Bacaan Misa:
Kis. 2:14.22-26
Mzm 16:1-2.5.7-11
1Ptr 1:17-21
Luk 24:13-25
Mari kita tempatkan diri kita pada posisi para murid dalam Injil hari ini. Putus asa dan bingung, mereka menyusuri jalan sepuluh kilo meter menuju Yerusalem, tidak dapat memahami semua hal yang telah terjadi (Luk 24:13-14). Mereka tahu apa yang telah mereka saksikan—Yesus, seorang nabi yang perkasa dalam perkataan dan perbuatan (Luk 24:19). Mereka tahu apa yang mereka harapkan—bahwa Yesus akan menjadi penebus Israel (Luk 24:21). Tapi mereka tidak tahu, kenapa Ia mengalami kematian-Nya yang kejam di tangan para penguasa (Luk 24:20).
Mereka bahkan tidak dapat mengenali Yesus yang Bangkit ketika Dia mendekat berjalan bersama mereka (Luk 24:15-16). Dia tampak seperti orang asing lain yang mengunjungi Yerusalem untuk merayakan Paskah (Luk 24:18).
Perhatikan bahwa Yesus tidak mengungkapkan identitas-Nya sampai mereka menyampaikan cerita bagaimana mereka menemukan kubur-Nya kosong tetapi “Dia tidak mereka lihat” (Luk 24:22-24) Begitulah halnya dengan kita juga. Kecuali Yesus yang Bangkit mengungkapkan diri-Nya, kita hanya akan melihat kubur kosong dan kematian yang tidak berarti.
Bagaimana Yesus membuat diri-Nya dikenali di Emaus?
Pertama, Dia menafsirkan “seluruh Kitab Suci” sebagai rujukan kepada-Nya (Luk 24:27). Dalam Bacaan Pertama (Kis 2: 14.22-26) yang menyampaikan khotbah Petrus, dan Surat Petrus yang Pertama hari ini (1:17-21), Petrus juga membuka Kitab Suci untuk mewartakan makna kematian Kristus menurut “rencana yang telah ditetapkan” Bapa—yang telah diketahui sebelumnya sebelum dunia dijadikan.
Yesus digambarkan sebagai Musa yang baru dan domba Paskah yang baru. Dialah yang dinyanyikan oleh Daud dalam Mazmur hari ini (Mzm 16), yang jiwaNya tidak dibiarkan pada kebinasaan, tetapi ditunjukkan jalan kehidupan.
Setelah membuka Kitab Suci, Yesus di mengambil roti, memberkatinya, memecahkannya, dan memberikannya kepada para murid—persis seperti yang Dia lakukan pada Perjamuan Terakhir (lihat Luk 22:14–20).
Dalam setiap Ekaristi, kita menghidupkan kembali Minggu Paskah di Emaus itu. Yesus mengungkapkan diri-Nya kepada kita dalam perjalanan hidup kita. Dia berbicara pada hati kita di dalam Kitab Suci. Kemudian di meja altar, di hadapan imam, Dia memecahkan roti.
Murid-murid memohon kepada Yesus, “Tinggallah bersama kami.” Dia memenuhi permohonan itu. Meskipun Dia telah menghilang dari pandangan kita, dalam Ekaristi—seperti di Emaus—kita mengenal Dia dalam pemecahan roti.
(Dr. Scott Hahn)