Kisah Para Rasul adalah kitab kelima dalam Perjanjian Baru. Pada umumnya diterima sebagai hasil karya Santo Lukas. Kisah Para Rasul merupakan lanjutan kisah dalam Injil Lukas, menyajikan suatu sejarah Gereja dari saat Kristus Naik ke Surga dan turunnya Roh Kudus hingga sampai pada waktu Santo Paulus mewartakan Injil di Roma.
Lihat Juga: Injil Lukas
- Pengarang dan Waktu Penulisan
- Isi
- Maksud dan Tema
a. Roh Kudus
b. Petrus dan Paulus
c. Satu Gereja Universal
d. Pemulihan Kerajaan
e. Sejarah
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
Tradisi selalu mengenal Kisah Para Rasul sebagai karya Lukas. Bahwa Lukas adalah pengarang Kitab itu dinyatakan oleh banyak penulis Kristen, termasuk Santo Ireneus, Tertulianus, Santo Klemens dari Aleksandria, Eusebius dan oleh Kanon Muratorian. Bahwa Injil Lukas dan Kisah Para Rasul berasal dari pengarang yang sama adalah sangat wajar, karena: kedua tulisan itu disampaikan kepada Teofilus (Kis 1:1; Luk 1:1-4); Kis menyebut “bukuku yang pertama” pada awalnya dan memberikan suatu ikhtisar darinya (Kis 1:1-2). Bahwa pengarang kedua buku itu (tidak disebut di dalam buku-buku itu sendiri) adalah Lukas “tabib yang kekasih” (Kol 4:14) didukung oleh uraian medis yang detil yang dicantumkan dalam cerita-cerita tentang penyembuhan (Kis 9:18; 28:6.8; bdk Luk 4:38, 8:43-44). Di dalam beberapa episode perjalanan Paulus, pengarang menggunakan kata ganti orang pertama jamak (“Kami”), yang menunjukkan bahwa ia merupakan bagian dari peristiwa yang diceritakan (Kis 16:10-17; 20:5-16; 21:1-8; 27:1-28:16). Mengingat baik suara tradisi yang utuh maupun karya itu sendiri, maka tampaknya aman untuk menyatakan bahwa pengarang kitab ini adalah Lukas.
Kisah rupanya ditulis sekitar tahun 63, yaitu ketika ceritanya terhenti dengan peristiwa Paulus menjadi tahanan rumah di Roma (Kis 28:30). Tidak ada keterangan di dalam kitab itu mengenai kebakaran besar yang terjadi di Roma pada tahun 64 yang menyebabkan penganiayaan besar atas umat Kristen, termasuk hukuman mati yang ditimpakan pada Petrus dan Paulus, tokoh-tokoh protagonis dalam Kisah, yang menjadi martir pahlawan. Juga tidak ada cerita mengenai penghancuran Yerusalem oleh bangsa Roma pada tahun 70, suatu peristiwa besar lainnya bagi Gereja awal.
II. Isi
Yesus sendirilah yang memberikan garis besar yang luas bagi kitab ini dalam amanatNya yang terakhir kepada para rasul (Kis 1:8): “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Inilah tepatnya arah yang diikuti oleh cerita selanjutnya di dalam kitab Kisah Para Rasul. Para rasul berkhotbah di Yerusalem (Bab 1-7), meluaskan pewartaan Injil ke Yudea dan Samaria (Bab 8-12), dan kemudian membawa pesan itu kepada bangsa-bangsa lain yang berakhir di Roma, ibukota “dunia” pada waktu itu (Bab 13-28).
- Pembukaan (1:1-5)
- Sampai Dengan Kedatangan Roh Kudus (1:6-2:13)
i. Kenaikan Tuhan (1:6-11)
ii. Panggilan Matias (1:12-16)
iii. Pentakosta (2:1-13)
3. Di Yerusalem (2:14-8:3)
a. Khotbah Petrus (2:14-4:31)
b. Pelayanan Petrus (3:1-4:31)
c. Komunitas Perdana (4:32-5:11)
d. Pelayanan Petrus dan Penganiayaan (5:12-42)
e. Pengangkatan Tujuh Diakon (6:1-7)
f. Stefanus Menjadi Martir (6:8-7:60)
g. Saul Menganiaya Gereja (8:1-3).
4. Di Seluruh Yudea dan Samaria (8:4-12:25)
a. Filipus Mewartakan Injil di Samaria dan Yudea (8:4-40)
b. Paulus Bertobat (9:1-31)
c. Petrus di Lida, Yope dan Kaisarea (9:32-43)
d. Petrus dan Kornelius (10:1-33)
e. Pewartaan di kalangan bangsa-bangsa lain (10:34-48)
f. Laporan Petrus di Yerusalem (11:1-18)
g. Gereja di Antiokia (11:19-30)
h. Penganiayaan oleh dan kematian Herodes Agripa (12:1-25)
5. Ke Ujung-ujung Bumi (13:1-28:31)
a. Perjalanan Misi Paulus yang Pertama (13:2-14:28)
b. Konsili Yerusalem (15:1-35)
c. Perjalanan Misi Paulus yang Kedua (15:36-18:22)
d. Perjalanan Misi Paulus yang Ketiga (18:23-20:38)
e. Paulus Kembali ke Yerusalem, Ditaaangkap dan Dipenjarakan (21:1-26:32)
f. Gereja di Roma (27:1-28:31)
III. Maksud dan Tujuan
Maksud yang dinyatakan dari kitab Kisah Para Rasul adalah menyampaikan apa yang terjadi setelah Injil Lukas selesai, yaitu pada waktu Yesus “terangkat” (Kis 1:2). Tetapi kitab ini bukanlah semata-mata suatu sejarah: peristiwa-peristiwa di dalamnya menunjukkan bahwa Roh Kudus membimbing Gereja. Meluasnya dengan cepat Kabar Gembira merupakan bagian dari rencana ilahi, bukan semata-mata karena karya yang giat dari para rasul.
A. Roh Kudus
Sepanjang kitab ini, pengarang menunjukkan kepada kita pentingnya peran Roh Kudus di dalam membimbing karya pelayanan para rasul (Kis 2;1-13; 5:12-16; dan 8:26-40). Roh Kudus memungkinkan keberhasilan yang menakjubkan sehingga Injil menjelajah dunia Roma dan mengembangkan jemaat Gereja di kota-kota kekaisaran Roma. (Bdk Kis 2:41.47; 4:4.31; 6:7; 13:2; 15:8.28; 16:6-10; 20:23).
B. Petrus dan Paulus
Nama “Kisah Para Rasul” diberikan kepada kitab ini setidaknya menjelang abad kedua, tetapi kitab ini fokus terutama kepada dua rasul utama: Petrus dan Paulus. Keseluruhan buku sebenarnya dapat dibagi dalam dua bagian besar. Yang pertama mengikuti kepemimpinan Petrus (Bab 1-12) dan yang kedua adalah pekerjaan Paulus (Bab 13-28). Di satu pihak kitab ii mengandaikan wewenang Petrus yang tidak dipersoalkan sebagai pemimpin Gereja; di pihak lain, suatu rangkaian kisah paralel menunjukkan bahwa Paulus juga mempunyai wewenang apostolik. Baik Petrus dan Paulus, misalnya, menyampaikan khorbah pertama mereka mengenai pemenuhan perjanjian Daud (Kis 2:22-36; 13:26-41). Keduanya menyembuhkan orang lumpuh (Kis 3:1-10; 14:8-10). Keduanya mencurahkan Roh Kudus dengan penumpangan tangan (Kis 8:14-17; 19:6). Keduanya sama-sama melawan ahli sihir (Kis 8:18-24; 19:6). Keduanya membangkitkan orang mati (Kis 9:36-41; 20:9-12). Keduanya dipandang sebagai dewa tetapi menolak disembah-sembah (Kis 10:25-26; 14:11-15). Keduanya dibebaskan secara ajaib dari penjara (Kis 12:6-11; 16:25-34). Dengan kisah-kisah paralel ini Lukas menunjukkan otentisitas jabatan rasul dari Paulus.
Lukas sadar (sebagai seorang yang menyertai rasul Paulus, Kis 16:10) bahwa ada orang-orang yang menolak Paulus sebagai rasul (bdk 2 Kor 11:4-6; 12:11; Gal 6:12). Kitab ini jelas merupakan jawaban Lukas kepada mereka. Lukas tidak menyisakan keraguan di benak para pembacanya bahwa Paulus dipanggil oleh Yesus dan menjadi utusanNya untuk mewartakan Kabar Gembira (Kis 9:1-19; 22:3-16; 26:2-18) kepada semua bangsa.
C. Satu Gereja Universal
Dalam masa tiga puluh tahun yang diliput oleh kitab Kisah Para Rasul, Gereja menyebar dari Palestina sampai ke Italia. Prestasi penyebaran Injil yang luar biasa ini adalah berkat tiga perjalanan misi Paulus: Kiprus dan Asia Kecil (Kis 13:1-14:28); Asia Kecil, Yunani dan Efesus (Kis 15:36-18:22); dan Efesus serta pantai barat Asia Kecil (Kis 18:23-21:15).
Tetapi penyebaran Injil dengan cepat itu mendatangkan persoalan penting :Apakah seorang pengikut Kristus harus menjadi pengikut agama Yahudi? Apakah bangsa lain harus disunat dan mengikuti Hukum Taurat Musa, termasuk semua ritus ibadat yang sesuai dengan Perjanjian Lama?
Persoalan itu memuncak di tengah-tengah kitab Kisah Para Rasul. Dalam Konsili Yerusalem, para rasul, dipimpin oleh Petrus, menyatakan bahwa Gereja terbuka untuk siapa saja. Gereja bukan bersifat nasional melainkan universal.
Di sepanjang kitab Kisah Para Rasul kita lihat kesimpulan itu dibimbing oleh Roh Kudus. Stefanus, martir yang pertama, yang “penuh dengan Roh Kudus” (Kis 7:55) menyatakan bahwa Hukum dan Bait Allah telah berlalu dengan kedatangan Kristus. Visiun yang dialami Petrus di atap rumah menyatakan bawa semua makanan halal (Kis 10:9-17). Roh Kudus membimbing Petrus kepada Kornelius, seorang asing, dan Roh Kudus memenuhi orang asing di rumah Kornelius sebelum Petrus membaptis mereka (Kis 10:44-48; 11:15-16). Maka semua ritus ibadat yang khas agama Yahudi disisihkan dalam Perjanjian baru, sebab tidak lagi berguna bagi maksud aslinya yang membuat Israel terpisah dan lain dari bangsa-bangsa lain.
D. Pemulihan Kerajaan
Lukas menampilkan Gereja universal bukan sebagai suatu gagasan baru, melainkan sebagai pemenuhan perjanjian dengan Daud. Gereja adalah hasil pemulihan kerajaan Daud yang sudah lama dijanjikan, sekaligus merupakan Kerajaan Allah dalam sejarah.
Pada awal kitab Kisah Para Rasul, kepada Yesus yang bangkit para rasul bertanya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Di sini tampaknya mereka berpikir mengenai kerajaan politis. Tetapi dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, Petrus jadi paham – dan menjelaskan kepada orang banyak – bagaimana janji yang diberikan kepada Daud itu dipenuhi hanya di dalam Yesus Kristus (Kis 2:25-36). Paulus memberikan pernyataan yang serupa dalam khotbahnya yang pertama (Kis 13:34-37). Dan ketika Yakobus membuat ikhtisar di penutupan Konsili Yerusalem, ia teringat kata-kata nabi, yang menubuatkan pemulihan kerajaan Daud “supaya semua orang lain mencari Tuhan, dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah Kusebut milikKu.” (Kis 15:17).
E. Sejarah
Sekalipun kita menilai dan menghargai tinggi tafsiran yang mendalam akan sejarah yang dilakukan Lukas, jangan kita lupakan bahwa Lukas bermaksud menulis sejarah. Ia memang menafsirkan peristiwa-peristiwa, tetapi ia juga mencatat peristiwa-peistiwa itu secara akurat dengan pengamatan yang tajam. Kisah Para Rasul sangat berharga bagi kita sebagai catatan mengenai awal Kekristenan. Bagi banyak peristiwa, Kisah Para Rasul merupakan satu-satunya sumber; tetapi ketika Kisah berpotongan dengan catatan sejarah lainnya, kita dapat menegaskan bahw Lukas adalah sejarawan yang sangat akurat yang memperlakukan fakta-fakta dengan lurus. Kecakapan Lukas memberikan uraian nyata di mana-mana, dalam beberapa kalimat saja ia menyampaikan kepada kita gambaran kota Atena secara hidup (Kis 17:16-33), dan gambarannya tentang kapal karam (Bab 27) merupakan salah satu tulisan tentang pelayaran yang paling bagus dari dunia kuno. Semakin banyak yang kita ketahui tentang masa itu dari arkeologi dan penelitian Kitab Suci, semakin jelas betapa Kisah Para Rasul merupakan catatan sejarah aktual yang dapat diandalkan.