ia sudah menjadi pengikut Yohanes Pembaptis sebelum dipanggil Yesus; dan kepada saudaranya, Petrus, dari awal ia menyatakan bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias. Ia selalu termasuk di antara empat murid (Petrus, Andreas, Yohanes, Yakobus) yang ditulis dalam Injil-injil diajak Yesus menyaksikan peristiwa-peristiwa penting. Filipus juga berasal dari Betsaida (Yoh 1:45-51; 21:2). dan ia membawa Natanael yang telah dikenal Yesus sebagai Israel sejati dan kemudian diyakini para ahli sebagai Bartolomeus. Menurut suatu tradisi awal yang dipercaya, nantinya Bartolomeus melakukan perjalanan ke India, di mana ia mewartakan Injil dan berkhotbah (Eusebius, Hist. Eccl. 5.10). Ia diduga menjadi martir dan dipenggal kepalanya di Armenia.
Matius adalah Lewi si pemungut cukai (Mrk 2:14) yang nantinya menulis satu Injil. Tomas juga disebut Didimus. Ia diingat karena sering ragu dan sikapnya skeptis, tetapi karena itu Yesus menyatakan diri kepadanya : ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:5-6). Yakobus anak Alfeus juga sering disebut Yakobus saudara Tuhan atau Yakobus kecil. Nantinya Ia menjadi pemimpin jemaat kristen Yerusalem, dan seorang tokoh penting dalam Gereja Perdana. Ia dikenal sebagai Surat Yakobus dalam Perjanjian Baru. Sejarawan Yahudi Yosefus (Ant. 20.200) mengisahkan kematian Yakobus sebagai martir dirajam dilempari batu. Tadeus dalam Injil Lukas disebut Yudas anak Yakobus (Luk 6:16; juga Kis 1:13). Dalam Injil Yohanes dia disebut “Yudas, yang bukan Iskariot” (Yoh 14:22); dan di dalam Mat 10:3 dan Mrk 3:18 pada namanya hanya disebut “Tadeus”. Dalam tradisi Yudas Tadeus seorang “orang kudus” yang sangat populer dan dihormati sebagai penolong mereka yang mengalami beban berat. Simon orang Zelot adalah seorang Kanaan. Sebutan “Zelot”, merujuk keanggotaannya pada gerakan pejuang kemerdekaan Yahudi yang menghendaki Palestina merdeka dari kekuasaan Roma. Menurut tradisi, ia nanti mewartakan Injil di Mesir dan Mesopotamia dan Persia. Akhirnya Yudas Iskariot, adalah satu-satunya murid Yesus yang bukan orang Galilea. Ia berasal dari Yudea. Ia menjadi bendahara kelompok yang berjalan bersama dengan Yesus, dan Injil-injil menyatakan bahwa ia sering mencuri uang kas umum. Dialah yang nanti mengkhianati Yesus.
Pada waktunya nanti keduabelas murid (dilengkapi dengan pengganti Yudas Iskariot, yaitu Matias (Kis 1:21-26), akan ditetapkan lagi sebagai rasul-rasul Yesus Kristus (Kis 1:15-16).
Mrk 3:20-21 Tidak Waras
(3)
3.20 Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. 21 Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.
↘↘↘
[Perikop Mrk 3:20-35 – digunakan dalam Liturgi pada hari Hari Minggu Biasa 10 – Tahun B; Perikop Mrk 3:20-21 digunakan dalam Liturgi pada hari Sabtu dalam Pekan Biasa II]
Dalam perikop Mrk 3:7-12 dibuat kesimpulan sementara oleh Markus berkenaan dengan kemajuan karya Yesus di Galilea mewartakan Injil keselamatan dari Allah, menyampaikan pengajaran firman Allah, mengusahakan pertobatan, memulihkan keadaan dengan menyembuhkan penyakit dan mengusir roh-roh jahat, serta menuntun orang pada kebenaran dan percaya pada Injil yang dinyatakan dalam Yesus melalui kata-kata dan tindakanNya (Mrk 1:14-15). Berita tentang Yesus dengan sangat cepat merambat dari mulut ke mulut dan mencapai wilayah yang lebih luas, hingga seluruh daerah Galilea, mencapai “Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon” (ay 7-8) meliputi seluruh Palestina, Lebanon dan Suriah. Orang berduyun-duyun datang kepadaNya.
Kegiatan yang amat sangat padat menyebabkan Yesus sesekali berusaha membuat jeda untuk beristirahat sejenak. Setelah di bukit Ia menetapkan duabelas murid (ay 13-19), “kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah” (ay 20). Tetapi tidak dapat beristirahat karena “datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat”. Orang dapat bilang keadaan seperti itu “gila benar”, seolah tak kenal lelah sama sekali. Situasi yang tidak normal. Maka wajarlah jika orang-orang yang akrab seperti kerabat yang mendengar dan menyaksikan keadaan mencemaskan kesehatan Yesus. “Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi” (ay 21). Ikatan kasih sayang dalam keluarga besar punya pengaruh pada kegiatan dan kesehatan seseorang. Tetapi perhatian keluarga besar yang memandang dari jauh kadang salah mengerti dan gagal paham tentang apa yang terjadi, bukannya membantu tetapi malah merepotkan. Mereka mau “mengambil Dia” dari kegiatanNya, sebab dari perhitungan mereka “Ia tidak waras lagi”.
Dalam konteks penetapan murid, apa yang dialami Yesus Sang Guru juga bisa dialami para murid. Keluarga besar mereka bisa salah paham dan menganggap apa yang mereka lakukan berdasarkan kehidupan normal adalah “tidak waras lagi”. Karena gagal paham keluarga besar dapat melakukan campur tangan yang tidak mendukung, sebaliknya merepotkan. Ini merupakan tantangan yang harus dipikirkan dan diatasi oleh para murid dan pengikut Yesus yang aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan misi perutusanNya mewartakan Kerajaan Allah.
“Ya Yesus, semoga aku selalu mengutamakan Allah dan menemukan kegembiraan dalam melakukan kehendak-Nya. Semoga cinta dan kasihMu tumbuh dalam diriku, terutama dalam menghadapi pertentangan dan kesulitan dalam melaksanakan kehendak Allah.”
Mrk 3:22-30 Membeda-bedakan Roh
3:22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” 23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. 27 Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. 28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. 29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” 30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
↘↘↘
[Perikop Mrk 3:20-35 – digunakan dalam Liturgi pada hari Hari Minggu Biasa 10 – Tahun B; Perikop Mrk 3: 22-30 digunakan dalam Liturgi pada hari Senin dalam Pekan Biasa III]
Keluarga besar yang relatif dekat dengan Yesus gagal paham mengenai kegiatan Yesus yang sangat padat dalam mewartakan Kerajaan Allah, mengajar, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir roh-roh jahat. Kegagalan memahami juga terjadi pada mereka yang memandang dari jauh dan hanya sesekali mengalami peristiwa-peristiwa Kerajaan Allah di sekitar Yesus. Demikianlah yang terjadi atas tindakan Yesus mengusir roh-roh jahat.
“Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan,” (ay 22). Mereka sendiri tidak mampu mengusir roh jahat seperti Yesus. Mereka di dalam hati iri pada kinerja Yesus dan secara tidak fair mau menjatuhkan citra Yesus di kalangan orang banyak dengan mendiskreditkan Yesus, artinya tidak mau mengakui kemampuan pribadi Yesus. “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan,” kata mereka. Orang Yahudi mengenal Beelzebul sebagai “penghulu setan”. Dengan kata-kata mereka ahli-ahli Taurat itu menganggap Yesus sebagai alat setan.
Mungkin tempat mereka di rumah yang padat pengunjung itu jauh dari Yesus, sehingga mereka hanya berkasak-kusuk. Untuk komunikasi dialog yang efektif mereka perlu diundang tampil mendekat. “Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.” Yesus bicara dengan mereka menggunakan perumpamaan. Sebab pada dasarnya mereka menyembunyikan maksud mereka yang sebenarnya. Dengan perumpamaan Yesus mengajak mereka membuka pikiran dan memecahkan arti teka-teki yang terdapat dalam cerita perumpamaan. Bagi mereka kebenaran disampaikan tersembunyi dalam kemasan perumpamaan yang harus mereka temukan sendiri maknanya. Tetapi hikmat kebenaran di dalam perumpamaan juga ditujukan kepada para murid. “Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan” (ay 23-25). Bagi para murid kebersamaan, persatuan harus selalu dirawat dan dipelihara untuk kebaikan bersama. Hal itu mudah dimengerti. Dan untuk menyangkal pernyataan para ahli Taurat “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan,” (ay 22), Yesus meminta jawaban mereka: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?“ (ay 23).
Setiap perpecahan melemahkan. “Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya” (ay 26). Kebenaran dalam perkataan ini tidak dapat disangkal. Maka tidak mungkin cara perpecahan digunakan bahkan oleh iblis yang pada umumnya cerdik penuh siasat. Tetapi untuk mengalahkan roh jahat harus digunakan kekuatan yang lebih besar. Kata Yesus: “Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu” (ay 27). Kekuatan yang lebih besar yang dapat mengalahkan setan yang digambarkan sebagai “seorang yang kuat” hanya ada pada Allah, pada Roh Kudus.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” (ay 28-30). Intinya Yesus mau mengatakan bahwa Ia mengusir roh jahat dengan kuasa Roh Kudus, Roh Allah. Namun kepada para murid dan pengikutNya ia menyampaikan wanti-wanti jangan sampai menghujat Roh Allah yang Kudus. Ketika teks ditulis Markus, jemaat Kristen dibanyak tempat dianiaya. Mereka dipaksa murtad dengan mengutuk Yesus agar dapat diterima masyarakat. Mereka harus hati-hati membeda-bedakan roh agar tidak jatuh dalam hujat yang dapat mendatangkan hukuman kekal. Apapun dosa kata-kata hujat pada manusia Yesus masih dapat diampuni, tetapi hujat pelecehan pada Roh Kudus tidak dapat diampuni selama-lamanya. Dengan perkataan yang sama Yesus menyatakan kepada para ahli Taurat bahwa kasak-kusuk mereka tentang diriNya masih diampuni, tetapi jangan melecehkan Roh Kudus yang ada padaNya, dan kuasaNya, yang jauh lebih besar ketimbang setan, karena hal itu akan mendatangkan hukuman kekal. “Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat” (ay 30).
Kuasa Allah bekerja dalam pengusiran setan yang dilakukan Yesus dan memberikan bukti bahwa Kerajaan Allah telah datang.
“Ya Yesus, Engkaulah harapan dan keselamatanku. Ajarilah aku mengenal Roh Kudus yang mempersatukan dan membebaskan dari yang jahat, Roh kebenaran dan kasih. Curahkanlah Roh Kudus dalam hatiku dan kuasailah. Semoga segala sesuatu dalam hidupku jadi baik di bawah kekuasaan Roh KudusMu.”
Mrk 3:31-35 Keluarga Allah
3:31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. 32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” 33 Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” 34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudarasaudara-Ku! 35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.
↘↘↘
[Perikop Mrk 3:20-35 – digunakan dalam Liturgi pada hari Hari Minggu Biasa 10 – Tahun B dan Mrk 3: 31-35 pada hari Selasa dalam Pekan Biasa III}
Ketika ibu dan sanak keluarga Yesus datang berdiri di luar hendak menemui Yesus dan menyuruh orang memanggil Dia (ay 31), kesempatan itu digunakan Yesus untuk menyatakan definisi baru keluarga di dalam Kerajaan Allah yang diwartakanNya. Ketika Yesus memanggil murid-murid dan memulai pemuridan di awal karyaNya (Mrk 1:16-20; 2:14), mereka yang dipanggilNya secara spontan mengikuti Dia meninggalkan ayah dan keluarganya serta seluruh harta kekayaan. Bukan dalam arti memutus hubungan yang ada begitu saja, tetapi untuk mengutamakan Allah dan lepas bebas di atas segala hubungan lain. Hubungan darah, ikatan dan pertalian kekerabatan diberi dimensi baru dan diperluas. Ketika orang-orang berkata “Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau” (ay 32), Ia bertanya kepada orang banyak di sekelilingnya, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku” (ay 33).
Yesus mengundang siapa saja untuk masuk dalam hubungan kasih yang baru yang dibentukNya: “Barang iapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibu-Ku.” (ay 34). Ia membarui realitas hubungan darah dalam keluarga yang diangkat lebih tinggi, yaitu hubungan kesetiaan kepada Allah, agar mereka menjadi milik Allah, dan karenanya melaksanakan kehendak Allah.
Seorang menjadi Kristiani atau pengikut Yesus Kristus bukan sekadar karena doktrin, ajaran, dan perintah, tetapi yang pertama dan terutama adalah masuk dalam relasi baru – hubungan kepercayaan, kasih sayang, komitmen, kesetiaan, kebaikan, perhatian, belas kasihan, menolong, mendorong, mendukung, menguatkan, melindungi, dan berbagai kualitas lainnya yang mengikat orang bersama-sama dalam satu hubungan keluarga, kasih dan persatuan dengan Allah dalam Yesus Kristus.
Yesus, Anak Allah, menantang para pengikut-Nya dan bahkan keluarga-Nya sendiri di dunia untuk menyadari bahwa Allah adalah sumber sejati dari semua hubungan. Tuhan ingin semua hubungan kita berakar pada kasih-Nya. Suatu komunitas baru dalam Yesus: Keluarga Allah.
“Bapa Surgawi, Engkau memberkati kami dengan keluarga dan teman-teman, baik rohani maupun jasmani. Bantulah kami untuk saling mencintai dengan cinta, kasih sayang, dan kebaikan. Semoga kami selalu lebih mengutamakan kehendak-Mu dan berusaha melakukan apa yang baik dan penuh kasih dalam semua hubungan kami.”