Untuk Pewarta dan Pro-Diakon Awam
Oleh FX Bambang Kussriyanto
Bab 2
Luk 2:1-14 Kelahiran Yesus
1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud — 5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. 8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. 9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. 12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” 13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 14 ”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
↘↘↘
[Perikop Luk 2:1-14 digunakan dalam liturgi Malam Natal ABC]
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.(ay 1). Kaisar Agustus memegang kekuasaan pemerintahan kekaisaran Romawi pada tahun 27 SebM. hingga kematiannya pada tahun 14 M. Menurut prasasti Yunani, Agustus di Kekaisaran Romawi dianggap sebagai “penyelamat” dan “dewa,” dan ia dipuji karena membangun masa damai, Pax Augusta, di seluruh dunia. Maksudnya di seluruh wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi: Roma, Italia, dan provinsi-provinsi Romawi. Bukan kebetulan Lukas mengaitkan kelahiran Yesus dengan masa Kaisar Agustus; selain untuk penunjuk tonggak sejarah dunia, sama seperti anggapan umum pada Kaisar Agustus di dunia kekaisaran, Yesus yang lahir di Betlehem pun juga penyelamat sejati (Luk 2:11) dan pembawa damai (Luk 2:14; lihat juga Luk 19:38). Allah menggunakan kebijakan Kaisar (seperti yang pernah terjadi pada raja Persia Koresh dalam Perjanjian Lama dalam Yes 44:28–45:1) sebagai alat untuk mewujudkan rencanaNya. Di wilayah kekaisaran Romawi, pendaftaran penduduk atau sensus dilakukan secara berkala untuk keperluan perpajakan dan memastikan orang-orang yang memenuhi syarat untuk wajib militer. Di Roma selama pemerintahan Kaisar Agustus, sensus digelar tahun 28 SebM, 8 SebM dan 14 M. Namun pelaksanaannya di daerah jajahan berbeda. Maka Lukas menuliskan tonggak sejarah yang lain, yaitu: Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria (ay 2). P. Sulpicius Quirinius menjadi wali provinsi Siria ketika Yudea digabungkan dengan provinsi Siria. Ada masalah ketepatan tahun-tahun dalam catatan Lukas ini, namun intinya pada saat itu sensus provinsi di Yudea dilakukan. Lukas mungkin saja menggunakan kenangan Maria dan murid-murid Yohanes Rasul waktu menggabungkan kelahiran Yesus di Betlehem dengan ingatan yang samar-samar tentang sensus di bawah kepemimpinan Quirinius demi menekankan pentingnya kelahiran Yesus bagi seluruh dunia Romawi: yaitu bahwa melalui anak yang lahir di Betlehem ini, kedamaian dan keselamatan datang ke kekaisaran Romawi.
Menurut aturan pelaksanaan sensus mengikuti tata-cara Ibrani, kepala keluarga harus mendaftarkan diri di tempat kelahirannya. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud — supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung (ay 3-5). Sementara di sini Lukas masih menuliskan status Maria masih sebagai tunangan Yusuf, mungkin maksudnya menyatakan secara halus bahwa anak yang akan dilahirkan adalah “anak Maria” bukan anak Yusuf; sementara itu Injil Matius sudah memberi gambaran bagaimana Yusuf menurut bimbingan malaikat mengambil Maria menjadi isterinya (Mat 2:1-7). Karena itu Maria sudah resmi menjadi anggota keluarga di bawah tanggung jawab Yusuf. Secara hukum anak yang dilahirkan Maria adalah anak Yusuf (Mat 1:18). Dan karena Yusuf keturunan Daud, maka anaknya nanti juga terbilang “anak Daud”.
Maka Yusuf dan Maria yang sedang hamil, melakukan perjalanan sekitar 150 km dari Nazaret di Galilea ke Bethelem di Yudea, sebab Yusuf lahir di Bethlehem. Sebenarnya Betlehem di Yudea adalah suatu desa kecil sekitar delapan kilometer di sebelah selatan Yerusalem, di jalan ke arah selatan menuju Hebron (Hak 19:9). Juga dikenali sebagai Efrat, tempat kelahiran Benyamin dan tempat makam Rahel (Kej 35:16-20). Betlehem adalah kota Boas (Rut 1:2; 2:1) dan Daud dan keluarganya (1 Sam 17:12). Di Betlehem-lah Daud menggembalakan domba dan diurapi sebagai raja oleh nabi Samuel (1 Sam 16:1-13). Maka Betlehem kadang-kadang disebut Kota Daud, dan dinubuatkan bahwa Mesias akan datang dari Betlehem (Mi 5:2).
Bethlehem pada waktu itu dipadati banyak tamu dari luar daerah untuk keperluan sensus. Mungkin karena itu Yusuf membawa Maria mencari tempat menginap agak minggir ke arah rumah Zakharia dan Elisabet. Di suatu padang penggembalaan. Mereka harus puas mendapatkan akomodasi yang paling primitif, yaitu kandang terbuka untuk hewan. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (ay 6-7). “Anaknya yang sulung” bukan berarti bahwa punya adik, tetapi “anak sulung” adalah suatu istilah hukum untuk seorang putera yang harus dipersembahkan di Bait Allah demi tanggung-jawab penerusan keluarga (Kel 13:12-15). Anak sulung memiliki hak istimewa (Kej 27; Kel 13:2; Bil 3:12–13; 18:15–16; Ul 21:15–17).
Membungkusnya dengan lampin: mungkin di sini ada singgungan pada kelahiran keturunan Daud yang lain, yakni Salomo, yang meskipun seorang raja besar juga dibungkus dengan lampin seperti bayi lainnya (Keb 7:4-6). Meletakkannya di palungan yaitu wadah makan hewan, mungkin berkaitan dengan gambaran Yes 1:3 tentang akibat dari Israel yang tidak lagi mengenal Tuhannya.
Mengapa Yesus Tuhan harus dilahirkan dalam kondisi yang menyedihkan? Jalan dan rencana Tuhan berbeda dari jalan dan rencana kita. Dia, Yang Maha Agung, berkenan solider, merendahkan diri demi orang-orang yang paling hina dan terpinggirkan. Allah turun bukan dalam kemegahan dan keagungan sebagaimana layaknya seorang Raja, melainkan dalam kelembutan dan kerendahan hati untuk menunjukkan kepada kita jalan kasih yang sempurna. Kelahiran Yesus di Bethelem menggenapi nubuatan bahwa Mesias akan turun dari Daud dan dilahirkan di kota Daud, Bethelem (Yes 9:6-7, 11:1-2; Mi 5:2-4).
Pewartaan kelahiran Yesus kepada para gembala [2:8–20] menjadi bagian dari tema Lukas bahwa orang-orang kecil dikhususkan sebagai penerima perkenan dan berkat Allah (lih juga Luk 1:48, 52). Demikianlah maka para malaikat memberitahukan kelahiran “Raja Israel yang baru lahir” kepada para gembala di padang, sesuai lokasinya juga, bukan kepada masyarakat Yahudi pada umumnya atau kepada para pemimpin Israel. Tuhan memilih datang dalam kerendahan hati untuk menunjukkan kasih setia dan kuasa-Nya kepada mereka yang rendah hati dan siap menerima-Nya pula.
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ay 8). Yesus lahir pada malam hari dalam suasana padang penggembalaan yang sunyi. Para gembala biasanya menjaga ternak peliharaan mereka dari serangan binatang liar atau dari penyaman. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan (ay 9). Cahaya terang yang menyertai kehadiran malaikat mengalahkan kegelapan padang. Ketakutan adalah reaksi yang wajar ketika mereka mengalami kehadiran yang ilahi (lih kembali ay 11, 26) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (ay 10). Ketika menjumpai Zakharia dan Maria, malaikat Allah juga menghibur kegentaran hati mereka agar dapat menerima pesan ilahi. “Jangan takut”.
Dalam belas kasih dan keadilan Allah, kabar “kesukaan besar” disampaikan kepada para gembala sebagai wakil dari mereka yang sehari-hari hidup dalam situasi miskin dan berada di pinggiran masyarakat dan tidak diperhitungkan. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Pesan dasar narasi masa bayi Yesus terkandung dalam pemberitahuan para malaikat: Anak ini adalah Juruselamat, Kristus, dan Tuhan. Lukas adalah satu-satunya penulis Injil sinoptik yang menggunakan gelar “Juruselamat” untuk Yesus (Luk. 2:11; Kis. 5:31; 13:23; lihat juga Luk. 1:69; 19:9; Kis. 4:12). Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (ay 12)
Sebagai Juruselamat, di dalam pandangan Lukas Yesus menyelamatkan umat manusia dari dosa dan melepaskan umat manusia dari kondisi keterasingan dari Tuhan. Gelar Christos, “Kristus,” adalah padanan bahasa Yunani dari kata Ibrani māšîaḥ, “Mesias,” “yang diurapi.” Di antara kelompok-kelompok tertentu dalam Yudaisme Palestina abad pertama, gelar tersebut bernuansa politik karena diterapkan pada calon pemimpin kerajaan dari garis keturunan Daud yang akan memulihkan kerajaan Israel (lihat Kis 1:6). Nuansa politis gelar itu diredupkan dalam Injil Lukas dan sebagai gantinya, Mesias Tuhan (Luk 2:26) atau Yang Diurapi adalah Dia yang kini membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia, baik Yahudi maupun bukan Yahudi (lihat ayat 29–32). Tuhan adalah sebutan yang paling sering digunakan untuk Yesus dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dalam Perjanjian Baru kata ini juga diterapkan pada Yahweh, seperti dalam Perjanjian Lama. Ketika digunakan untuk Yesus, kata ini menunjuk pada transendensi dan kekuasaan-Nya atas umat manusia.
Bahwa berita kelahiran Anak itu menjadi “kesukaan besar” selanjutnya ditegaskan dengan penglihatan dan dan pendengaran yang luar biasa di hadapan para gembala yang dipilih menjadi saksi peristiwa itu: Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: ”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (ay 13-14). Dalam pujian para malaikat, oleh kelahiran Yesus “kemuliaan Allah di tempat mahatinggi” disejajarkan bersanding dengan “damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya”. Sekarang kita menggemakannya kembali dalam Kidung Kemuliaan dalam Ekaristi. Kita memuliakan Allah Mahatinggi karena Ia telah berkenan mendatangkan damai sejahtera di muka bumi bagi orang-orang yang dikaruniai nikmat-Nya: damai sejahtera yang berasal dari peristiwa Kristus adalah bagi mereka yang dikaruniai Allah dengan rahmat-Nya. Damai sejahtera yang ditulis dalam Injil Lukas (Luk 2:14; 7:50; 8:48; 10:5–6; 19:38, 42; 24:36) lebih dari sekadar situasi tidak ada perang dalam Pax Augusta; tetapi juga mencakup karakteristik ketenteraman dan kesejahteraan menurut Perjanjian Lama.
Kata Ibrani untuk damai pada umumnya — shalom – dipahami mengandung banyak arti. Suatu salam sapaan yang biasa dan mengandung ungkapan harapan akan keadaan yang sebaiknya dan pengharapan yang sebaik-baiknya (bdk Kej 43:27; Kel 4:18). Kata itu juga mengungkapkan suatu keadaan di mana segala urusan diwarnai oleh kedamaian yang diperoleh dari kesepakatan dan perjanjian (bdk Yos 9:15; 1 Raj 5:12). Yang terutama, damai adalah berkat yang timbul dari kehidupan yang setia pada perjanjian dengan Allah (Im 26:3-13). Tuhan menghendaki damai dan sejahtera bagi umatNya (Mzm 35:27). Damai adalah karunia Tuhan, maka Israel mengharapkan seorang Mesias yang memulihkan damai (Za 9:9; bdk Yes 2:2-4; 11:1-9; Hag 2:7-9); Mesias disebut Raja Damai (Yes 9:6). Maka, damai sesungguhnya lebih dari semata-mata berakhirnya perselisihan dan perseteruan belaka; damai lebih berhubungan dengan kesejahteraan spiritual. Kaya dan makmur memang baik, tetapi hal itu tidak mendatangkan kedamaian jika tidak ada keadilan (Yes 48:18; 60:17).
Luk 2:15-20 Para Gembala Menjumpai Bayi Yesus
15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: ”Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” 16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. 18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
↘↘↘
[Perikop Luk 2:15-20 digunakan dalam Liturgi pada Hari Natal Pagi].
Peristiwa kedatangan para malaikat memberitahukan “kesukaan besar” kepada para gembala hanya sebentar saja. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (ay 11-12). Peristiwa pemberitahuan malaikat itu tentu sangat istimewa bagi para gembala di padang penggembalaan. Dalam kegelapan padang, ada terang bercahaya. Para malaikat menyanyikan kidung pujian di hadapan mereka (ay 13-14). Ada nuansa kemuliaan dan damai sejahtera yang agung dalam kesederhanaan hidup para gembala. Berita kelahiran seorang yang mulia: Juruselamat, Kristus, Tuhan, diwartakan di tengah kemiskinan. Para gembala yang gentar menjumpai mahluk surga merasa dikasihi dan diperlakukan istimewa oleh Tuhan. Semua itu menggerakkan hati mereka. Maka, setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: ”Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (ay 15).
Mumpung malam belum larut. Dan tempat mereka tidak terlalu jauh. Mereka dapat meninggalkan ternak mereka di padang sebentaran. Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan (ay 16). Lukas mengesankan tidak ada kesulitan bagi para gembala untuk menjumpai bayi yang baru lahir itu. Tempat yang akrab, keluarga sederhana yang tidak asing, membuat perjumpaan mereka penuh kegembiraan. Lukas mau menunjukkan kesetaraan di antara sesama manusia. Namun para gembala masih ingat pesan malaikat yang disampaikan kepada mereka: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. (ay 17). Tidak ada yang istimewa pada bayi itu. Biasa saja. Namun mereka percaya apa yang dikatakan malaikat kepada mereka. Dan mereka menyatakan isi kepercayaan mereka: Hari ini telah lahir Sang Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Para gembala menjadi pewarta pertama kelahiran Sang Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan. Mereka menyampaikan sabda Allah tentang bayi Yesus. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. (ay 18). Para gembala tidak hanya berbicara kepada Yusuf dan Maria. Kiranya ada orang-orang lain juga di sekeliling bayi itu. Mereka heran atas perkataan para gembala. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya (ay 19). Lukas tidak memberi gambaran tentang reaksi Yusuf. Dalam Injil Matius, ketika malaikat datang padanya dalam mimpi agar menerima Maria, tunangannya yang sedang mengandung menjadi isterinya; Yusuf diberitahu: anak yang dikandung Maria dari Roh Kudus, … dan dia harus memberi nama anak iyu Yesus; Dia akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka… dan bahwa Dia akan menjadi pemenuhan nubuat nabi (Mat 1:20-23). Sebaliknya, Lukas di sini menggambarkan reaksi Maria, yang telah berjumpa dengan malaikat Gabriel dan menerima amanat: Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:31-33). Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Ia percaya kepada sabda Allah yang disampaikan malaikat kepadanya. Dan sekarang ia menerima sabda Allah yang disampaikan para gembala. Ia menyimpan dalam hati dan merenungkannya. Ia membandingkan sabda dengan fakta yang dialaminya. Ia membandingkan sabda yang diterima dari malaikat dan sabda yang diterimanya melalui sesama manusia, para gembala. Maria adalah orang beriman yang pertama pada Yesus. Ia menjadi teladan orang beriman yang lain.
Sesudah itu maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka (ay 20). Para gembala penuh sukacita atas kebenaran, bahwa yang mereka dengar dan mereka lihat memang sesuai. Bahwa kepercayaan mereka sungguh benar. Mereka bersyukur memuliakan Allah atas karunia yang telah mereka terima pada malam yang indah itu.
Luk 2:21 Nama Yesus yang kudus
21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
↘↘↘
[Perikop Luk 2:21-24 digunakan dalam Liturgi pada 3 Januari Peringatan Nama Yesus yang kudus].
Sunat menandakan seorang anak dimasukkan ke dalam kalangan umat perjanjian Allah. Sunat merupakan tanda perjanjian ilahi dengan Abraham (Kej 17:10), dan tidak seorang pun menjadi umat perjanjian Allah tanpa disunat (Kej 17:14). Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya (ay 21). Namun yang lebih penting di sini adalah ritus pemberian nama.
Apa pentingnya suatu nama? Bagi orang Yahudi, pemberian nama sangatlah penting. Nama mengacu pada jati diri pemilik nama itu. Nama yang diberikan memancarkan harapan masa depan seseorang. Menyandang nama yang tidak dikenal mengisyaratkan seseorang yang ke depan bersahaja tidak ingin dikenal luas. Tidak mengakui nama seseorang berarti menyangkal keberadaan orang tersebut, mematikan kepribadiannya, dan mengubah nasib peruntungannya. Nama seseorang mengungkapkan realitas keberadaannya pada tingkat terdalam.
Yusuf dan Maria memberi nama Yesus, karena itulah nama yang diamanatkan oleh malaikat Allah sebelum Ia dikandung dalam rahim Maria (Luk 1:31). Nama ini menandakan identitas Yesus dan misinya. Nama Yesus dalam bahasa Ibrani berarti “Tuhan menyelamatkan”. Karena hanya Allah yang dapat mengampuni dosa, maka Allah dalam Yesus, Anak-Nya yang kekal yang menjadi manusia, akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat 1:21). Dalam kelahiran dan pemberian nama anak kita melihat rancangan dan rencana Allah yang memberi kita Juruselamat yang akan mencurahkan rahmat, belas kasih, dan memberikan kebebasan dari kuasa dosa serta ketakutan akan kematian. Nama Yesus menandakan bahwa nama Allah hadir dalam pribadi Putra-Nya yang menjadi manusia demi keselamatan kita. Rasul Petrus berseru bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang dapat menyelamatkan kita (Kis 2:12). Dalam nama Yesus setan-setan lari, orang cacat berjalan, orang buta melihat, orang tuli mendengar, dan orang mati dibangkitkan. Nama-Nya ditinggikan melebihi segala nama lainnya (Flp 2:9-11). Nama Yesus adalah inti dari semua doa umat Kristiani. Melalui dan di dalam Yesus kita berdoa kepada Allah Bapa dalam kuasa Roh Kudus. Banyak orang Kristen meninggal dengan mengucapkan nama Yesus.
Luk 2:22-35 Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, 24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. 25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, 28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 29 ”Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, 32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” 33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 35 — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
↘↘↘
[Perikop Luk 2:21-24 digunakan dalam Liturgi pada 3 Januari Peringatan Nama Yesus yang kudus; Luk 2:22-35 untuk oktaf hari kelima Natal 29 Desember; Luk 2:22-40 digunakan untuk Pesta Keluarga Kudus Tahun B ; 2:22-32 untuk 2 Februari, Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah; Luk 2:33-35 untuk 15 September Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita]
Yusuf dan Maria adalah orang Yahudi yang taat setia pada hukum Tuhan yaitu hukum Musa. Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa (ay 22) yaitu pentahiran atau penyucian Maria menurut hukum (Im 12:2-8), perempuan yang melahirkan anak laki-laki selama empat puluh hari tidak boleh menyentuh sesuatu yang suci atau memasuki kawasan Bait Suci karena kecemarannya. Pada akhir masa nifas ini ia diwajibkan mempersembahkan seekor anak domba berumur satu tahun sebagai kurban bakaran dan seekor burung atau anak merpati sebagai penebus dosa. Wanita yang tidak mampu membeli seekor domba menyerahkan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak merpati korban, seperti yang dilakukan Maria. Lukas mencampur dua ritus sekali jalan.
Sebab, di samping memenuhi hukum penyucian Maria, sekalian mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan (ay 22-24). Mereka membawa Yesus ke Bait Allah Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Allah sebagai anak sulung (Luk 2:7). Yesus dikuduskan kepada Tuhan sesuai dengan hukum yang disyaratkan Kel 13:2, 12. Dengan dipersembahkan, Yesus menjadi milik Allah. Konsep persembahan di Bait Allah mungkin berasal dari 1Sam 1:24–28, ketika Hana mempersembahkan Samuel anaknya untuk pelayanan di tempat suci itu. Hukum menetapkan bahwa putra sulung harus ditebus oleh orang tuanya dengan membayar lima syikal kepada salah satu anggota keluarga imam (Bil 3:47-48). Tetapi tentang persyaratan hukum ini, Lukas tidak bicara apa-apa. Walaupun demikian, karena Maria berasal dari keluarga imam, persembahan Yesus di Bait Allah oleh Maria untuk menjadi milik Allah mengisyaratkan secara awal bahwa Yesus adalah imam seperti ibundaNya, Maria. Yang selanjutnya penting disimak dalam peristiwa di Bait Allah itu adalah perjumpaan dengan nabi dan nabiah Israel.
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan (ay 25-26). Simeon seorang yang adil terhadap sesamanya dan taat kepada Tuhan. Dia dengan senang hati menerima misi yang Tuhan berikan untuk dia laksanakan dengan doa yang sungguh-sungguh dan dengan pengharapan yang sabar. Seluruh hidupnya selaras dengan Roh Kudus. Roh menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Maka setiap hari ia berada di Bait Allah untuk berdoa dan beribadah dan dengan rendah hati dan setia menantikan hari di mana Tuhan akan menghibur umat-Nya, hari kedatangan Mesias yang dijanjikan.
Ketika hari dan bulan bertambah menjadi tahun, dia tidak pernah putus asa. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, [ay 27-28]. Menunggu penghiburan bagi Israel, Simeon di sini dan nanti Hana mewakili harapan orang-orang Yahudi yang setia dan taat menantikan hari pemulihan pemerintahan Tuhan di Israel. Ketika Yusuf dan Maria mempersembahkan bayi Yesus di Bait Allah, Simeon segera mengenali kehadiran Tuhan. Melalui mata iman dia menyebut bayi Yesus sebagai penggenapan seluruh nubuatan mesianis, harapan, dan doa umat Israel. Katanya ‘‘Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (ay 29-32). Diilhami oleh Roh Kudus Simeon bernubuat bahwa Yesus akan menjadi “terang bagi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi bangsa Israel”. Yesus datang bukan hanya sebagai “terang dan keselamatan” bagi bangsa Israel, namun juga bagi semua bangsa. Pernyataan keselamatan universal untuk segala bangsa ini akan ditegaskan lagi pada akhir Injil Lukas (24:47). Konsili Vatikan II pada 1964 mengangkat kata-kata “Terang para bangsalah Kristus itu” sebagai judul salah satu konstitusi mendasar tentang jati diri Gereja (Konsili Vatikan II, LG art 1). Dan sesuai dengan janji Roh Kudus, setelah melihat Yesus Simeon yang sudah lanjut usia rela berpulang kepada Tuhan. Doa Simeon “Perkenankanlah hambamu sekarang berpulang” (Nunc dimittis) menjadi perbendaharaan doa kuno “Ibadat Harian” yang diucapkan setiap malam menjelang tidur.
Nubuat Simeon tentang Yesus belum dapat dipahami oleh Yusuf dan Maria. Dikatakan: Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia (ay 33). Mereka heran, bertambah banyak yang dikatakan tentang Yesus. Bertambah pula yang bicara: malaikat, gembala, dam sekarang seorang nabi. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (ay 34-35). Karena Yesus akan memulai suatu era hidup dalam keselamatan dari Allah, Ia akan membangkitkan semangat dan cara hidup baru yang menjatuhkan atau menggantikan semangat dan cara hidup lama di Israel. Ia akan menyebabkan perbantahan dan perlawanan dalam proses pembaruan itu, dan Ia sendiri akan menjadi kurban. Di sini bayangan awal derita dan salib Yesus dikemukakan, dan karenanya Maria sendiri akan tertusuk pedang artinya tidak akan luput dari berbagai reaksi terhadap peran Yesus (Luk 2:34). Karunia yang diterimanya sebagai ibu Tuhan akan ditantang oleh putranya yang menggambarkan kebahagiaan sejati sebagai orang yang “mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya” (Luk 11:27–28 dan Luk 8:20–21).
Luk 2:36-40 Nabiah Hana
36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. 39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. 40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
↘↘↘
[Perikop Luk 2:36-40 digunakan dalam Liturgi hari keenam dalam oktaf Natal tanggal 30 Desembe)
Setelah perjumpaan dengan Simeon, ketika Yesus dipersembahkan di Bait Allah, datang pula seorang nabiah yang berusia 84 tahun, Hana. Ia seorang janda suci yang membaktikan hidupnya di Bait Allah. Hana adalah seorang wanita yang sangat berharap dan percaya bahwa Tuhan akan memenuhi semua janjiNya. Siang malam ia beribadah, berdoa dan berpuasa. Harapan tumbuh seiring doa dan usia. Dipimpin oleh Roh Kudus, dia setiap hari berada di rumah Tuhan, Hana melayani Tuhan dalam doa dan berbicara secara nubuat kepada orang lain tentang janji Tuhan untuk mengirimkan seorang penebus. Hana adalah teladan kesalehan bagi semua orang percaya seiring bertambahnya usia. Usia lanjut dan kekecewaan hidup dapat dengan mudah membuat orang menjadi sinis dan putus asa jika harapannya tidak ditempatkan secara benar. Namun harapan Hana pada Tuhan dankeyakinan pada janji-janji-Nya bertambah kuat seiring dengan bertambahnya usia! Dia tidak pernah berhenti memuliakan Tuhan dengan iman dan berdoa dengan harapan. Pengharapan dan imannya pada janji-janji Tuhan mengobarkan semangat dan kekuatannya dalam doa dan pelayanan kepada umat Tuhan.
Sama seperti Simeon, Hana mengucap syukur boleh melihat Yesus yang dipersembahkan orangtuaNya kepada Allah. Ia mengenali Penebus yang dinantikan dan diharapkannya. Dan ia berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang mengharapkan pembebasan Yerusalem (ay 38). Tampilan Hana melengkapi kisah Yesus memasuki Bait Allah Yerusalem untuk pertama kalinya dan dipersembahkan menjadi milik Allah. Peristiwa ini menjadi bingkai awal Injil Lukas, dan nanti tiga puluh tiga tahun kemudian akan disusul dengan bingkai akhir ketika Yesus mengajar di Bait Allah bagai di rumahNya sendiri.
Yesus dan orangtuanya menunaikan kewajiban hukum sebagai Israel sejati di Bait Allah Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. (ay 39). Lukas tidak memberitakan kisah pengungsian keluarga kudus ke Mesir (Mat 2:13-14), melainkan langsung memberitakan kepulangan mereka ke Nazaret di daerah Galilea, mengisyaratkan jati diri Yesus sebagai orang Nazaret. Yesus dari Nazaret pulalah yang akan menjadi dasar pewartaan Lukas dalam tulisannya yang selanjutnya, Kisah Para Rasul (Kis 2:22). Di Nazaret Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (ay 40). Pertumbuhan seorang pilihan Allah sering diungkapkan demikian (Kej 21:8; 1Sam 3:39; Luk 1:80).
Luk 2:41-52 Yesus Hilang dan Diketemukan di Bait Allah
41 Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. 42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. 44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. 45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. 47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. 48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: ”Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” 49 Jawab-Nya kepada mereka: ”Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” 50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. 52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
↘↘↘
[Perikop Luk 2:41-52 digunakan dalam Liturgi Pesta Keluarga Kudus Tahun C; 2:41-51 digunakan pada Sabtu kedua sesudah Pentekosta, Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria; 2:41-51a unuk 19 Maret Pesta St. Yusuf, Suami Perawan Maria].
Kisah tentang peristiwa dalam masa muda Yesus yang menimbulkan keprihatinan ini sangat unik dalam tradisi Injil kanonik. Kisah ini menampilkan Yesus sebagai anak laki-laki Yahudi yang setia, dibesarkan dalam tradisi Israel, dan memenuhi semua persyaratan hukum. Dengan episode ini, narasi masa kanak-kanak Yesus berakhir di lokasi sama seperti awalnya, yaitu Bait Allah Yerusalem. Namun dalam strukturnya, kisah ini paralel atau sejajar dengan kisah yang mendahului tentang Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Unsur-unsur yang sama adalah perjalanan panjang dari Nazaret ke Yerusalem, keprihatinan Maria, pulang kembali ke Nazaret dan pernyataan tentang pertumbuhan Yesus.
Menurut Hukum Taurat setiap laki-laki Israel wajib datang ke Yerusalem merayakan Paska, Pentakosta dan Pesta Pondok Daun (Ul 16:16). Namun kewajiban itu dalam perkembangan waktu menjadi longgar tinggal kewajiban merayakan Paskah. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. (ay 41-42). Anak laki-laki Yahudi dianggap dewasa secara keagamaan ketika berusia 13 tahun. Para ayah menyiapkan anak laki-laki mereka pada usia 12 tahun untuk mengantisipasi tanggungjawab kedewasaan beragama setahun kemudian. Kebanyakan peziarah tinggal di Yerusalem dua hari untuk perayaan Paskah. Tetapi ada pula yang tinggal sampai pertemuan besar tujuh hari sesudah Paskah. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. (ay 43). Kiranya Yesus sangat tertarik pada soal-soal keagamaan sehingga Ia memisahkan diri dari orangtuaNya dan tetap tinggal di Yerusalem, sedang Yusuf dan Maria pulang ke Nazaret. Pada umumnya peziarah yang dari jauh datang dalam rombongan-rombongan, baik kerabat maupun tetangga. Yusuf dan Maria, karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. (ay 44). Perjalanan sehari mungkin menempuh sepertiga jarak antara Yerusalem dan Nazaret yang sekitar 145 km. Biasanya ada tempat tertentu yang digunakan untuk perhentian dan untuk beristirahat. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Tentu saja mereka, terutama Maria kebingungan dan sedih karena kehilangan Dia. Mereka kembali ke Yerusalem. Kota kudus Yerusalem berangsur-angsur ditampilkan sebagai suatu pusat dalam kehidupan Yesus.
Kebingungan dan kesedihan Maria karena kehilangan Dia pada masa kanak-kanak ini dalam kenangan umat kristen mengisyaratkan saat-saat gelap yang disertai kebingungan dan kesedihan karena kehilangan Dia di masa depan, antara Jumat Suci dan Minggu Paskah Kebangkitan Tuhan di Yerusalem. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (ay 46). Sesudah mereka mencari Yesus di beberapa tempat, mereka mendapatkan Dia berada di Bait Allah di antara para ulama yang mengadakan percakapan. Kendati usianya baru duabelas tahun Ia ikut mendengarkan percakapan mereka dan aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya (ay 47). Tidak disebutkan apa saja yang dibicarakan, yang pasti menyangkut Kitab Suci (Perjanjian Lama) dan kehendak Allah di dalamnya, tetapi dari pertanyaan-pertanyaan Yesus orang-orang tua yang mendengarkan Dia sangat mengagumi kecerdasan Yesus. Mungkin juga ada orang-orang tua yang mengajukan pertanyaan kepadaNya dan merekapun sangat heran mendengar segala jawab yang diberikan-Nya. Tentu saja Yesus tahu segalanya tentang kehendak Allah. Penggunaan kata “heran” dan “sangat heran” di dalam Injil Lukas (lihat juga 4:22, 9:43; 20:26) memuat pernyataan yang adi-kodrati, melampaui kodrat.
Biasanya para rabi pengajar Yahudi duduk di tengah dikelilingi para pendengarnya. Tetapi Lukas melukiskan Yesus-lah yang duduk di tengah-tengah alim ulama (ay 46). Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: ”Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” (ay 48). Maria menegur Puteranya dan menggunakan sebutan “bapa-Mu” untuk Yusuf dalam tataran kodrati. Tetapi tanggapan Yesus tidak sesuai dengan rujukan kodrati yang digunakan Maria. Jawab-Nya kepada mereka: ”Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (ay 49). Aku harus berada di rumah Bapa-Ku dalam jawaban Yesus merujuk pada Allah sebagai Bapanya. Di sini, di Bait Allah, Yesus sendiri untuk pertama kalinya mengungkapkan statusNya sebagai Anak Allah, dan lebih mengutamakan ketaatan pada kehendak Bapa surgawiNya, daripada ikatan dengan keluarga manusiawi.
Sekalipun sudah menerima perwahyuan tentang keputraan ilahi Yesus putera mereka (Luk 1:31-33; 1:41; 2:11.15; Mat 1:20-23), namun Maria dan Yusuf belum bisa memahami hubungan Yesus dengan Allah. Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. (ay 50).
Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (ay 51). Sekali lagi dikatakan Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Ia percaya kepada sabda Allah yang disampaikan malaikat kepadanya. Ia menerima sabda Allah yang disampaikan para gembala tentang Anaknya. Dan di Bait Allah Yerusalem ia menerima perkataan Yesus Anaknya tentang Bapa. Ia menyimpan dalam hati dan merenungkannya. Ia membandingkan sabda dengan fakta yang dialaminya. Ia membandingkan sabda yang diterima dari malaikat dan sabda yang diterimanya melalui sesama manusia, para gembala. Dan ia menerima perkataan Yesus yang beranjak dewasa tentang Bapa. Maria adalah orang beriman yang pertama pada Yesus. Ia menjadi teladan orang beriman yang lain. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (ay 52). Pertumbuhan seorang pilihan Allah sekali lagi di sini diungkapkan demikian (Kej 21:8; 1Sam 3:39; Luk 1:80; 2:40).