Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh: FX Bambang Kussriyanto

Bab 1
I. Karya Yohanes Pembaptis
(Mrk 1:1-8)
1:1 Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
2 Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; 3 ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, 4 demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” 5 Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. 6 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. 7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. 8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:1-8 digunakan untuk Liturgi pada Hari Minggu II Adven – Tahun B]
Markus menulis pembukaan Injil yang ditulisnya dengan satu kalimat pendek dan padat. “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (ay 1). Dalam kalimat pendek ini Markus dengan tegas menyampaikan kabar gembira (Injil) sekaligus menyatakan imannya sendiri, tentang Yesus yang adalah Kristus, dan bahwa Dia adalah Anak Allah. Pernyataan ini sekali gus menunjukkan tujuan Injil yang ditulisnya, yaitu agar pembaca menerima kabar gembira yang ditulisnya tentang Yesus, dan secara bertahap seiring dengan jalannya kisah Injil, berproses hingga pada akhirnya mengenal Dia sebagai Kristus Penebus, yang sejak semula diimani Markus sebagai Anak Allah.
Berbeda dari penulis Injil lain (terutama Matius dan Lukas) Markus tidak menulis tentang kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus. Ia langsung mengenalkan Yesus sebagai orang dewasa, dengan Yohanes Pembaptis di latar depannya.
Yohanes Pembaptis ditampilkan sebagai realisasi dari nubuat seorang nabi Israel, Nabi Yesaya, tujuh ratus tahun sebelumnya. “Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (ay 2-3). Meskipun Markus menyebutkan nubuat itu berasal dari Yesaya, namun teksnya merupakan kombinasi dari Mal 3:1; Yes 40:3; Kel 23:20. Hanya itulah informasi tentang Yohanes Pembaptis, yang juga tidak diceritakan asal usulnya oleh Markus. Seolah tidak sempat dan tidak perlu. Yang utama adalah bahwa Yohanes Pembaptis punya tugas penting dan mendesak “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (ay 3). Demi tugas itu “Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (ay 4).
Pesannya mirip dengan pesan para nabi-nabi Israel ratusan tahun sebelumnya, menegur umat Allah atas cara hidup mereka yang tidak selaras dengan kehendak Allah dan mencoba membangkitkan pertobatan sejati dalam diri mereka. Bertobat artinya kembali menyesuaikan diri lagi kepada Allah dan petunjuk-petunjuk-Nya. Adapun pertobatan itu ditandai dengan baptis. Yaitu menenggelamkan diri dalam air, tanda dibersihkan dari dosa-dosa. Di antara orang-orang yang tidak peduli dengan perkara-perkara Allah, tugas kenabian Yohanes adalah membangkitkan minat mereka, menggeser mereka dari sikap puas diri, dan membangkitkan niat baik dalam diri mereka untuk mengenali dan menerima Kristus ketika Dia datang. Lalu Kristus itu siapa? Tentang Dia adalah rahasia yang perlu disingkapkan berangsur-angsur dengan membaca terus hingga habis Injil yang ditulis Markus.
Pakaian Yohanes yang dari kulit hewan dan makanannya mengingatkan orang-orang Yahudi pada tampilan nabi Elia (2Raj 1:8) dalam kenangan mereka. Yohanes memecah keheningan suara kenabian di Israel beberapa abad sebelumnya, ketika ia mulai menyampaikan firman Allah kepada umat Israel. Khotbah dan tampilan pakaian Yohanes Pembaptis memancarkan kharisma yang menarik orang banyak. “Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan” (ay 5). Sejarawan Yahudi bernama Yosefus menulis bahwa Yohanes mendapat banyak pengikut karena ajakannya agar mereka bertindak adil dan bijak (Ant 18:116-119). Yohanes bekerja di gurun Yudea yang meliputi sebelah timur Yerusalem hingga tepian Sungai Yordan di bagian selatan. Pada waktu itu seluruh Palestina dijajah Kekaisaran Roma. Negeri itu dipecah menjadi tiga agar lebih mudah diatur. Yudea merupakan salah satu provinsi yang dipimpin oleh seorang Gubernur atau wali-negeri yang bekerja di Kaisarea-Maritima. Tetapi kadang-kadang gubernur Romawi mengunjungi Yerusalem terutama pada hari-hari raya untuk memastikan ketertiban dan keamanan, karena Yerusalem merupakan pusat kegiatan keagamaan bangsa Yahudi.
Kepada mereka yang datang kepadanya, Yohanes Pembaptis menyatakan: : “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” (ay 7-8). Bahwa ia hanya bekerja menyiapkan jalan bagi Kristus yang lebih berkuasa, seolah disandingkan denganNya, menjadi budak pun ia tidak memenuhi syarat : “membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Kristus akan membaptis dengan curahan Roh Kudus, daya ilahi, sedang dia hanya membaptis dengan air. Jika baptisan Yohanes adalah untuk pertobatan – meninggalkan dosa dan menjalani hidup sesuai dengan firman Tuhan, baptisan Kristus dengan air dan Roh Kudus menghasilkan kelahiran manusia baru untuk masuk dalam Kerajaan Allah sebagai anak-anak Allah.
“Ya Allah, bimbinglah aku ke dalam pertobatan sejati demi menyambut kedatangan Anak-Mu. Biarlah aku merasakan sukacita menantikan Dia hadir di hatiku. Penuhi aku dengan Roh-Mu dan kuatkan aku untuk menjadi saksi kebenaran Injil, dan mengarahkan orang lain kepada Yesus Kristus.”
II. Yesus Dibaptis dan Dicobai
(Mrk 1:9-13)
[1:7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. 8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”] 9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. 10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. 11 Lalu terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” 12 Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. 13 Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:7-11 – digunakan dalam Liturgi Hari Pembaptisan Tuhan (Tahun B) sedangkan Mrk 1:12-15 – digunakan pada Hari Minggu Prapaskah 1 – Tahun B]
Dari perikop sebelumnya sudah ditulis, kepada mereka yang datang kepadanya, Yohanes Pembaptis menyatakan: : “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” (ay 7-8). Bahwa ia hanya bekerja menyiapkan jalan bagi Kristus yang lebih berkuasa, seolah disandingkan denganNya, menjadi budak pun ia tidak memenuhi syarat : “membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Kristus akan membaptis dengan curahan Roh Kudus, daya ilahi, sedang dia hanya membaptis dengan air. Jika baptisan Yohanes adalah untuk pertobatan – meninggalkan dosa dan menjalani hidup sesuai dengan firman Tuhan, baptisan Kristus dengan air dan Roh Kudus menghasilkan kelahiran manusia baru untuk masuk dalam Kerajaan Allah sebagai anak-anak Allah.

Markus memberitakan, seorang bernama Yesus dari Nazaret, yang berada di wilayah Galilea, datang ke gurun Yudea dan dibaptis Yohanes di sungai Yordan (ay 9). Tidak ada penjelasan siapa itu Yesus kecuali bahwa ia berasal dari Nazaret di Galilea. Tidak ada percakapan yang memberitahukan sesuatu tentang pertobatan atau apa pun antara Yesus dan Yohanes Pembaptis. Hanya fakta bahwa Yesus dibaptis Yohanes di sungai Yordan. Tetapi kejadian sesudah pembaptisan adalah fenomena yang sangat luar biasa.
Ketika Yesus keluar dari air, langit terkoyak. Seolah Yesus turun ke air untuk membuka pintu surga, sehingga Roh seperti burung merpati turun ke atasNya (ay 10). Kemudian terdengar suara pernyataan dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (ay 11). Fenomena yang terjadi adalah suatu campur tangan ilahi dalam penggenapan janji. Di sini maksudnya adalah turunnya Roh ke atas Yesus, yang mengurapi Dia untuk karya pelayanan-Nya (lih. Yes 11:2; 42:1; 61:1; 63:9). Suara proklamasi, maklumat dari Allah, bahwa Yesus dari Nazaret, adalah Anak kekasih Allah, yang kepadaNya Allah yang di surga bersukacita. Persetujuan surga atas Yesus merupakan jaminan bahwa Yesus akan menyelesaikan misi keselamatan mesianik-Nya.Dengan demikian Markus memberitahukan dari mana asalnya sebutan Anak Allah dalam kalimat pembukaan Injil yang ditulisnya (Mrk 1:1). Dari proklamasi Allah sendiri.
Yesus pertama-tama mengidentifikasikan diri-Nya dengan bangsa Israel dengan mengikuti baptisan pertobatan Yohanes. Seperti halnya di padang gurun Sinai (Ul 14:1), demikian pula di sini, di padang gurun Yudea, status Israel sebagai anak Allah diperbarui (ay 11).
“Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun” (ay 12). Tanpa penjelasan lain, segera sesudah kejadian sekitar pembaptisan Yesus, Roh membawaNya ke padang gurun tak jauh dari tepi sungai Yordan itu. Roh yang sama yang turun atas Yesus saat Dia dibaptis, sekarang membawaNyaa ke padang gurun. “Di sana Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai iblis” (ay 13) yang berupaya menggagalkan pekerjaan Tuhan. Tidak dijelaskan pencobaan macam apa yang dialami Yesus dan bagaimana kejadiannya. Kehadiran binatang buas mungkin menunjukkan situasi mengerikan dan bahaya gurun yang dianggap sebagai tempat tinggal iblis tetapi mungkin juga mencerminkan gambaran surga yang harmonis di antara semua makhluk (lih. Yes 11:6–9). Namun Ia di sana berada di antara binatang-binatang liar mengingatkan situasi Adam di dalam kedamaian Taman Firdaus sebelum jatuh dalam dosa, dan bahwa malaikat-malaikat yang mahluk surga melayaniNya. Kehadiran para malaikat yang melayani Yesus mengingatkan kita akan malaikat yang membimbing bangsa Israel di padang gurun pada Eksodus pertama (Kel 14:19; 23:20) dan malaikat yang memberikan makanan kepada Elia di padang gurun (1 Raj 19:5–7). Gabungan kekuatan baik dan jahat serentak hadir pada situasi Yesus di padang gurun. Ketaatan-Nya yang berkelanjutan akan melahirkan Israel baru milik Allah, sedang pemberontakan Israel membawa kematian dan keterasingan. Ikhtisar singkat dari Markus itu mau mengatakan bahwa dalam semacam rentang situasi empat puluh hari dalam pencobaan iblis, Yesus memenangkan kembalinya kedamaian asali Taman Firdaus dan pelayanan surgawi para malaikat.
Bahwa perikop ini dibacakan pada liturgi Hari Raya Pembaptisan Tuhan yang mengawali hari-hari dalam masa biasa hendak mengingatkan kita pada kelahiran kita sebagai manusia baru dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Supaya kita hidup dalam Roh yang membimbing kita menjalani hidup sehari-hari menolak kejahatan iblis dalam segala bentuknya, dan hanya mengabdi kepada Allah.
Pemaparan tentang Yesus dalam Mrk 1:1-13 seluruhnya dengan rujukan singkat mengenai pencobaan Iblis yang gagal hendak menyatakan Yesus sebagai Anak Allah yang jaya, suatu poin yang perlu diingat ketika kita nanti membaca kisah kematian Yesus dan akhir yang penuh teka-teki dari Injil Markus.
III. Karya dan Ajaran Yesus (Mrk 1:14-8:30)
A. Karya Yesus di Galilea (Mrk 1:14-3:12)
Kerangka Injil Markus sebagian bersifat geografis: Semacam rute dari Galilea (Mrk 1:14–9:49), melalui daerah “di seberang sungai Yordan” (Mrk 10:1) dan melalui Yerikho (Mrk 10:46–52), ke Yerusalem ( Markus 11:1–16:8). Jarang sekali Yesus masuk ke wilayah non-Yahudi (Mrk 5:1-20; 7:24-37), namun mereka yang mengakui Dia di sana dan perwira yang mengakui Yesus di kayu salib (Mrk 15:39) menandakan perluasan Injil ke wilayah-wilayah non-Yahudi. dunia di luar Palestina.
Mrk 1:14-15, merupakan ayat-ayat kunci dalam Injil Markus yang berisi program, merangkum apa yang Yesus wartakan sebagai Injil: penggenapan, dekatnya kerajaan, dan oleh karena itu perlunya pertobatan dan iman. Setelah panggilan keempat murid pertama, semuanya nelayan (Mrk 1:16-20), kita melihat Yesus terlibat dalam pengajaran (Mrk 1:21, 22, 27), berkhotbah (Mrk 1:38, 39), dan penyembuhan ( Mrk 1:29–31, 34, 40–45), dan mengusir setan (Mrk 1:22–27, 34–39). Isi ajaran Yesus jarang diungkapkan, terutama dalam perumpamaan (Mrk 4) tentang kerajaan. Penyembuhannya, khususnya pada hari Sabat (Mrk 3:1-5); tuntutan-Nya, seperti halnya Allah, untuk mengampuni dosa (Mrk 2:3-12); persekutuan mejanya dengan pemungut cukai dan orang berdosa (Mrk 2:14-17); dan pernyataan bahwa para pengikutnya sekarang tidak perlu berpuasa tetapi harus bersukacita saat Yesus hadir (Mrk 2:18-22), semuanya memicu pertentangan yang akan berujung pada kematian Yesus (Mrk 3:6).
Dalam Markus, Yesus digambarkan sebagai orang yang sangat populer di kalangan masyarakat Galilea selama pelayanannya (Mrk 2:2; 3:7; 4:1).

Mrk 1:14-20 “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”
[1:12 Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. 13 Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai o leh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.] 14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, 15 kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” 16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” 18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. 20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:12-15 – digunakan dalam Liturgi pada Hari Minggu Prapaskah 1 – Tahun B sedang Mrk 1:14-20 – pada hari Senin dalam Pekan Biasa I dan pada Hari Minggu Biasa 3 – Tahun B ]
Merenungkan perikop Mrk 1:12-15 dalam Pekan Prapaska I mengharuskan kita membaca kembali komentar ay 12-13 dalam nuansa Prapaskah. “Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun” (ay 12). Tanpa penjelasan lain, Roh membawa Yesus ke padang gurun. Markus tidak menulis apa pun tentang puasa. “Di sana Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai iblis” (ay 13). Gurun merupakan kata kunci. Gurun adalah situasi persiapan Israel menjadi umat Allah setelah dibebaskan dari perbudakan Mesir menuju ke tanah perjanjian. Gurun adalah tempat pendadaran dan ujian. Tidak dijelaskan pencobaan macam apa yang dialami Yesus dan bagaimana kejadiannya. Kehadiran binatang buas mungkin menunjukkan situasi mengerikan dan bahaya gurun yang dianggap sebagai tempat tinggal iblis tetapi mungkin juga mencerminkan gambaran surga yang harmonis di antara semua makhluk (lih. Yes 11:6–9). Namun Ia di sana berada di antara binatang-binatang liar mengingatkan situasi Adam di dalam kedamaian Taman Firdaus sebelum jatuh dalam dosa, dan bahwa malaikat-malaikat yang mahluk surga melayaniNya. Kehadiran para malaikat yang melayani Yesus mengingatkan kita akan malaikat yang membimbing bangsa Israel di padang gurun pada Eksodus pertama (Kel 14:19; 23:20) dan malaikat yang memberikan makanan kepada Elia di padang gurun (1Raj 19:5–7). Gabungan kekuatan baik dan jahat serentak hadir pada situasi Yesus di padang gurun. Ketaatan-Nya yang berkelanjutan akan melahirkan Israel baru milik Allah, sedang pemberontakan Israel membawa kematian dan keterasingan. Ikhtisar singkat dari Markus itu mau mengatakan bahwa dalam semacam rentang situasi empat puluh hari dalam pencobaan iblis, Yesus memenangkan kembalinya kedamaian asali Taman Firdaus dan pelayanan surgawi para malaikat. Maka dalam kerangka hari-hari masa Prapaskah kita diajak untuk mendamaikan unsur-unsur yang baik dan yang jahat dalam diri kita agar diatur kembali kepada tatanan asali Firdaus yang mencerminkan hidup baru dalam bayangan surga.
Hidup baru itu ditandai oleh karya aktif yang baik dan giat sehari-hari, sebagaimana Yesus memulai karyaNya di Galilea. “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ay 14-15). Misi aktif Yohanes Pembaptis melakukan karya kenabian menyerukan pertobatan dengan pembaptisan untuk pengampunan dosa (ay 2-8) terhenti karena ia ditangkap. Markus tidak memberi keterangan mengapa, bagaimana dan siapa sehubungan dengan penangkapan Yohanes. Penjelasan tentang itu ditunda oleh Markus. Yang jelas karyanya di Yudea (ay 5) terhenti, hanya kemudian sebagai suatu kelanjutan, ganti Yesus yang memulai karyaNya (seperti telah dikatakan Yohanes: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku..”). Tetapi Yesus tidak berkarya di Yudea, melainkan di Galilea.
Galilea adalah suatu kawasan di Palestina utara yang berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah barat, Sungai Yordan dan Laut Galilea di sebelah timur, dataran Esdralon di sebelah selatan, dan Nahr el-Qasimiyeh di sebelah utara. Keadaan geografisnya beraneka ragam. Pegunungan Lebanon terentang sampai di bagian utara Galilea, dengan kawasan bukit-bukit karang yang terjal, sementara Galilea selatan adalah bukit-bukit landai dan dataran subur. Dalam masa Perjanjian Baru, orang Yahudi Galilea tidak begitu dihargai oleh sesamanya di Yerusalem dan Yudea (Yoh 1:46; 7:52), mungkin karena banyaknya bangsa-bangsa lain yang lama menetap di Galilea (bdk Mat 4:15) dan karena jarak antara Galilea dan Yerusalem cukup jauh. Karena itu Galilea relatif aman dan tenteram dari gejolak politik. Galilea diwariskan Herodes Agung menjadi wilayah kekuasaan anaknya yang lain, tetrarka Herodes Antipas (Luk 3:1; 13:31).
Dalam Injil, daerah Galilea dikenang sebagai medan untuk sebagian besar karya Yesus. Sejumlah kota di Galilea disebutkan dalam Perjanjian Baru, termasuk Kana, Kapernaum, Nazaret dan Tiberias.
Seperti sudah ditulis dalam pengantar Bagian ini, Galilea merupakan suatu titik tolak rute perjalanan karya Yesus. Di situ Ia “memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
Injil Allah adalah kabar baik keselamatan dari Allah. Kabar baik itu adalah karena saatnya sudah tiba (waktunya sudah genap} dan karena Kerajaan Allah sudah dekat (ay 14). Pengertian Kerajaan Allah adalah pemerintahan oleh Allah atas hidup umatNya dengan segala syarat dan akibatnya. Syarat pertama adalah pertobatan. Yesus menyerukan “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ay 15). Maksudnya agar manusia menundukkan diri kepada Allah dan menata kembali hidupnya sesuai dengan perintah-perintah Allah. Percaya kepada Injil berarti mau menerima kabar baik itu dan menyesuaikan hidup dengannya. Akibat yang diharapkan dari pertobatan dan percaya kepada Injil adalah hidup damai sejahtera dalam Allah selamanya.
Yesus memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ay 14-15), merupakan inti sari karya Yesus. Ia membentuk suatu tim kerja untuk karya itu. “Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (ay 16-17). Mula-mula Ia merekrut dua bersaudara Simon dan Andreas. Kemudian ditambahkanNya dua bersaudara Yakobus dan Yohanes. “Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia” (ay 19-20). Tim kerja itu “mengikuti Dia” sebagai tanggapan spontan atas panggilanNya “Ikutlah Aku”.
Matius dalam Injilnya mengikuti Injil Markus, melaporkan pekerjaan yang paling strategis dalam karya Yesus, yang dapat disebut sebagai kerangka dasarnya, yaitu panggilan pemuridan. Yesus mengawali karya itu dengan memanggil Simon yang disebut Petrus, dan Andreas. Yakobus anak Zebedeus dan saudaranya Yohanes. Mereka digambarkan secara spontan menanggapi panggilan itu dan mengikut Yesus, meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka. Keempat murid perdana ini nantinya mempunyai tempat khusus dalam kelompok murid Yesus yang disebut rasul-rasul. Mereka yang umumnya nelayan penjala ikan, dengan mengikut Yesus sebagai murid-muridNya diubah menjadi “penjala manusia” dalam arti menarik manusia ke dalam Kerajaan Allah.
Panggilan Yesus “Mari, ikutlah Aku” (ay 19) dalam rangka pemuridan bukan hanya berarti berjalan di belakang Yesus, tetapi juga tinggal padaNya dan bersama Dia sebagai rekan kerja.
Tema pemuridan merupakan suatu tema pokok dalam Injil Markus. Pembaca Injil Markus juga dipanggil Yesus “mengikuti Dia” setidak-tidaknya untuk belajar dari tindakan dan kata-kataNya dalam rangka pengabdian kepada Allah.
“Yesus yang baik, Engkau telah memanggil namaku secara pribadi, sama seperti Engkau memanggil murid-murid-Mu yang pertama, Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Bantulah aku untuk memercayai firman-Mu dan mengikuti Engkau dengan setia. Penuhi aku dengan sukacita Injil yang Engkau berikan. cahaya mungkin bersinar melalui diriku dan banyak orang lainnya.”

Mrk 1:21-28 Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa
21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. 22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. 23 Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: 24 “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” 25 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” 26 Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. 27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” 28 Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:21-28 – digunakan dalam Liturgi pada hari Selasa dalam Pekan Biasa I dan pada Hari Minggu Biasa 4 – Tahun B].
Kapernaum suatu kota di bagian baratlaut pantai Danau Galilea, mungkin sekarang kota modern Tell Hum. Kota ini menjadi pangkalan utama Yesus ketika berkarya di Galilea (Mat 4:13; Mrk 2:1). Di sini Ia tinggal dan melalukan berbagai penyembuhan (Mat 8:5; Mrk 1:21-28; 2:1-12; Luk 7:1-10; bdk Yoh 4:46-54). Dikatakan “Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar” (ay 21). Pada hari Sabat, orang Yahudi berkumpul di rumah ibadat yang disebut sinagoga. Di situ mereka memuji Allah dengan menyanyikan Mazmur, mendengarkan Kitab Suci dan khotbah pengajaran. Ada banyak pengkhotbah, ahli Taurat, yang berkeliling menerangkan Kitab Suci dan memberikan pengajaran. Yesus menggunakan kesempatan pada hari Sabat itu untuk mengajar. Tidak dijelaskan apa materi yang diajarkan Yesus, tetapi Markus menunjukkan reaksi orang atas penampilan Yesus. “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat” (ay 22). Bahwa Ia mengajar dan berkata-kata dengan kuasa disebut dua kali (ay 22 dan 27) dalam arti menunjukkan wibawa yang dampaknya sangat besar menimbulkan takjub dan penghargaan dari pendengar melebihi tradisi pengajaran para pengkhotbah keliling dan para ahli Taurat. Ia disejajarkan dengan wibawa para nabi yang terdahulu.
Wibawa Yesus yang sangat besar bahkan mengejutkan roh jahat yang merasuki seseorang. “Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (ay 23-24). Roh jahat disebut demikian karena berlawanan dengan kebaikan manusia, membuat kerusakan dan menolak kekudusan Tuhan. Roh jahat itu mengenal dan takut pada kuasa Yesus yang menghancurkan pengaruhnya seperti nanti ditunjukkan Injil Markus (lih. Mrk 1:32, 34; 3:11; 6:13). Bahwa roh jahat itu mengenal Yesus dengan kata-kata “Yang Kudus dari Allah” bukanlah penghargaan atau penghormatan melainkan upaya bela diri untuk menghindari kekuatan Yesus yang menghancurkan cengkeraman pengaruhnya. Selain itu Setan juga dapat mengobral dengan murah rahasia jati diri Yesus yang masih perlu dijaga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. “Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” (ay 25). Yesus membungkam teriakan roh jahat itu dan memerintahkannya keluar dari orang yang dirasukinya. “Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya” (ay 26).
Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu, “Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Markus menunjukkan reaksi orang-orang itu sebagai tanggapan atas pengajaran dan tindakan Yesus, yang dianggap aliran ajaran baru yang penuh kuasa, hingga “roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Tetapi pertanyaan “Apa ini?” mengisyaratkan suatu keraguan dan rasa penasaran di antara mereka juga yang nanti secara negatif berkembang menjadi suatu penolakan.
“Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea” (ay 28), tentu saja kabar itu berisi kinerjaNya sebagai pengajar yang penuh kuasa seperti para nabi dari masa dahulu, namun juga “baru”, sebab begitu besar wibawanya bahkan roh-roh jahat pun taat kepadaNya.
“O Yesus, firman-Mu adalah kekuatan dan hidup. Semoga aku tidak pernah meragukan cinta dan belas kasih-Mu yang menyelamatkan, serta kekuatan firman-Mu yang membawa kesembuhan dan pembebasan bagi mereka yang membutuhkan.”
Mrk 1:29-39 Kabar baik tersiar meluas
1:29 Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. 30 Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. 31 Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. 32 Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. 33 Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. 34 Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. 35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. 36 Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; 37 waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” 38 Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” 39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:29-39 – digunakan dalam Liturgi pada hari Rabu dalam Pekan Biasa I dan pada Hari Minggu Biasa 5 – Tahun B]
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas (ay 29). Petrus dan saudaranya, Andreas, adalah nelayan Galilea dari kota Betsaida (Mat 4:18-20; Yoh 1:44). Namun mereka punya rumah di Kapernaum yang terletak tidak jauh dari Betsaida. Ke rumah itulah Yesus dan rombonganNya singgah. Petrus sudah menikah dan dikatakan bahwa “Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus” (ay 30). Yesus menunjukkan perhatianNya kepada setiap penderitaan. Maka “Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka” (ay 31). Penyembuhan ibu mertua Simon dengan jamahan tangan merupakan lanjutan tindakan Yesus yang menunjukkan kuasaNya di sinagoga Kapernaum. Kebaikan yang satu disusul kebaikan yang lain. Mujizat yang satu disusul mujizat berikutnya. Reaksi yang baru di sini adalah bahwa setelah disembuhkan, ibu itu “melayani” Yesus dan rombonganNya. Di kemudian hari ada kelompok perempuan dari daerah Galilea yang mengikuti Yesus dan melayani keperluanNya ke mana saja Ia pergi. Bahkan pada waktu Ia mati (Mrk 16:1).
Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dalam dan melalui Yesus Kerajaan itu tampak datang membuat kebaikan-kebaikan untuk manusia, menghilangkan penderitaan dan mengusir yang jahat. Melalui Yesus, Allah memulihkan keadaan mahluk ciptaanNya. Yang dilakukan Yesus atas mertua Petrus membuka aspek baru karya Yesus, yaitu menyembuhkan. Maka “menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan (ay 32). Menjelang malam, itu berarti hari Sabat sudah berlalu, aturan Sabat sudah tidak berlaku, sehingga orang sudah boleh bekerja menggotong kerabatnya yang sakit. “Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu (ay 33). Gambaran “seluruh penduduk kota” menunjukkan betapa cepatnya kabar baik merambat di antara mereka yang membutuhkan pemulihan. Berkerumun “di depan pintu” menggambarkan besarnya harapan orang yang memerlukan pertolongan “Kerajaan Allah”. Dan nampaknya harapan itu dipenuhi Yesus. “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia” (ay 34). Setan adalah biang segala dusta, jika dibiarkan bicara mereka memutarbalikkan fakta. Pengenalan akan Dia dapat diselewengkan sehingga menghambat pelaksanaan misi karya Yesus. Ada rahasia yang harus dijaga agar diketahui pada waktunya. Maka Ia menyuruh setan-setan diam.
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (ay 35). Kiranya bagi Yesus kesibukan bukan alasan untuk menemukan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi dan berdoa. Ia memberi teladan untuk menjaga komunikasi dengan Allah.“ Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau” (ay 36-37). Berbagai pihak demi kepentingan masing-masing akan berusaha menekan dan memberikan beban mereka tanpa memedulikan yang lain-lain. Diperlukan sikap agar tidak terjerat ikatan yang membelenggu dan menghambat pekerjaan yang lebih penting. Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (ay 38). Kepada para murid ia memberitahukan tugas utama yang harus dilaksanakanNya. Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan (ay 39). Kabar gembira tidak boleh berhenti di satu titik dan harus terus diwartakan ke berbagai arah.
Mrk 1:40-45 Menyembuhkan seorang kusta
(1)
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuanNya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” 41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” 42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 44 “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” 45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
↘↘↘
[Perikop Mrk 1:40-45 – digunakan untuk Liturgi pada hari Kamis dalam Pekan Biasa I dan pada Hari Minggu Biasa 6 – Tahun B].
Pada masa itu yang disebut penderita kusta di Palestina bisa meliputi berbagai bentuk penyakit kulit. Pengenalan kusta tidak serinci dan setajam sekarang. Kusta sekarang dikenal sebagai penyakit Hansen dan disebabkan oleh baksil Mycobacterium leprae. Dalam Kitab Suci istilah “kusta” digunakan untuk berbagai macam kondisi dan penyakit kulit seperti lebam, memar atau infeksi yang terjadi pada kulit, atau kain, atau bahkan dinding rumah (Im 13:47-59; 14:33-53). Pemeriksaan dan ritual pentahiran diperintahkan Musa di dalam Im 13-14 bukan untuk kusta dalam pengertian kedokteran modern sekarang, tetapi untuk infeksi kulit. Siapapun yang diketahui mengalami infeksi kulit harus dikarantina untuk menentukan apakah penyakit itu menular. Orang yang berhasil disembuhkan harus menghadap imam yang akan menegaskan bahwa ia sudah bersih atau tahir (Im 13:3.9-10). Karena “kusta” mengakibatkan si penderita menjadi najis, diperlukan upacara pentahiran.
Penderita kusta dalam ay 40 melakukan tindakan yang sangat berani. Dia mendekati Yesus dengan percaya dan dengan rendah hati. Biasanya seorang penderita kusta akan diusir dengan dilempari batu atau setidaknya diusir dengan kata-kata kasar jika dia mencoba mendekati seorang rabi. Orang kusta itu nekat “datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya. ia memohon bantuanNya”. Ia berharap Yesus dapat dan mau menyembuhkannya. Katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (ay 40). Dan Yesus melihat kenekatan dan penderitaan orang itu “Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.”

Yesus melakukan hal yang tidak terpikirkan pada masa itu. Dia menyentuh mereka yang tak tersentuh. Penderita kusta adalah orang yang dikucilkan dari masyarakat. Mereka tidak hanya dijauhi tetapi juga dianggap “sudah mati” bahkan oleh kerabat mereka. Hukum Yahudi melarang siapa pun menyentuh atau mendekati penderita kusta, agar tidak terjadi pencemaran ritual. Tetapi Yesus tidak hanya mengabulkan permintaan otang kusta itu dengan kata-kata. Dia menunjukkan kepedulian, belas kasih, dan kelembutan dengan sentuhan fisik. Pada zaman itu menganggap kontak semacam itu mengandung risiko besar terjadinya penularan infeksi. Yesus menanggapi penderitaan orang itu dengan belas kasih dan kemurahan hati melaui tindakan yang lembut sebagai tanda yang berbicara lebih lantang daripada kata-kata. Dia menjamah orang kusta itu dan menjadikannya tahir — tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani. Serta memulihkan keleluasaan pergaulan sosialnya. “Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir” (ay 42).
Sesuai protokol aturan yang berlaku, “Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka” (ay 43-44). Pentahiran seorang pederita kusta harus diberitahukan kepada imam untuk mendapat pengakuan yang memberi kebebasan untuk pergaulan sosial dan untuk persembahan syukur. Untuk itu Yesus menyuruh orang itu pergi. Namun Yesus juga tahu orang itu banyak omong dan nekat sehingga Ia memberi peringatan keras agar tidak menceritakan pengalamannya supaya tidak merepotkan Yesus.
“Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota”. Orang kusta itu melanggar pantangan Yesus bahkan dengan senang, penuh semangat dan bangga menceritakan kemana-mana pengalamannya dengan Yesus. Ia tidak menyadari bahwa ceritanya membuat orang ingin tahu tentang Yesus, menanti-nantikan kedatanganNya dengan penuh pengharapan dan bersiap-siap menyambut kedatanganNya. Terpaksalah “Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru” (ay 45).
“Ya Yesus, kobarkan hatiku dengan kasih-Mu dan jadikanlah aku bersih. Semoga aku penuh rasa syukur dan terima kasih tidak pernah berhenti mewartakan cinta dan kebaikan-Mu. Namun jagalah aku agar menjauhkan kerepotan dari-Mu dan jemaatMu.”

Kembali ke Injil Markus Pengantar
Lanjut