Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh FX Bambang Kussriyanto
III. Persiapan Karya (3:1-38)
Meskipun dalam bagian ini Lukas mendapatkan bahan dari sumber-sumbernya, yaitu Injil Markus dan kumpulan perkataan Yohanes Pembaptis, namun ia dengan jelas menandai pendahuluan pelayanan Yesus ini dengan gayanya sendiri. Sebagaimana Injil dimulai dengan kalimat periodik yang panjang (Luk. 1:1-4), demikian pula untuk bagian ini (Luk. 3:1-2). Ia menggambarkan tampilnya Yohanes Pembaptis dalam bentuk nubuat Perjanjian Lama (Luk 3:2) dan memperluas kutipan dari Nabi Yesaya yang ditemukan dalam Mrk 1:3 (Yes 40:3) dengan menambahkan Yes 40:4– 5 dalam Luk 3:5–6. Di sini Lukas mengemukakan tema tentang universalitas keselamatan, yang telah ia umumkan sebelumnya dalam kata-kata Simeon (Luk. 2:30-32). Selain itu, dalam menggambarkan pengharapan orang-orang (Luk. 3:15), Lukas menyampaikan gambaran khotbah Yohanes menggunakan cara seperti yang ia gunakan sebelumnya berkenaan dengan situasi orang-orang Israel yang saleh lainnya dalam narasi Masa Kanak-kanak Yesus (Luk. 2:25-26 , 37–38). Dalam Luk 3:7–18 Lukas menyajikan seruan Yohanes Pembaptis yang mendesak orang banyak untuk melakukan pembaruan hidup dengan pertobatan mengingat murka yang akan datang (Luk 3:7, 9: khotbah eskatologis), dan yang menawarkan standar tertentu kepada orang banyak untuk reformasi perilaku sosial (Luk 3:10–14: khotbah etis), dan mengumumkan kepada orang banyak tentang kedatangan seseorang yang lebih berkuasa daripada dia (Luk 3:15–18: khotbah mesianik).
Luk 3:1-6 Yohanes Pembaptis Merintis Jalan
1 Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, 2 pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. 3 Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: ”Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, 4 seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. 5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, 6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”
↘↘↘
[Perikop Luk 3:1-6 – digunakan dalam Liturgi pada Hari Minggu II Adven Tahun C ]
Dalam suatu kerangka sejarah dunia, Lukas menampilkan panggilan dan pewartaan Yohanes Pembaptis. Dua tema pokok yang terkandung dalam pewartaannya adalah seruan tobat dan nubuat tentang Mesias yang akan datang. Dengan seruannya itu Yohanes melayani Yesus. Kedatangan dan penampilannya di depan umum mendahului Yesus sebagai perintis jalan bagi-Nya, sesuai nubuat Nabi Yesaya.
Lukas memberikan suatu bingkai sejarah dunia dan lokal untuk bagian ini. Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. (ay 1-2). Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 M dan memerintah hingga tahun 37 M. Tahun kelima belas dari masa pemerintahannya, bergantung pada cara menghitung tahun pertama pemerintahannya, akan jatuh antara tahun 27 dan 29 M. Pontius Pilatus diutus Tiberius menjadi gubernur wali negeri Yudea dari tahun 26 hingga 36 M. Sejarawan Yahudi Flavius Yosefus menggambarkan Pilatus sebagai gubernur wali negeri yang serakah dan kejam yang tidak begitu memedulikan penduduk Yahudi dan praktik keagamaan mereka (lihat Luk 13:1). Herodes yang dimaksudkan di sini adalah Herodes Antipas, putra Herodes Agung. Ia memerintah Galilea dan Perea dari tahun 4 SM sampai tahun 39 M. Gelar resminya adalah raja wilayah artinya “penguasa suatu wilayah”, sebutan yang merujuk pada raja bawahan mana pun dalam kekaisaran Roma. Filipus juga putra Herodes Agung, raja wilayah di utara dan timur Laut Galilea dari tahun 4 SM sampai tahun 34 M yang memerintah di dua wilayah kecil di wilayah Iturea dan Trakhonitis. Tentang Lysanias tidak ada yang diketahui walau dikatakan di sini sebagai raja wilayah Abilene, suatu wilayah di barat laut Damaskus.
Pada masa kepemimpinan Hanas dan Kayafas: setelah menempatkan Yohanes Pembaptis dalam kerangka sejarah pemerintahan sipil pada masa itu, di sini Lukas kemudian menyebutkan kepemimpinan agama di Palestina (lihat catatan pada Luk 1:5). Hanas pernah menjadi imam besar pada tahun 6–15 M. Setelah digulingkan oleh Romawi pada tahun 15 M, ia digantikan oleh berbagai anggota keluarganya dan akhirnya oleh menantu laki-lakinya, Kayafas, yang menjadi imam besar pada tahun 18–36 M. Lukas menyebut Hanas sebagai imam besar pada saat itu (tetapi lihat Yoh 18:13, 19), mungkin karena pengaruhnya yang terus berlanjut atau karena gelar tersebut juga masih terus digunakan untuk mantan imam besar.
Firman Allah datang kepada Yohanes: Lukas adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menghubungkan khotbah Yohanes dengan panggilan dari Allah. Dengan demikian Lukas mengidentifikasikan Yohanes dengan para nabi yang pelayanannya dimulai dengan panggilan serupa. Dalam Luk 7:26 Yohanes akan digambarkan “lebih dari seorang nabi”; ia juga pendahulu Yesus (Luk 7:27), sosok peralihan yang meresmikan masa penggenapan nubuat dan janji.
Dalam 1:80 dikatakan “ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel”. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: ”Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu [ay 3]. Daerah kerja Yohanes dengan demikian adalah gurun Yudea yang terbentang dari Yerusalem hingga daerah hilir sungai Yordan di Laut Mati. Gurun dilukiskan sebagai tempat yang kering dengan curah hujan rata-rata setahun kurang dari 25 sentimeter. Pada umumnya tumbuhan, binatang, dan air adalah langka. Kenangan akan padang gurun terutama penting sekali bagi umat Israel sebagai hasil dari pengalaman mereka keluar dari Mesir (Kitab Keluaran). Di padang gurunlah Israel pertama kalinya berjumpa dengan Allah, dan tradisi senantiasa menempatkan perjumpaan seseorang dengan Allah di padang gurun. Di padang gurun bangsa Israel menerima perlindungan yang penuh kasih dari Allah, tetapi masa padang gurun juga merupakan masa ujian dan pembinaan. Maka padang gurun juga merupakan pengingat yang kuat tentang perlunya Israel setia kepada pokok-pokok perjanjian dan kasihnya kepada Allah (Hos 2:16; Kis 7:41; 1 Kor 10:5; Ibr 3-8). Misi nabi di Israel adalah menyerukan agar bangsa Israel kembali kepada Tuhan. Kecaman atas dosa, ancaman bencana, janji pengampunan bagi pertobatan yang bersungguh-sungguh – semuanya merupakan bagian dari seruan nabi agar orang Israel bertobat (Am 4:6-13; Hos 5:15—6:5; 6:4-5; Yes 58:5-7). Pertobatan yang diminta mempunyai dimensi jasmani maupun rohani. Bertobat menuntut lebih dari sekedar rasa menyesal. Ia menuntut pertobatan yang lebih mendalam menyangkut perubahan hidup orang agar sesuai dengan perintah Allah. Awalnya adalah perubahan pikiran dan hati, di mana kesalahan dosa bersumber dan di mana hasrat untuk mendekat pada Tuhan timbul. Penting sekali diperhatikan bahwa kata “tobat” dalam Perjanjian Baru merujuk pada “perubahan sikap” (Bahasa Yunani metanoia). Maksudnya bukanlah bahwa pertobatan dapat disusutkan menjadi sikap batin saja, melainkan bahwa suatu perubahan pandangan yang mendasar sifatnya untuk memberikan arah baru pada cara hidup seseorang. Sikap batin dengan demikian mengarahkan tindakan luar seperti puasa (Mrk 2:20; Kis 9:9; 13:2) dan berbagai bentuk disiplin-diri dan pantang (Rm 8:13; 1 Kor 9:25-27).
Ada pun tanda lahiriah dari pertobatan itu adalah “memberikan dirimu dibaptis”. Baptis pada masa itu merupakan ritual penenggelaman, penyucian dengan air, sebagai tanda dasar pertobatan agar dosa-dosa diampuni. Dari Gulungan Kitab Laut Mati kita tahu bahwa suatu komunitas di Qumran sudah memraktekkan sebentuk baptisan (bdk Peraturan Komunitas, IQS 3.6-9). Tulisan-tulisan Qumran menggunakan bahasa yang sama dengan Yohanes Pembaptis (bdk Mrk 1:8) yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang disucikan. Mungkin saja Yohanes mengetahu praktek di Qumran itu dan praktek pembaptisan yang sama dari tempat lain. Seruannya yang kuat dan kesungguhan sikapnya menyebabkan pengaruhnya bertambah luas, dan orang berdatangan dari seluruh Yudea dan Yerusalem untuk dibaptis olehnya di sungai Yordan, setelah mengakui dosa-dosa mereka (Mrk 1:5; Mat 3:5). Maka Yohanes terkenal sebagai Yohanes Pembaptis.
Berbeda dari para nabi yang terdahulu dalam Perjanjian Lama, menurut Yohanes pertobatan dengan baptisan itu dimaksudkan untuk mempersiapkan kedatangan Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru. Karena itu Yohanes Pembaptis merupakan nabi Perjanjian Baru sehubungan dengan Kerajaan Allah. Kerajaan adalah sebentuk masyarakat dengan pemerintahan monarki yang dikepalai seorang raja atau ratu. Dalam Perjanjian Baru, sebutan “kerajaan” biasanya merujuk pada “Kerajaan Allah”. Karena Yohanes hanya menyebutkan “Kerajaan Allah”, ia dikatakan sebagai perintis jalan bagi Yesus yang mewartakan Kerajaan Surga (Allah). Sebab Yesuslah yang nantinya akan banyak mengajarkan, menguraikan dan menghadirkan Kerajaan itu dalam kata-kata dan tindakanNya.
Apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis memenuhi nubuat Perjanjian Lama: seperti ada dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya (ay 4; lih juga Yes 40:3-5). Kaum Eseni dari Qumran menggunakan ayat yang sama untuk menjelaskan mengapa komunitas mereka berada di padang pasir mempelajari dan menaati hukum dan para nabi (1QS 8:12–15).
Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan (ay 5) Kata-kata ini memang berasal dari Yesaya. Namun untuk menopang temanya sendiri Lukas mengubah bagian terakhir: dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan” (ay 6) untuk menegaskan sifat universal keselamatan yang dari Tuhan melalui Kristus untuk segenap manusia, Yahudi maupun bukan Yahudi, sedang aslinya dalam kata-kata Yesaya terkait pernyataan kemuliaan Tuhan.
Luk 3:7-9 Seruan Yohanes Pembaptis
7 Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: ”Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? 8 Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 9 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.”
↘↘↘
Banyak orang datang tertarik oleh karisma Yohanes. Seperti nabi-nabi terdahulu Yohanes menyerukan perbaikan keadlian sosial. Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: ”Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? (ay 7).
Sebutan “keturunan ular beludak” (ay 7) digunakan oleh Yohanes Pembaptis dalam Mat 3:7 untuk ahli kitab dan orang Farisi yang lidahnya berbisa, dan kata-katanya mematikan. Ular beludak adalah mahluk melata di padang gurun yang membawa racun kematian di mulutnya. Tetapi di sini Lukas menerapkannya untuk orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis. Selain orang Farisi golongan yang sering dianggap sangat berdosa adalah para pemungut cukai. Mereka akan diterima bertobat tetapi tidak akan dapat melarikan diri dari murka yang akan datang. Baptis lahiriah Yohanes tidak akan membebaskan orang dari kemarahan Allah jika dilakukan hanya sebagai formalitas saja, sebagai basa-basi. Baptis itu harus menjadi awal perubahan sikap hati tingkah laku yang berkenan kepada Allah, terutama terkait keadilan sosial yang meringankan beban orang kecil dan miskin.
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (ay 8). Baptisan pertobatan hanya ritual lahiriah sesaat saja. Namun dari tanda yang tampak itu haruslah muncul hasil-hasil jangka panjang. Buah-buah yang sesuai dengan pertobatan maksudnya sikap batin yang melahirkan perbuatan nyata dalam kegiatan dan pekerjaan mereka di masyarakat, selaras dengan kehendak Allah. Sebutan keturunan Abraham, atau anak-anak Abraham bukan jaminan keselamatan. Warisan janji keselamatan baru akan efektif jika mereka menunjukkan hidup yang setia kepada Tuhan dan perintah-perintahNya. Pertobatan kiranya merupakan tindakan yang tepat untuk menyongsong kedatangan Tuhan di hari akhir ketika Ia menghakimi umat-Nya. Dengan pertobatan itu segala hati dicuci bersih, hati yang penuh benjol-benjol ketidakbenaran harus dirapikan, yang bengkok-bengkok oleh keculasan dan tipu muslihat harus diluruskan menjadi hati yang tulus.
Saatnya sudah dekat. Alat-alat keadilan ilahi sudah disiapkan. Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api” (ay 9). Pengadilan Tuhan ditujukan kepada setiap individu, tanpa memandang jasa-jasa nenek moyangnya. Sekarang saatnya untuk menyiapkan diri bagi berkat melimpah atau penyesalan tak berkesudahan. Gema semangat Nabi Amos terdengar melalui Yohanes: “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakan habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Israel. Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh, dan yang menghempaskan kebenaran ke tanah” (Am 3:5-6).
Luk 3:10-18 Menyiapkan Jalan Keadilan bagi Kristus
10 Orang banyak bertanya kepadanya: ”Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” 11 Jawabnya: ”Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” 12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: ”Guru, apakah yang harus kami perbuat?” 13 Jawabnya: ”Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” 14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: ”Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: ”Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” 15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, 16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 17 Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”18 Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.
↘↘↘
[Perikop Luk 3:10-18 – digunakan untuk Liturgi pada Hari Minggu III Adven – Tahun C; Luk 3:15-16, 21-22 untuk bacaan (opsi) Hari Minggu Pembaptisan Tuhan – Tahun C]
Baptisan adalah ritual lahiriah sesaat saja. Namun dari tanda yang tampak itu haruslah muncul hasil-hasil jangka panjang, yaitu buah-buah yang sesuai dengan pertobatan maksudnya sikap batin yang melahirkan perbuatan nyata dalam kegiatan dan pekerjaan mereka di masyarakat, selaras dengan kehendak Allah. Orang banyak bertanya kepadanya: ”Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: ”Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” (ay 10-11). Seruan umum tentang pertobatan bersifat dasar, tetapi penerapannya untuk berbagai jalan hidup memerlukan pedoman praktis. Ada banyak jalan hdiup yang berbeda-beda. Yohanes pun ditanya tentang pedoman praktis untuk tiap-tiap jalan penghidupan, tetapi sebagai contoh oleh Lukas diberikan beberapa saja. Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: ”Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: ”Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” (ay 12-13). Jangan sampai pajak dan cukai dijadikan alat pemerasan rakyat dan pelanggaran pada keadilan melalui korupsi. Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: ”Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: ”Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (ay 14). Jangan sampai kekuatan senjata alih-alih untuk menghasilkan keamanan dan ketenteraman umum malah dijadikan alat untuk menimbulkan ketakutan untuk menyamun, merampas hak milik orang lain secara tidak adil, menindas aspirasi orang banyak.
Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias (ay 15). Pada masa Yohanes Pembaptis, orang-orang menantikan datangnya Mesias, Penebus yang dijanjikan Allah. Dengan tampilnya Yohanes Pembaptis orang bertanya-tanya. Dengan terus terang Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (ay 16). Mesias yang dinantikan masih akan datang. Dia sudah dekat. Dia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api: berbeda dengan baptisan Yohanes dengan air, Kristus nanti dikatakan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Dari sudut pandang komunitas Kristen mula-mula, Roh dan api pasti dipahami dalam terang simbolisme api yang melambangkan pencurahan Roh pada hari Pentakosta (Kis 2:1-4); namun sebagai bagian dari khotbah Yohanes, Roh dan api harus dikaitkan dengan karakteristik penyucian dan pemurniannya, sesuai firman yang mengatakan: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih yang mentahirkan kamu dari segala kenajisanmu. Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang kepada peraturan-peraturanKu dan melakukannya (Yeh 36:25–27).
Yohanes menyiapkan khalayaknya untuk menerima Mesias yang akan datang menghakimi mereka : “Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Mat 3:12). Yohanes menyiapkan hati umat yang suci dan tulus untuk menyambut Mesias dan zaman baru agar mendapatkan pengampunan dosa. “Ia akan seperti api tukang pemurni logamdan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan kurban yang benar kepada Tuhan” (Mal 3:2-3).
Luk 3:19-22 Yesus Dibaptis
19 Akan tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, 20 raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara.
21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit 22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: ”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
↘↘↘
Ayat Luk 3:19-20 tidak digunakan. Perikop Luk 3:15-16, 21-22 – untuk Liturgi Hari Minggu Pembaptisan Tuhan Tahun C
Yohanes Pembaptis mengecam perkawinan Raja Herodes Antipas dengan isteri saudaranya, Filipus, yaitu Herodias, sementara Filipus masih hidup (bertentangan dengan Im 18:16; 20:21: “Janganlah kau singkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki” – “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki” ). Akan tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara (ay 19-20). Dengan dipenjarakan berakhirlah masa pelayanan Yohanes Pembaptis.
Lukas memisahkan pelayanan Yohanes Pembaptis dan pelayanan Yesus dengan melaporkan pemenjaraan Yohanes sebelum Yesus dibaptis (Luk. 3:21–22). Lukas menggunakan perangkat sastra ini untuk menjelaskan pemahamannya tentang periode-periode sejarah keselamatan.
Bersamaan dengan berakhirnya masa pelayanan Yohanes Pembaptis, masa yang dijanjikan, yaitu masa Israel,telah berakhir pula; dengan baptisan Yesus dan turunnya Roh Kudus ke atasnya, masa penggenapannya, yaitu periode Yesus, kini dimulai. Dalam tulisannya jilid yang kedua, Kisah Para Rasul, Lukas akan memperkenalkan zaman ketiga dalam sejarah keselamatan, yaitu zaman gereja.
Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit [ay 21]. Sementara Injil-injil lain mengatakan Yesus dibaptis oleh Yohanes. Lukas tidak mencantumkan bahwa Ia dibaptis oleh Yohanes, sebab Yohanes sudah dipenjarakan. Yesus sedang berdoa: Lukas secara teratur menghadirkan Yesus dalam doa pada saat-saat penting dalam pelayananNya: di sini pada saat pembaptisannya; lalu ketika Ia memilih Dua Belas Murid (Luk 6:12); sebelum pengakuan Petrus (Luk 9:18); pada saat transfigurasi (Luk 9:28); ketika Ia mengajar murid-murid-Nya berdoa (Luk 11:1); pada Perjamuan Terakhir (Luk 22:32); di Bukit Zaitun (Luk 22:41); di kayu salib (Luk 23:46). Dan ketika Yesus berdoa setelah dibaptis “dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: ”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” [ay 22] Ungkapan ”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” bersumber dari manuskrip Yunani. Bacaan Barat, “Engkaulah Putraku, Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini,” berasal dari Mzm 2:7.
Episode 3:21-22 dalam Lukas ini berfokus pada pesan surgawi yang mengidentifikasi Yesus sebagai Putra dan, melalui kiasan dalam Yes 42:1, sebagai Hamba Yahweh. “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu yang padanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”. Hubungan Yesus dengan Bapa telah diumumkan dalam narasi masa bayi (Luk 1:32, 35; 2:49); muncul lagi di sini pada awal pelayanan Yesus di Galilea dan akan muncul kembali dalam Luk 9:35 sebelum bagian penting lainnya dari Injil Lukas, yaitu narasi perjalanan (Luk 9:51–19:27). Di bagian lain dalam tulisan Lukas (Luk. 4:18; Kis. 10:38), kejadian ini akan ditafsirkan sebagai bentuk pengurapan Yesus.
Luk 3:23-38 Silsilah Yesus, Anak Allah
23 Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, 24 anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, 25 anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, 26 anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, 27 anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, 28 anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, 29 anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, 30 anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, 31 anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, 32 anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, 33 anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, 34 anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, 35 anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, 36 anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, 37 anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, 38 anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.
↘↘↘
[Perikop Luk 3:23-38 atau 3:23, 31-34, 36, 38 digunakan sebagai opsi untuk 6 Januari (jika Perayaan Epifani jatuh pada 7 atau 8 Januari)
Setelah pelantikan Yesus sebagai Kristus, “yang diurapi oleh Allah” , diangkat menjadi utusan-Nya dan diakui sebagai Anak Kekasih Allah, Lukas menyampaikan susur galur moyang Yesus.
Lukas mengawali silsilah dengan kata-kata Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya. Lukas bermaksud memberikan perspektif kerja. Berbeda dari Silsilah Yesus yang dikemukakan oleh Matius (Mat 1:1-17), Jika Mat 1:2 mengawali silsilah Yesus dari Abraham untuk menekankan ikatan Yesus dengan umat Israel, maka universalisme Lukas mengarahkannya untuk menelusuri silsilah Yesus dari bawah melampaui Israel hingga sampai pada Adam, dan lebih jauh lagi hingga Allah (Luk 3:38) untuk menekankan kembali keilahian Yesus sebagai Putra. Lukas tidak berhenti sebelum akhirnya sampai pada Allah sebagai puncak silsilah itu. Ia adalah Anak Allah (ayat 38). Susur galur Lukas mengoreksi “anggapan orang” bahwa “Ia adalah anak Yusuf” (ayat 23). Dengan itu Lukas menegaskan kembali yang dikatakan malaikat kepada Maria (Luk 1:32.35), dengan pengakuan dari surga setelah langit terbuka menjawab doa Yesus (3:22).
Anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud [ay 31] sesuai dengan peran kenabian Yesus dalam Injil Lukas dan Kisah (misalnya, Luk 7:16, 39; 9:8; 13:33; 24:19; Kis 3:22–23; 7:37) Lukas menelusuri nenek moyang Yesus yang berasal dari Daud melalui nabi Natan (lihat 2 Sam 7:2), bukan melalui Raja Salomo, seperti Mat 1:6–7.
Kembali pada Injil Lukas Pengantar
Lanjut pada Injil Lukas 4