Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh FX Bambang Kussriyanto
BAB 2
Dalam garis besar susunan Bab 1-2 Injil Matius menunjukkan jalan pikiran Matius si Penulis Injil. Ia memperkenalkan Yesus, Anak Allah, Anak Abraham, Anak Daud, dari Maria dan suaminya, Yusuf (Mat 1:1-17). Yesus yang dikandung Maria dari Roh Kudus bukan anak biologis Yusuf, namun Yusuf yang keturunan Daud dengan menerima Maria menjadi isterinya adalah ayah yang sah dari Yesus secara hukum, sehingga Yesus pun keturunan Daud. Mesias dan Imanuel yang menyelamatkan (Mat 1 : 18-25).
Yesus dilahirkan di Betlehem sebagai Raja Sejati, Raja Damai, yang dinubuatkan Perjanjian Lama, diakui dan dihormati para bijak hingga di luar kawasan Israel. Kedatangan para Majus dari Timur menunjukkan bahwa Injil Yesus Kristus terbuka bagi semua bangsa dan akan diwartakan kepada bangsa-bangsa di seluruh dunia (Mat 2:1-12). Yesus Mesias sedari kelahiranNya tidak dikehendaki kalangan penguasa, raja, imam dan ahli hukum yang bermaksud membunuh Dia sehingga menyingkir ke Mesir. Tinggal di Mesir dan kemudian kembali lagi ke Palestina menurut nubuat Perjanjian Lama merupakan legitimasi Yesus Mesias sebagai Musa baru yang membebaskan dari kekuasaan kejam (Mat 2:13-18). Yesus Kristus, Penyelamat, Imanuel, Raja orang Yahudi, tinggal di Nazaret, Galilea, suatu kota kecil yang kurang berarti dan disebut Yesus dari Nazaret (Mat 2:19-23).
Mat 2:1-12 Raja Yahudi yang baru lahir
2:1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” 3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. 5 Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: 6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” 7 Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. 8 Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” 9 Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. 10 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. 11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. 12 Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
↘↘↘
[Perikop Mat 2:1-12 dalam Liturgi dibacakan pada Hari Minggu Epifani]
Yesus dilahirkan di Betlehem. Matius hanya menyebut kelahiran Yesus, tetapi ia tidak memberi gambaran bagaimana prosesnya. Ia hanya menyebut tempat kelahiran Yesus , yaitu Betlehem. Matius memang menekankan tempat yang bernama Betlehem dengan mengutip ayat Perjanjian Lama untuk menunjukkan kehendak dan peranan Allah yang sudah dinyatakan di masa lalu. “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mi 5:2). Matius mengutip kata-kata ini sebagai nubuat yang menyatakan tempat kelahiran Mesias (ay 6). Bahwa di Betlehem Allah berkenan menimbulkan tunas raja Daud: “dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”
Datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (ay 1). Mungkin sebelum Matius menulis Injil, sudah ada cerita lisan yang beredar sekitar kelahiran Yesus dan Matius menempatkan cerita lisan itu dalam Injil selaras dengan tujuannya, yaitu untuk menunjukkan bahwa Yesus sejak kelahiranNya mempunyai wibawa sebagai imam dan raja menurut tradisi Abraham, diwakili gambaran orang Majus dari Timur (Iran, Mesopotamia, tempat kelahiran Abraham).
Majus, magooi, adalah orang pintar atau bijak dari zaman kuno, mereka adalah spesialis dalam astrologi, pengobatan dan kadang-kadang dalam hal tenung. Di dalam Kitab Suci Septuaginta berbahasa Yunani, kata magooi dipakai untuk juru tenung yang dipanggil menghadap Raja Nebukadnezar dan menafsirkan mimpinya (Dan 1:20; 2:2.10.27). Dalam Perjanjian Baru, kata “magi” hanya satu kali digunakan merujuk seorang tukang sihir (Baryesus Kis 13:6). Yang lebih penting, sebutan “magi” atau ”majus” digunakan untuk para peziarah asing yang terhormat dari timur, yang datang ke Yerusalem di Palestina untuk menghormati kanak-kanak Yesus.
Mereka sering disamakan dengan golongan imam-imam dari Persia yang ahli menguraikan mimpi dan astrologi (lihat uraian Herodotus, Hist 1.101). Pekerjaan mereka menjelaskan pendapat mereka atas gejala bintang-bintang yang tidak biasa (bintang Betlehem) dan tempat asal mereka membuat mereka menjadi orang asing pertama yang mengakui dan memberikan penghormatan kepada Raja Kristus. Mereka bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Ada banyak Herodes (Herodes Agung, Herodes Antipas, Herodes Agripa). Yang dimaksud di sini adalah Herodes Agung seorang keturunan bangsa Idumea yang menjadi raja Yudea dari 37 SM. Ia bukan bangsa Israel asli tetapi menjadi penguasa Israel atas bantuan penjajah dari Roma. Herodes menggunakan cara-cara menjilat dan licik sehingga dapat menguasai daerah Idumea, Samaria, Yudea, Galilea dan Tranyordania. Karena curiga kepada segala macam musuh, terutama dari dalam kerajaannya sendiri, Herodes memerintah sebagai tiran dan kadang-kadang seperti orang gila. Karena dia bukan asli Yahudi maka ia tidak populer di kalangan rakyat Yahudi, dan mereka rasa tidak suka mereka dilipatgandakan oleh sikap Herodes yang tidak memedulikan agama dan toleran terhadap kultus Yunani di bagian-bagian kerajaan yang berbudaya Yunani. Karena selalu dibayangi ketakutan akan adanya konspirasi, banyak warga istana dibunuhnya, termasuk isterinya sendiri, Mariame, dan ketiga puteranya, beserta rakyat yang dituduh bersekongkol melawan dirinya. Kaisar Augustus dari Roma dengan nada bergurau menyatakan bahwa – dalam bahasa Yunani – lebih aman menjadi babi (hus) Herodes ketimbang menjadi putera (huios) Herodes, sebab mengikuti tradisi orang Yahudi Herodes tidak makan babi. Herodes Agung seorang pembangun yang sangat ambisius dalam sejarah Yahudi. Ia mendirikan berbagai kota sepanjang garis-garis Yunani (misalnya Kaisarea, Sebaste, Antipatris, dan Yerikho), membuat dan memperkuat banyak bangunan umum dan benteng-benteng seperti Masada, Herodium dan Aleksandrium. Untuk mendapat dukungan publik Herodes melaksanakan pemugaran Bait Allah Yerusalem secara besar-besaran sejak tahun 19 SM.
Herodes berkonsultasi dengan para imam kepala dan ahli Taurat. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Seorang imam adalah pengantara yang mendapat wewenang menyampaikan korban persembahan kepada Allah atas nama orang lain. Dalam Perjanjian Lama, atas ketentuan Allah, bangsa Israel dijadikan “kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel 19:6). Maka imam sangat erat hubungannya dengan kerajaan. Raja meawakili bangsanya menyampaikan kepada Allah macam-macam korban persembahan (bakaran, penebusan dosa, pendamaian) yang pelaksanaan persembahannya oleh para imam menurut Kode Hukum Imamat (Im 1-26). Dengan demikian para imam terlibat dalam urusan kerajaan. Dari kalangan para imam itu ada segolongan ahli kitab yang adalah pakar-pakar Hukum Taurat (Ezr 7:6, 11): bertindak sebagai pemimpin masyarakat dan menafsirkan Taurat untuk awam kebanyakan. Dan sebagian ahli Taurat membentuk kelompok elite masyarakat yang disebut Farisi. Penampilan imam kepala dan ahli Taurat di sini menjadi semacam perkenalan, permulaan dari peran mereka menjadi lawan yang berusaha membunuh Yesus (yang akan nyata dalam bab-bab selanjutnya dari Injil Matius). Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari engkaulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”
Kembali kepada para Majus, dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” Berdasarkan Perjanjian Lama misalnya Mzm 72:10-11 bahwa raja-raja datang memberi persembahan dan bersujud kepada Raja Damai; Yes 49:7-8 mereka menyembah mengingat Allah; 60:3.6 tergerak oleh terang yang ditimbulkan, timbul tradisi bahwa orang-orang Majus itu adalah tiga raja. Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Walaupun Injil Matius tidak menyebutkan jumlah mereka, gagasan tiga orang disimpulkan dari tiga persembahan, dan gagasan bahwa mereka itu raja timbul dari teks nubuat Perjanjian Lama (Mzm 72:10-11; Yes 60:3.6). Legenda Kristen menyebut nama mereka Baltasar, Gaspar dan Melkior. Selanjutnya para penafsir menguraikan makna simbolik ketiga persembahan; emas karena Yesus adalah seorang Raja, dupa kemenyan karena Dia adalah Tuhan, dan mur karena Dia menjadi manusia yang akan mati. Sekali lagi ada makna angkawi menurut tradisi di sini, bahwa tiga adalah lambang kesempurnaan. Tiga persembahan itu adalah persembahan sempurna untuk Yesus raja-imam yang sempurna yang baru lahir.
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain. Selalu ada “jalan lain” untuk menghindari yang jahat dan untuk melakukan kebaikan.
Perikop ini menyiapkan pengakuan bahwa Yesus adalah Raja orang Yahudi (lih nanti Mat 27:11.29.37) dan bagi tugas perutusan yang diberikanNya kepada para murid (Mat 8:11-12; 28:18-20).
Seperti para Majus, berusaha dengan sungguh mencari Yesus Kristus, terang bintang pedoman hidup kita dengan segenap hati, segenap akal-budi dan segenap kekuatan dalam situasi yang sulit sekali pun, dan menyampaikan kepadaNya persembahan hidup kita dan menyediakan diri bagi tugas perutusaanNya di mana pun kita berada.
Suatu khotbah begini: “Dalam Injil hari ini (Mat. 2,1-12), orang Majus dari timur yang diperintahkan oleh Raja Herodes untuk mencari Bayi Yesus dan menemukan Dia. Perjumpaan mereka dengan-Nya mengubah hidup mereka secara kualitatif. Mereka datang, mereka melihat dan mereka ditaklukkan. Mereka tidak kembali kepada Herodes, namun kembali ke negerinya “melalui jalan lain”. Mereka beralih dari cara dan sikap hidup “seperti tahun lalu”, dan menjadi pribadi baru—dengan visi, misi, dan arah baru. Semoga kita juga demikian.”
Mat 2:13-16 (17) Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku, Musa Baru
2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” 14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, 15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. [17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: 18 “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”]
↘↘↘
[Perikop Mat 2:13-16 dalam Liturgi dibacakan pada tanggal 28 Desember Peringatan Kanak-kanak Suci. Seleksi 2:13-16. 19-23 dibacakan pada Hari Minggu Keluarga Kudus Tahun A. Dua ayat 2:17-18 tidak dipakai].
Ketegangan besar kembali muncul setelah kunjungan orang-orang Majus. Yusuf yang merupakan tokoh penting dalam kisah ini diingatkan malaikat dalam suatu mimpi bahwa Herodes akan membunuh anak itu. Ia membawa keluarganya menyingkir ke Mesir (ay 13). Di sana Yusuf, Maria dan Yesus sekeluarga tinggal sampai Herodes mati (ay 19).
Raja Herodes Agung “terkejut” dan sangat menaruh perhatian pada kelahiran Mesias Yesus (Mat 2:4) berkaitan terutama dengan nubuat Mikha tentang raja keturunan Daud di masa depan yang akan dilahirkan di kota Betlehem (“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” Mi 5:2). Karena tidak ingin kekuasaannya nanti direbut “seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat Israel” (Mat 2:6) Herodes “menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu”.
Dengan ini Matius menunjukkan bahwa sejak lahirNya, Yesus tidak dikehendaki penguasa dan sudah dilibatkan situasi dalam politik kekuasaan yang kejam. Tetapi oleh Yusuf yang mendapat kisikan malaikat, Yesus dibawa menghindar ke Mesir. Bagi Matius, setelah menonjolkan Betlehem sebagai tempat lahir Yesus raja Israel keturunan Daud, Mesir ditampilkan sebagai tempat penting sebagai kerangka legitimasi Yesus dalam sejarah keselamatan. Mesir di masa bapa bangsa Yakub menjadi tempat penampungan bangsa Israel dari krisis kelaparan (Kej 46:2-5), hingga kemudian bangsa itu dijadikan budak penguasa dan kemudian, di bawah pimpinan Musa, membebaskan diri dan berduyun-duyun pindah ke Palestina. “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (ay 15, lihat juga Hos 11:1 dan 12:14) adalah kenangan bangsa Israel atas Keluaran dari Mesir di bawah Musa sekaligus nubuat masa depan tentang Mesias. Dan dengan menerapkan ayat itu pada Yesus, Matius memberi indikasi peran Yesus nanti sebagai Mesias adalah menjadi Musa baru, yang akan membebaskan umatNya.
Salah satu nubuat yang paling penting mengenai seorang penebus masa depan adalah bahwa Tuhan pada suatu hari akan “membangkitkan seorang nabi” bagi Israel “sama seperti aku” (Ul 18:1-17 [khususnya 18:15.18]) – seorang Musa baru. Israel diperintahkan untuk “mendengarkan” nabi itu, sebab kata Tuhan: “Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya” (Ul 18:18-19). Teks ini dengan jelas menunjuk kepada tokoh masa depan, karena kitab Ulangan diakhiri dengan pernyataan bahwa “Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel” dan yang melakukan mujizat-mujizat seperti dia (Ul 34:10-12). Maka Israel masih menantikan kedatangan pemimpin barunya. Karena nubuat ini, secara luas ada kepercayaan di kalangan Israel bahwa Mesias yang akan datang akan melaksanakan suatu “keluaran” baru dan yang lebih besar (Yoh 6:14.25-34; Kis 3:17-26). Yesus adalah Musa baru: seperti Musa, Dia diselamatkan dari seorang raja yang jahat dan kemudian pergi meninggalkan negeri Mesir (Mat 2:13-14; Kel 1-2).
Dalam terang hubungan ini, tulisan-tulisan Yahudi selanjutnya di luar Kitab Suci menyebut Musa sebagai “pembebas pertama” dan Mesias masa depan sebagai “pembebas terakhir” (Rabbah Ecclesiastes 1:28). Beberapa rabi bahkan percaya bahwa seperti Musa menurunkan hujan mana dari langit bagi Israel, maka Mesias nantinya akan memberikan mana dari surga. Dan seperti Musa membuat air mengalir dari batu karang di padang gurun, maka Mesias nantinya akan membuat sungai air mengalir [air hidup] di padang gurun (Rabbah Ecclesiastes 1:9). Menurut filsuf Yahudi abad pertama, Philo, Musa memegang jabatan rangkap tiga: imam, nabi dan raja (Moses, 2:1-7).
Dengan cerdas dan dalam bimbingan Allah menempatkan diri sebagai mitra Yesus Kristus, Musa baru, ikut serta berperan sebagai nabi kebenaran, imam yang menguduskan dan raja yang melayani dengan murah hati (mengolah rahmat Sakramen Krisma) demi keselamatan dunia dan umat manusia.
Suatu khotbah menantang kita. Ada faktor Herodes dan faktor Yusuf dalam diri kita masing-masing, dan ada faktor Herodes dan Yusuf di antara kita. Renungkan ini: Herodes sang perusak, Yusuf sang pelindung; Herodes si menimbulkan rasa takut, Yusuf si pelindung; Herodes operator, Yusuf kooperator; Herodes yang berkuasa, Yusuf yang rendah hati; Herodes sang panglima, Yusuf sang pemimpi. Daftarnya bisa terus berlanjut. Semoga Yusuf dalam diri kita masing-masing tumbuh dan berkembang.
Mat 2:3-16.19-23 Yesus Orang Nazaret
2:19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:20 “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” 21 Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. 22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. 23 Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
↘↘↘
Sekali lagi Matius menekankan faktor lokasi yang penting menurut sejarah iman, yaitu Nazaret. Setelah Herodes Agung mati, ancaman dari mereka yang hendak membunuh Anak itu (ay 20) sudah hilang. Maka sesuai kitab suci “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” (ay 15) harus terpenuhi. Yusuf menjadi tokoh penting kisah ini. Mengikuti perkataan malaikat yang muncul dalam mimpinya, Yusuf membawa Yesus dan Maria meninggalkan Mesir, tempat pengungsian mereka, kembali ke Palestina, “tanah Israel” (ay 21).
Mereka tidak kembali ke Betlehem di daerah Yudea, sebab Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya (ay 21). Sekedar informasi, Arkhelaus adalah putera raja Herodes Agung dengan Maltake. Arkhelaus, seperti saudara-saudaranya Filipus dan Herodes Antipas, sama-sama mewarisi kerajaan sepeninggal ayah mereka. Bagian warisan Arkhelaus meliputi Yudea, Samaria dan Idumea, tetapi oleh Kaisar Roma, Augustus (memerintah tahun 27 SM – 14 M), daerah kekuasaan Arkhelaus dikurangi untuk upaya memecah-mecah negara Yahudi, dan Arkhelaus tidak diberi gelar Raja melainkan Kepala Daerah. Sesuai firasat Yusuf (ay 21) Arkhelaus tidak disukai oleh rakyat Yahudi karena kejam dan tidak becus, dan karena ia menikahi mantan isteri saudaranya, Aleksander, yang sudah melahirkan anak-anak untuk saudaranya itu. Pada tahun 6 M kelompok-kelompok Yahudi dan Samaria mengajukan petisi ke Roma untuk mencopot dia. Augustus melengser Arkhelaus dari jabatannya dan mengasingkannya di Gallia. Yudea kemudian dijadikan bagian provinsi Suriah dari Kekaisaran Roma. Arkhelaus meninggal pada tahun 18M.
Menghindari Arkhelaus yang diberitakan kejam dan tidak becus memerintah, Yusuf mengikuti nasehat malaikat membawa Yesus dan Maria ke daerah Galilea, di kota Nazaret (ay 22 dan 23).
Galilea adalah suatu kawasan di Palestina utara yang berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah barat, Sungai Yordan dan Laut Galilea di sebelah timur, dataran Esdralon di sebelah selatan, dan Nahr el-Qasimiyeh di sebelah utara. Keadaan geografisnya beraneka ragam. Pegunungan Lebanon terentang sampai di bagian utara Galilea, dengan kawasan bukit-bukit karang yang terjal, sementara Galilea selatan adalah bukit-bukit landai dan dataran subur. Dalam masa Perjanjian Baru, orang Yahudi Galilea tidak begitu dihargai oleh sesamanya di Yerusalem dan Yudea (Yoh 1:46; 7:52), mungkin karena banyaknya bangsa-bangsa lain yang lama menetap di Galilea (bdk Mat 4:15) dan karena jarak antara Galilea dan Yerusalem cukup jauh. Karena itu Galilea relatif aman dan tenteram dari gejolak politik. Galilea diwariskan Herodes Agung menjadi wilayah kekuasaan anaknya yang lain, tetrarka Herodes Antipas (Luk 3:1; 13:31).
Dalam Injil, daerah Galilea dikenang sebagai medan untuk sebagian besar karya Yesus. Sejumlah kota di Galilea disebutkan dalam Perjanjian Baru, termasuk Kana, Kapernaum, Nazaret dan Tiberias.
Adapun kota Nazaret terletak di kawasan Galilea bawah (sekarang en-Nasira), di sebelah utara lembah Yisreel, tempat di mana Maria dan Yusuf tinggal dan Yesus dibesarkan (Mat 2:23; Luk 1:26; 4:16). Nazaret hanyalah suatu kota kecil dan tidak begitu penting di Galilea. Maka penyebutan kota Nazaret dapat menimbulkan keraguan atau sikap sinis bahkan di kalangan sesama orang Galilea (Yoh 1:45-46).
Karena tumbuh dewasa di Nazaret, Yesus disebut “Yesus dari Nazaret” (Mat 21:11; Mrk 1:9; Yoh 1:45; Kis 10:38). Sebutan “orang Nazaret” diberikan kepada Yesus bukan sekedar untuk menyebutkan kota asalnya, tetapi juga untuk membedakan Dia dari Yesus-Yesus yang lain, karena nama Yesus (dari nama Ibrani Y[eh]osua) merupakan nama yang banyak dipakai orang di Palestina abad pertama. Penulis Injil Matius memandang sebutan ini sebagai pemenuhan suatu nubuat : “Ia akan disebut orang Nazaret” (Mat 2:23). Karena tidak ada nubuat dari Perjanjian Lama yang bunyinya seperti itu, diduga Matius mengandalkan suatu permainan kata di antara “Nazarene” dan kata Ibrani nazir dari nubuat malaikat tentang Simeon (Hak 5:13), atau kata neser (“tunas”), yang muncul dalam nubuat Mesianis yang berasal dari Yes 11:1. Motif Mesias sebagai “tunas” juga muncul di tempat lain, misalnya dalam kitab Yeremia (Yer 23:5; 33:14-16) dan Zakharia (Za 3:8; 6:11-13). Di semua ayat ini, tunas merupakan gambaran bagi Raja Penyelamat yang ditetapkan terbit dari garis keturunan Raja Daud. Nanti, orang banyak mengenal “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret di Galilea” (Mat 21:11). Dan ketika Yesus disalib, Injil Matius mengatakan: “Di atas kepalaNya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: Inilah Yesus Raja orang Yahudi” (Mat 27:37)”. Injil Yohanes memberi kesaksian: “Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: Yesus orang Nazaret Raja orang Yahudi” (Yoh 19:19).
Yusuf membawa dan menempatkan Yesus di daerah yang aman tenteram kurang bergejolak di kota Nazaret agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai tunas yang kemudian menjacapai kemuliaan rajawi. Kita diharap bertumbuh seperti Yesus dari Nazaret, yaitu melalui hal-hal kecil sederhana yang walaupun tidak menjadi perhatian umum nantinya dapat membawa kita pada kemuliaan martabat yang setinggi-tingginya.