Petrus nama dari bahasa Yunani petros, “karang”. Simon Petrus, rasul Yesus Kristus, pemimpin Keduabelas Rasul dan gembala utama Gereja Kristen awal. Ia banyak muncul dan diberitakan dalam Injil-injil dan Kisah Para Rasul dan dianggap pengarang dua surat Perjanjian Baru, 1 dan 2 Petrus (1 Ptr 1:1; 2 Ptr 1:1).
I. MURID YESUS
Petrus aslinya dikenal bernama Simon, anak Yohanes (Yoh 1:42), dan saudara Andreas (Yoh 1:40). Ia seorang nelayan penangkap ikan dari Betsaida, suatu komunitas kecil di sebelah utara Laut Galilea (Yoh 1:44) dan sudah menikah (Mat 8:14). Ia juga punya sebuah rumah di Kapernaum (Mrk 1:21.29).
Yesus memanggil Simon untuk menjadi muridNya pada awal karyaNya. Dalam injil Matius, Markus dan Lukas, Simon menerima panggilan untuk mengikut Kristus sewaktu menjala ikan (Mat 4:13-20; Mrk 1:16-18; Luk 5:1-11). Dalam Injil Yohanes kita dapatkan perjumpaan lain yang diatur oleh saudara Simon, Andreas (Yoh 1:40-42). Dalam kesempatan itu Yesus mengubah nama Simon menjadi Petrus: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas” (Yoh 1:42). Kefas adalah nama Aram yang berarti karang dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani petros,yang kemudian melalui bahasa Latin diserap ke dalam bahasa kita menjadi Petrus. Perubahan nama itu secara resmi baru terjadi belakangan dalam karya Yesus sesudah Simon mengakui keputraan ilahi Yesus (Mat 16:16). Menanggapi pengakuan itu Yesus menjadikan Simon sebagai dasar komunitas Kristen : “Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat 16:18). Sesudah itu rasul itu disebut Petrus atau Simon Petrus, sekalipun Paulus juga menyebutnya dalam bahasa Aram, Kefas (1 Kor 1:12; 9:5; 15:5; Gal 2:9.11.14).
Perubahan nama itu menandai perubahan misi dalam hidup Simon. Ia bukan hanya seorang Rasul di antara yang lain-lain, tetapi Rasul yang dianggap “yang pertama dan terutama” dari Kedua Belas Rasul (Mat 10:2). Maka ia mendapatkan hubungan yang sangat erat dengan Yesus (Mat 17:24-27) dan diberi kesempatan-kesempatan khusus, bersama Yakobus dan Yohanes, untuk menjadi saksi keajaiban-keajaiban seperti dibangkitkannya puteri Yairus dari mati (Mrk 5:37) dan peralihan rupa Yesus dalam kemuliaan atau Transfigurasi (Mat 17:1-8). Petrus juga bertindak selaku juru bicara bagi Keduabelas Rasul (Mat 15:15; Mrk 9:5; 10:28; Luk 12:41; Yoh 6:67-69).
Penempatan Petrus sebagai tokoh penting dalam Injil-injil lebih dari sekedar kehormatan belaka. Yesus memberikan tanggungjawab besar kepada Petrus. Sebagai “karang” dan landasan Gereja, kepadanya dipercayakan “kunci-kunci Kerajaan Allah” dan wewenang dari surga untuk “mengikat” dan ”melepaskan” sebagai gembala utama dan guru bagi murid-murid Kristus di dunia (Mat 16:19). Peneguhan peranan Petrus itu diberikan sesudah Kebangkitan, ketika Kristus memberi tugas kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku… Gembalakanlah domba-domba-Ku… Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:15-17). Maka ia mewakili dan bertindak atas nama Yesus “gembala yang baik” (Yoh 10:14). Tidak ada rasul lain yang oleh Yesus diberi misi sebesar itu.
Namun Petrus berjuang keras untuk tetap setia kepada Kristus ketika peristiwa-peristiwa dalam sengsara dan wafat Kristus mulai terjadi. Ketika pihak yang berwenang menangkap Yesus di Taman Getsemani, Petrus bereaksi dengan melakukan kekerasan dan memotong telinga seseorang yang bernama Malkhus (Yoh 18:10-11). Namun ketika ditanya mengenai hubungannya dengan Yesus ketika ia duduk di halaman rumah imam besar, Petrus menyangkal mengenal Yesus tiga kali (Mat 26:69-75). Yesus sudah menubuatkan sikap pengecut Petrus itu sebelumnya (Mrk 14:29-30). Dan menyemangati Petrus supaya “menguatkan” saudara-saudaranya setelah Petrus menyesali sikapnya itu (Luk 22:31-32).
Akhirnya Petrus adalah rasul pertama yang menyaksikan makam Yesus yang kosong (Luk 24:12; Yoh 20:3-7) dan yang pertama dari Keduabelas Rasul yang melihat Yesus bangkit lagi (Luk 24:34; 1 Kor 15:5) (KGK 442, 552-553, 765, 880-881, 1429).
II. GEMBALA GEREJA
Petrus tampil dominan dalam bab-bab pertama kitab Kisah Para Rasul yang menggambarkan berdirinya Gereja di Yerusalem dan awal penyebaran Injil (Kis 1-2). Peranannya pada hari-hari pertama ini persis seperti yang diharapkan orang sesudah membaca Injil: ia tampil di depan di antara para rasul sebagai guru utama, gembala dan pengambil keputusan bagi Gereja awal.
Kepemimpinannya dilaksanakan dalam berbagai-bagai kesempatan:
1. Sesudah Tuhan naik ke surga, Petrus memutuskan untuk mencari saksi Tuhan yang memenuhi syarat untuk menggantikan Yudas Iskariot, supaya jumlah Rasul genap dua belas (Kis 1:25-26).
2. Pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas para rasul di ruang atas, Petruslah yang tampil pertama berkhotbah di tengah-tengah orang banyak sebagai ketua pewarta Injil dari Gereja (Kis 2:14-16) dan menyerukan agar mereka memberikan diri dibaptis (Kis 2:37-41).
3. Orang pertama dalam sejarah Kristen harus disembuhkan dalam nama Yesus, disembuhkan oleh Petrus (Kis 3:1-10).
4. Petrus diakui bertindak sebagai pejabat kepala Gereja ketika ia ditangkap oleh Sanhedrin (bersama Yohanes) dan didesak mempertanggungjawabkan ajarannya (Kis 4:1-12)
5. Disiplin Gereja untuk pertama-kalinya ditegakkan oleh Petrus, ketika dua anggota komunitas perdana, Ananias dan Safira, ketahuan berdusta (Kis 5:1-11).
6. Ketika orang-orang Samaria pertama menerima Injil, persetujuan Petrus diperlukan untuk menerima mereka sebagai anggota Gereja dan mendatangkan Roh Kudus atas mereka (Kis 8:14-17).
7. Petrus adalah otoritas/wewenang Kristen pertama untuk mengajarkan Injil dan membaptis bangsa lain sesudah Tuhan menyampaikan kehendakNya mengenai bangsa lain dalam suatu penglihatan (Kis 10:1-48)
8. Petrus memainkan peran yang sangat menentukan dalam konsili gereja yang paling awal, Konsili Yerusalem (Kis 10, lihat Konsili Yerusalem). Walaupun yang lain seperti Yakobus memikul peran pemimpin dalam mengajukan stretegi pastoral bagi jemaat Kristen (Kis 15:13-21) Petruslah yang sebagai pembicara utama demi iman mengakhiri debat panjang tentang sunat dengan pernyataan ajaran yang tegas : “kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga” (Kis 15:11).
Di luar babak-babak utama ini, hanya sedikit saja pekerjaan dan tindakan Petrus yang dicantumkan dalam Perjanjian Baru. Kitab Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa Petrus pergi meninggalkan Gereja Yerusalem ke tempat lain pada awal tahun empatpuluhan (Kis 12:17). Surat-surat paulus menunjukkan bahwa Petrus menjadi tuan rumah bagi Paulus di Yerusalem sesudah ia bertobat (Gal 1:18) dan untuk beberapa kemudian ia berada di Antiokhia Siria, dan disitu Paulus terpaksa mengecam Petrus karena mengkompromikan Injil karena tekanan orang-orang lain (Gal 2:11-14), dan tampaknya Petrus pernah berada di Korintus di Yunani selatan beberapa waktu sebelum pertengahan tahun limapuluhan (1 Kor 1:12). Dua surat Petrus, yang tampaknya ditulis pada pertengahan tahun enampuluhan, mengungkapkan keprihatinan pastoralnya atas |Gereja-gereja di Asia Kecil (1 Ptr 1:1; 2 Ptr 3:1) dan menunjukkan bahwa ia menulis dari Roma |(yang disamarkan dengan nama “Babylon” dalam 1 Ptr 5:13).
III. HARI-HARI TERAKHIR
Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa tentang akhir hayat Petrus. Namun tradisi Kristen melengkapi dengan beberapa detil. Eusebius dari Kaisarea, sejarawan abad keempat, mengungkapkan tradisi yang menyatakan bahwa Petrus tiba di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius antara tahun 41 dan 54 (Hist. Eccl., 2:14) dan banyak penulis kuno lainnya juga menyatakan bahwa tahun-tahun terakhir hayat Petrus dilewatkan di ibukota kekaisaran (sesuai dengan 1 Ptr 5:13). Kemudian Eusebius menyatakan bahwa Petrus dibunuh sebagai martir di ibukota Roma itu; ia disalibkan dengan kepala di bawah atas permintaannya sendiri (Hist.Eccl 3:1). Santo Ireneus dari Lyon, seorang pembesar Gereja abad kedua, menyatakan bahwa Petrus bersama dengan Paulus adalah pendiri Gereja Roma (Adv Haer., 3.3). Kematian Petrus sebagai martir terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Nero sekitar tahun 67.
Surat-surat Petrus
Dua surat dalam Perjanjian Baru dianggap ditulis oleh Petrus. Bersama dengan surat-surat Yakobus, Yohanes dan Yudas, kedua surat Petrus itu disebut “Surat-surat Katolik”, karena tampak ditujukan kepada semua orang Kristen ketimbang kepada komunitas tertentu. Kedua surat Petrus itu ditujukan kepada jemaat Kristen Asia Kecil, dan keduanya merupakan seruan agar bertekun dalam iman kendati adanya kesulitan yang rimbul dari pengaruh kafir, pengasingan dari jemaat Kristen lain, dan ajaran palsu.
1 Petrus
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Pengarang surat ini menyatakan dirinya sendiri sebagai “Petrus, Rasul Yesus Kristus” (1Ptr 1:1) dan menunjukkan bahwa ia adalah saksi penderitaan dan wafat Kristus dan seorang penatua yang menggembalakan domba-domba Tuhan (1Ptr 5:1-2). Tradisi Kristen dari masa perdana menerima pernyataan bahwa pengarang surat ini adalah Petrus Rasul. Namun para ahli modern menyangsikannya. Alasan pokok yang menunjukkan bahwa pengarangnya adalah orang lain yang bukan Petrus adalah bahwa bahasa Yunani yang digunakan dalam surat itu sangat bagus (sesuatu yang mustahil bagi seorang nelayan dari Galilea yang tidak berpendidikan, yang bicara dengan menggunakan bahasa Aram, bdk Kis 4:13), bahwa ia menggunakan Perjanjian Lama terjemahan Yunani, dan rujukan-rujukannya mengenai penderitaan komunitas Kristen (1Ptr 2:19-20; 4:12-16; 5:9-10) yang terjadi di masa belakangan pada zaman pemerintahan Kaisar Domitianus (tahun 81-96), sesudah Petrus mati. Berdasarkan hal-hal ini sebagian ahli berpendapat bahwa pengarang yang sesungguhnya dari surat ini tidak diketahui, atau mungkin Silvanus, juru-tulis Rasul Petrus (1Ptr 5:12).
Keberatan ini tidak cukup menggoyahkan tradisi yang sudah lama ada bahwa Petrus adalah pengarang surat ini. Karena surat ini didiktekan kepada Sivanus, bisa saja juru-tulis rasul itu melakukan penyempurnaan dan meluaskan kosa-katanya. Pengenalan pengarang atas kitab suci bahasa Yunani mungkin juga karena bantuan Silvanus, Mengenai penderitaan yang diceritakan dalam surat, tidak dapat dibuktikan bahwa penderitaan itu berkaitan dengan penganiayaan yang dilakukan oleh para pejabat kekaisaran Roma. Penganiayaan atas orang Kristen sudah lama diketahui berasal dari bangsa Yahudi dan bangsa lain yang tidak percaya di daerah misi (bdk Kis 8:1; 14:4-6; 16:19-24).
Waktu penulisan surat bergantung terutama pada soal siapa pengarangnya. Para ahli yang mendukung Petrus sebagai pengarang surat ini biasanya menganggap surat ini ditulis pada awal tahun enampuluhan, tak lama sebelum Petrus mati di tahun 67. Para ahli yang berpendapat bahwa surat ini ditulis [seorang murid lain] atas nama Petrus memperkirakan surat ini ditulis menjelang akhir abad pertama.
II. ISI
i. Salam (1Ptr 1:1-2)
ii. Ucapan Syukur (1Ptr 1:3-12)
iii. Hidup Kudus (1Ptr 1:13-2:10)
iv. Hubungan Jemaat Kristen (1Ptr 2:11-3:12)
v. Penderitaan (1Ptr 3:13-4:19)
vi. Para Gembala dan Kawanannya (1Ptr 5:1-11)
vii. Berkat Penutup (1Ptr 5:12-14).
III. MAKSUD DAN TEMA
Surat ini ditulis dan dikirimkan dari “Babilon” (1Ptr 5:13), mungkin suatu sebutan samaran bagi Roma, yang selaras dengan tradisi kuno bahwa Petrus melakukan pelayanan di Roma di tahun-tahun menjelang kematiannya sebagai martir. Surat ditujukan kepada “orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia”, maksudnya komunitas-komunitas di berbagai Provinsi Roma di Asia Kecil sebelah barat dan utara (1Ptr 1:1). Surat menggunakan bentuk yang meliputi salam pembukaan, ucapan syukur dan penutup yang lazim dalam suatu surat.
Surat dimaksudkan untuk menyemangati jemaat Kristen dalam komunitas-komunitas muda agar gigih bertahan menghadapi sikap permusuhan yang semakin menjadi-jadi dari dunia. Dasar pemberian semangat ini adalah Kebangkitan: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1Ptr 1:3). Para pembaca diingatkan akan pahala yang menunggu mereka di surga (1Ptr 1:3-5) dan nilai dari sikap bertekun dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai harapan kemuliaan yang dinyatakan para nabi Perjanjian Lama (1Ptr 1:10-12).
Hidup Kristen dengan segala tantangan dan tuntutannya dengan demikian diarahkan kepada janji Kristus: “letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus” (1Ptr 1:13). Dilanjutkan terus dengan menunjuk ciri-ciri khas Kristen dan kemudian memberikan contoh-contoh hidup sebagai hamba Tuhan (1Ptr 2:11-3:12) sebagai “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1Ptr 2:9).
Petrus lalu mengarahkan perhatiannya pada penderitaan karena penganiayaan karena nama Kristus – yang dipandangnya sebagai suatu berkat (1Ptr 3:14; 4:14). Tekun dan sabar di dalam penderitaan merupakan suatu tanda yang pasti dari jemaat Kristen sejati, dan ketimbang keder tanpa semangat di masa sulit, pengikut Kristus seharusnya bersukacita mengikuti teladan Kristus (1Ptr 4:13). Dasar harapan Kristen adalah baptis: Petrus mengutip contoh dari bahtera Nuh, ketika jiwa-jiwa diselamatkan melalui air. Mengenai air itu ditulisnya, “kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan — maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah — oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya” (1Ptr 3:21-22).
2 Petrus
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Penulis surat 2Petrus menyatakan diri sebagai “Simon Petrus” (2Ptr 1:1) dan ia menyatakan telah menjadi saksi Transfigurasi, yaitu peralihan rupa Yesus yang menampakkan kemuliaanNya (2Ptr 1:16-18) dan telah menulis surat yang terdahulu (2Ptr 3:1). Ia juga menyatakan diri sebagai teman sekerja Paulus (2Ptr 3:15). Dari pernyataan-pernyataan ini, penulis surat jelas mau mengatakan bahwa dirinya adalah rasul Petrus. Namun surat 2Petrus tidak diterima secara bulat universal sebagai tulisan kanonis hingga abad kelima.
Banyak ahli modern, juga ahli kuno, menyatakan bahwa susunan dan bentuk sastra surat ini bukan berasal dari Petrus sendiri, tetapi dari seorang murid dari masa yang lebih kemudian. Argumen mereka didasarkan pada perbedaan gaya-tulisan yang menyolok di antara surat 1Petrus dan 2Petrus, ketergantungan 2Petrus pada isi surat Yudas, dan adanya kemungkinan rujukan mengenai sudah berlalunya generasi pertama jemaat Kristen (2Ptr 3:4), yang merupakan petunjuk bahwa surat ini disusun sesudah kematian Petrus.
Di pihak lain, seperti yang dikatakan Santo Hieronimus, gaya tulisan yang berbeda antara 1Petrus dan 2Petrus bisa terjadi karena Petrus mendiktekan suratnya yang kedua kepada juru tulis lain yang bukan Silvanus. Sedang surat 1Petrus didiktekan kepada Silvanus. Menduga waktu penulisan lebih kemudian karena ketergantungan surat ini pada surat Yudas mengandung anggapan bahwa surat Yudas berasal dari masa lebih kemudian, sementara anggapan itu sendiri belum bisa dibuktikan secara tuntas. Akhirnya, walaupun surat 2Petrus belum diterima sebagai tulisan kanonis secara universal hingga abad kelima, surat itu sendiri mendapat dukungan dalam Gereja awal dan digunakan di dalam liturgi pelbagai Gereja. Alhasil, argumen-argumen yang menentang Petrus sebagai pengarang surat ini masih jauh dari meyakinkan.
Penetapan waktu penulisan surat bergantung pada kepastian mengenai siapa pengarang surat ini. Jika surat ini berasal dari Petrus, maka waktu penulisannya kira-kira pertengahan tahun enampuluhan, ketika Petrus bekerja melayani di Roma sebelum tewas sebagai martir. Jika surat ditulis oleh orang lain, waktu penulisannya akan makin sulit ditentukan; banyak ahli menduga surat ini ditulis sekitar akhir abad pertama, bahkan ada yang menduga lebih kemudian lagi, di awal abad kedua.
II. ISI
i. Salam (2Ptr 1:1-2)
ii. Panggilan umat Kristen (2Ptr 1:3-21)
iii. Pengajar Palsu (2Ptr 2;1-22)
iv. Janji Kedatangan Kristus Kembali (2Ptr 3:1-17)
v. Pujian Penutup (2Ptr 3:18)
III. MAKSUD DAN TEMA
Surat kedua Petrus diawali dengan suatu sapaan “kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2Ptr 1:1) dan ucapan salam (2Ptr 1:2), namun selebihnya teks surat lebih merupakan suatu homili. Pengarang menyemangati jemaat Kristen agar berpegang teguh pada iman mereka dan hidup dalam pengharapan akan Kedatangan yang Kedua dari Kristus, sekalipun Kedatangan yang Kedua itu tidak terjadi secepat yang mereka harapkan. Surat diduga ditujukan kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil (1Ptr 1:1), artinya, surat ini dimaksudkan untuk pembaca yang sama yang menjadi alamat yang dituju penulisan surat 1Petrus (2Ptr 3:1).
Pengarang sangat mengharapkan jemaat Kristen mendapat limpahan karunia “pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita” (2Ptr 1:2). Hidup Kristen seharusnya mencerminkan daya kekuatan ilahi yang telah dilimpahkan kepada mereka itu (2Ptr 1:3.4). “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang” (2Ptr 1:5-7). Dasar dari pengharapan dalam hidup ini adalah pengertian akan hidup kekal (2Ptr 1:8-11) dan janji serta harapan akan kedatngan Kristus kembali dalam kemuliaan (2Ptr 1:12-21). Petrus mengingatkan para pembacanya akan segala sesuatu yang sudah mereka ketahui (1Ptr 1:12-15; 3:1) dan menyerukan agar mereka mengembangkan pengertian mereka agar lebih dalam lagi (2Ptr 1:3; 3:18).
Tema Kedatangan yang Kedua digabungkan dengan suatu polemik melawan para pengajar palsu yang menghadapkan suatu ancaman pada jemaat Kristen (2Ptr 2:1-22). Pengajaran mereka penuh tipuan, kekeliruan dan kebohongan, dan para pengajar itu sendiri dikuasai hawa nafsu (2Ptr 2:2), serakah (2Ptr 2:3.14) dan penuh nafsu cemar (2Ptr 2:10.14.18); mereka melawan pemerintahan Allah (2Ptr 2:10) dan lebih buruk dalam menghujat kemuliaan mengalahkan para malaikat yang tidak bernani memakai kata-kata hujat (2Ptr 2:10-11). Pengarang membandingkan mereka dengan binatang yang tidak berakal-budi (2Ptr 2:12) dan menganggap mereka akan senasib dengan malaikat pendosa dan angkatan pendosa dari zaman Nuh serta penduduk Sodom (2Ptr 2:4-6).
Sehubungan dengan Kedatangan yang Kedua, Petrus menyerukan kepada para pembacanya akar mengingat pentingnya mempersiapkan diri menyongsong peristiwa yang pasti datang itu dengan menghayati hidup yang tak bercacat dan tak bernoda. Ia menutup suratnya dengan menyampaikan seruan sekali lagi bahwa jemaat Kristen harus terus fokus dalam mengenal Tuhan: “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya” (2Ptr 3:17-18).