Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh FX Bambang Kussriyanto
Pengantar
Teman perjalanan Paulus (2 Tim 4:11; Flm 24). Lukas adalah seorang Kristen dari bangsa bukan Yahudi (Kol 4:11) yang dipuji-puji dalam tradisi Kristen sebagai pengarang Injil yang ketiga dan lanjutannya, kitab Kisah Para Rasul. Ia mungkin dilahirkan di Antiokhia (bdk Eusebius Hist Eccl 3.4); Paulus berbicara tentang dia sebagai “tabib Lukas yang kekasih” (Kol 4:14). Pendidikannya sebagai tabib tercermin dalam kitab-kitab Perjanjian Baru yang dianggap karangannya, di mana kita temukan contoh bahasa ketabiban dan penguasaan gaya bahasa Yunani dan pilihan kata yang sangat bagus, buah dari pendidikan klasik yang biasanya diberikan kepada para siswa ketabiban.
Status Lukas sebagai pengarang Injil ketiga dikuatkan oleh tradisi yang diungkapkan oleh Kanon Murata, Tertulianus, Origenes dan St Ireneus (dalam abad kedua M), dan St Hironimus dan Eusebius (dalam abad keempat M). Lukas dianggap penulis Kisah Para rasul berdasrkan gaya penceritaannya (Kis 16:10) dan rujukannya pada Injil (Kis 1:1).
Tulisan-tulisan Lukas meliputi sekitar seperempat dari Perjanjian Baru. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul panjangnya sama dengan ketiga belas surat Paulus, dan Kisah Para Rasul saja sudah lebih panjang daripada ketujuh Surat Katolik dan kitab Wahyu. Injil Lukas juga yang paling indah dari segi sastra dari keempat Injil, dan gaya bahasa Yunaninya yang bagus dianggap yang paling unggul dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru selain yang memang dituliskan dalam bahasa Ibrani.
Menurut suatu tradisi kuno, Lukas dikatakan meninggal di Boetia, Yunani, tidak menikah, pada usia delapan puluh empat tahun, dan “penuh Roh Kudus”. Tradisi ini berbeda dari berbagai sumber Acta (Kisah) yang tidak bisa dipercaya (legenda yang beredar di beberapa tempat pada masa Kristen Purba), yang menyatakan bahwa ia mati sebagai martir. Sisa-sisa jenasahnya dipindahkan ke Konstantinopel oleh Kaisar Konstantius II pada tahun 356-357 (st Hironimus, Vir III. 3.7). Lukas dihormati sebagai orang kudus pelindung para dokter dan pelukis, dari keyakinan yang berasal dari abad pertengahan bahwa ia melukis gambar Santa Perawan Maria yang disimpan di gereja Santa Maria Maggiore, Roma.
Kitab ketiga dalam Perjanjian Baru dan termasuk salah satu dari ketiga Injil Sinoptik. Injil Lukas ditulis untuk umat Kristen dari bangsa bukan Yahudi dan terkenal karena temanya mengenai universalitas, yang menekankan bahwa Injil adalah untuk segala bangsa, terutama kaum miskin dan para pendosa. Lukas mempersembahkan Injil ini kepada Teofilus, seorang yang baru menjadi Kristen, yang kepadanya juga Lukas mempersembahkan Kisah Para Rasul (Kis 1:1).
Injil ini unik dalam dua hal. Pertama injil ini adalah satu-satunya injil yang ditulis oleh seorang yang bukan Yahudi, sementara para penulis Injil yang lain (dan para penulis Perjanjian Baru lainnya) adalah orang Yahudi. Yang kedua, Injil Lukas adalah satu-satunya kitab Perjanjian Baru yang pertama mempunyai dua bagian, di mana bagian yang kedua kemudian menjadi kitab Kisah Para Rasul. Dengan demikian Injil Lukas perlu dikaji dengan kelanjutannya pada Kisah Para Rasul, dan jika digabungkan, maka keduanya mendokumentasikan kemajuan Injil yang tetap dari Nazaret ke Yerusalem, di mana tugas penyelamatan Yesus mencapai puncaknya dan di mana Gereja didirikan; dan kemudian dari Yerusalem sampai ke Roma.
Baik tradisi maupun pendapat para ahli menyatakan Lukas sebagai pengarang baik Injil Lukas maupun kitab Kisah Para rasul. Bahwa Lukas adalah pengarang karya ini dikuatkan dengan kesaksian dalam empat abad pertama, oleh St Ireneus dan Terulianus, Kanon Murata, Rigenes, Eusebius dari Kaisarea dan St Hieronimus. Waktu penulisan Injil Lukas tidak jelas. Dugaan lama memperkirakan Injil Lukas disusun sebelum Roma menaklukkan Yerusalem pada tahun 70 M. Secara lebih spesifik, waktu penulisan itu diperkirakan hingga awal tahun 60-an, terutama karena di dalam narasi sejarahnya Kisah Para Rasul selesai sekitar tahun 62 M, pada waktu penahanan Paulus di Roma berakhir (Kis 28:14.30). Di dalam teks Injil Lukas maupun Kisah Para Rasul tidak ada petunjuk mengenai masa sesudah tahun ini. Namun para ahli yang kritis condong dengan dugaan bahwa kitab ini diselesaikan pada tahun 80-an, setidaknya karena kebanyakan ahli menyatakan bahwa Lukas menggunakan Injil Markus di dalam menyusun kisahnya. Karena Injil Markus biasanya diduga disusun tak lama sebelum atau sesudah tahun 70, dan dengan memperhitungkan waktu yang diperlukan Injil Markus untuk diperbanyak dan diedarkan, barulah Lukas menuliskan Injilnya.
Tema sentral dari Injil Lukas adalah universalitas Kabar Gembira. Injil mewartakan tawaran Allah yang berlimbah akan keselamatan yang merupakan pemenuhan janji-janji Allah kepada Israel, dalam Yesus Kristus. Oleh Lukas Yesus ditampilkan pertama-tama sebagai Mesias penebus I|srael, tokoh yang telah dinubuatkan para nabi (Luk 1:32-33; 68-79). Kemudian Lukas meluaskan misi keselamatan Yesus kepada bangsa-bangsa lain (Luk 2:29-32; 3:4-6), memuncak dalam amanat kepada para rasul “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:47).
Lukas dengan demikian menekankan kerahiman Allah, dengan menuliskan berbagai tindakan yang penuh belas kasih dari Kristus, termasuk mengampuni wanita yang berdosa (Luk 7:36-50), Zakheus (Luk 19:1-10), para prajurit yang melaksanakan hukuman atas diriNya (Luk 23:34), dan pencuri yang baik (Luk 23:39-43). Yesus juga menunjukkan belas kasih dan perhatianNya kepada kaum miskin dan mereka yang tertindas (Luk 1:52-53; 4:18; 6:20-26; 14:7-11) dan terutama menunjukkan penghargaan dan kepedulian kepada para wanita.
Mungkin melalui hubungan pribadi, Lukas dapat memberikan gambaran yang sangat kuat dan unik tentang ibu Yesus (Luk 1:26-56; 2:19.51). Diberikan peran yang utama pada para wanita lainnya: Elisabet (Luk 1:39-45), Hana (Luk 2:36-38), janda dari Nain (Luk 7:11-17), wanita yang berdosa (Luk 7:36-50), Maria Magdalena (Luk 8:2), Yohana (Luk 8:3), Susana (Luk 8:3), Maria dan Marta (10:38-42) dan wanita yang mengalami pendarahan (13:10-17). Para wanita juga ditampilkan dalam perumpamaan-perumpamaan, misalnya dalam perumpamaan dirham yang hilang (Luk 15:8-10) dan Hakim yang curang (Luk 18:1-8).
Bab-bab utama dari Lukas, 9:51—19:28, mengikuti perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan kemudian juga Jalan Salib dan KebangkitanNya.. Bagi Lukas, Yerusalem lebih dari sekedar suatu tujuan. Yerusalem adalah kota kudus, di mana terdapat Bait Allah, tempat bagi janji-janji Allah. Injil Lukas terus-menerus menunjuk ke arah Yerusalem, terutama sebagai tempat memuncaknya adegn-adegan Injil. Kisah masa kanak-kanak bergulir ke arah Persembahan Yesus di Bait Allah (Luk 2:22) dan kemudian Maria dan Yusuf menemukan Yesus di Bait Allah (Luk 2:41-51). Demikian pula, kisah pencobaan membalikkan urutan dua pencobaan terakhir yang disajikan Injil Matius sehingga puncaknya terjadi di Yerusalem (Luk 4:9). Keseluruhan karya Yesus dengan demikian terarah maju menuju Yerusalem. Semua orang yang menyatakan diri Kristen haruslah memanggul salibNya dan mengikuti Yesus dalam perjalanan mereka menuju Yerusalem.
Akhirnya, Lukas juga mencurahkan banyak perhatian kepada hidup batin, yaitu doa. Yesus terus menerus diperlihatkan berdoa, mencari kehendak Bapa dalam pelbagai momentum yang sangat penting dalam karyaNya (Luk 5:16; 6:12; 23:34.46).
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24