Hari ini, Senin dalam Pekan V Paskah, 8 Mei 2023, kita merayakan Santa Perawan Maria, Bunda dan Pengantara Segala Rahmat.
Gelar perantara Maria muncul dari kerjasamanya dalam Inkarnasi dan dalam Penebusan umat manusia. Melalui “Fiat, ya”-nya (Luk 1:38), dia menjadi Theotokos (Yang Mengandung dan Melahirkan Tuhan), dan sebagai “Hawa Baru”, dia adalah “Bunda semua yang hidup.”
St. Irenaeus Uskup Lyon yang adalah Bapa Gereja (A.D. 120–200) menulis, “Sebagaimana oleh seorang perawan umat manusia telah diikat sampai mati, oleh seorang perawan pula ia diselamatkan, keseimbangan dipertahankan, ketidaktaatan seorang perawan diimbangi oleh ketaatan seorang perawan pula” (Against Heresies, 3, 22 , 19). Hawa memungkinkan Kejatuhan dalam dosa, Adam melakukannya; Maria memungkinkan Penebusan kita dari dosa (dengan menyetujui untuk mengandung dan melahirkan Juruselamat ke dunia), tetapi Yesus yang melaksanakannya.
Allah mengizinkan karya Penebusan umat manusia bergantung pada keputusan kehendak bebas manusia. Apakah kita akan memiliki pengantara atau tidak bergantung pada jawaban “ya” dari Maria. Seandainya tidak ada kata “ya” dari Mary, tidak akan ada mediator. Jadi rahmat yang datang melalui Yesus dapat dikatakan datang kepada kita, secara sekunder, melalui Maria—bukan sebagai sumber rahmat, tetapi sebagai saluran. Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa hanya Yesus Kristus yang menebus umat manusia (baik Maria maupun makhluk lain mana pun tidak memiliki kuasa untuk melakukannya), dan pada akhirnya hanya melalui Dia keselamatan dan rahmat diperoleh.
Bahkan kita masing-masing adalah pengantara rahmat, dalam arti yang lebih rendah. Kata pengantara berarti seseorang yang menjadi perantara. Dalam 1 Timotius 2:5, Yesus dikatakan sebagai “pengantara yang esa,” kata Yunani untuk “esa” adalah heis, yang berarti “yang pertama” atau “yang utama” namun tidak menunjukkan sesuatu yang eksklusif. Faktanya, kita semua adalah perantara ketika kita saling mendoakan. Sebagai anggota Tubuh Mistik Kristus, kita semua berbagi peran Kristus sebagai perantara, tetapi upaya kita menjadi perantara merupakan “pekerjaan” turunan dariapa yang telah Yesus lakukan.
Mediasi atau pengantaraan kita sama sekali tidak mengurangi peran Kristus sebagai Pengantara; sebenarnya, itu dimaksudkan untuk memuliakan Bapa, karena melalui Yesus kita dapat mendekati tahta kasih karunia dengan percaya diri supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya (Ibr 4:14-16). Tentu saja Yesus memberi ibu-Nya Maria hak istimewa untuk ikut berperan serta dalam membagikan rahmat kasih karunia itu!
“Salam, Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu,
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. “