Injil Yohanes adalah Injil yang keempat dari Perjanjian Baru, yang menurut tradisi disusunoleh St Yohanes, anak Zebedeus. Struktur, gaya dan isinya sering berbeda dari ketiga Injil-injil Sinoptis (Matius, Markus, Lukas). Merupakan Injil yang paling kaya teologi dan kompleks. Yohanes memberikan kepada kita pernyataan yang jelas dan lugas mengenai maksudnya: “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias , Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya” (Yoh 20:31).
Rancangan tulisan ini:
I. Pengarang dan waktu Penulisan
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Penulis Injil ini tidak memberikan namanya kepada kita, tetapi secara tidak langsung ia menyatakan dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 21:20.24), “murid yang terkasih” (Yoh 18:15). Tradisi mengenalinya sebagai Yohanes, anak Zebedeus, suatu dugaan yang ditopang oleh tempat utama yang diduduki sang rasul dalam kisah Injil. “Murid yang terkasih” itu hadir pada waktu Perjamuan Terakhir (Yoh 13:23; Mrk 14:17-25), berada di makam pada hari Kebangkitan (Yoh 20:4-10) dan kiranya ada bersama para murid ketika Yesus menampakkan diri (Yoh 20:19-23). Ia juga merupakan bagian dari kelompok inti Yesus (bersama Petrus dan Yakobus), dan di dalam Injil ia mempunyai kedudukan istimewa yang hanya Petrus saja yang setara dengannya (bdk Yoh 1:35.40-42; 6:8.67-69; 13:5-11.23-26.36-38; 18:15-16; 19:25-27). Yohanes mungkin juga murid Yohanes Pembaptis yang tidak disebut namanya, yang bersama dengan Andreas, mengikuti Yesus (Yo 1:37-40).
Lihat juga: Yohanes Rasul
Santo Ireneus (sekitar tahun 180) memberi tahu kita bahwa Injil keempat ditulis oleh Yohanes; suatu pernyataan yang mempunyai wibawa karena Ireneus mengenal Santo Polikarpus, uskup Smirna, yang adalah murid Yohanes.
Lihat juga : Surat-surat Yohanes
Walaupun tampaknya yang paling mungkin sebagai pengarang Injil keempat adalah Yohanes, namun ada petunjuk dari dalam Injil itu sendiri bahwa ada semacam penyuntingan atau bahwa kitab itu mendapatkan bentuk akhirnya dari tangan seorang murid atau beberapa muridnya. Misalnya, wacana Perjamuan Terakhir tampaknya mempunyai dua penutup (Yoh 14:31 dan 18:1), mengandaikan bahwa bagian yang kedua adalah suatu tambahan, entah dari seorang penyunting, entah dari si pengarang sendiri di kemudian hari. Cerita tentang wanita yang kedapatan berzinah (Yoh 7:53 – 8:11) juga meleset dari alur kisah dan tidak ada di dalam sejumlah manuskrip Yunani dari Injil keempat itu. sekalipun tidak selalu mengisyaratkan adanya lebih dari satu pengarang. Bagaimanapun, hal itu tidak memengaruhi ketetapan bahwa semua halaman Injil keempat adalah diilhami ilahi dan termasuk dalam kanon Kitab Suci.
Tradisi menyatakan bahwa Injil keempat ditulis menjelang akhir abad pertama. Beberapa ahli suatu ketika yakin bahwa Injil ini ditulis pada pertengahan abad kedua, namun pandangan itu ditinggalkan pada tahun 1935 ketika suatu fragmen papirus dari Injil yang sama yang berasal dari tahun 120 diketemukan di Mesir. Selain itu, Santo Ignatius dari Antiokhia sudah menyebutkan ajaran Injil ini dalam suatu suratnya dari tahun 107. Karena diperlukan cukup banyak waktu bagi Injil untuk mendapatkan penerimaan secara luas, maka sangat boleh jadi bahwa Injil ini ditulis sebelum tahun 100.
Tetapi berapa tahun sebelum tahun 100? Kebanyakan ahli percaya bahwa Injil keempat ini ditulis menjelang akhir abad pertama, tetapi sebagian di antaranya menyatakan bahwa waktu penulisannya jauh sebelum itu. Dalam Yoh 5:2 penulis Injil menyatakan: “Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya”. Yerusalem dihancurkan pada tahun 70, namun di sini pengarang menggunakan petunjuk waktu sekarang dalam kalimatnya, seolah-olah kota itu masih utuh pada waktu penulisan Injil. Maka mungkin aman jika dikatakan bahwa waktu penulisan Injil keempat ini masih merupakan persoalan terbuka.
II. ISI
Para ahli modern sepakat dengan pembagian Injil Yohanes menjadi dua bagian utama, “Kitab Tanda” dan “Kitab Kemuliaan”.
I. Prolog (Yoh 1:1-18).
II. Kitab Tanda (Yoh bab 1-12)
A. Yohanes Pembaptis (Yoh 1:19-34)
B. Murid-murid pertama (Yoh 1:35-51)
C. Perkawinan di Kana (Yoh 2:1-12)
D. Penyucian Bait Allah (Yoh 2:13-25)
E. Nikodemus (Yoh 3:1-21)
F. Yesus dan Yohanes Pembaptis (Yoh 3:22-36)
G. Wanita Samaria (Yoh 4:1-54)
H. Karya Yesus pada Hari Sabat (Yoh 5:1-47)
I. Roti Hidup (Yoh 6:1-71)
J. Pesta Pondok Daun dan Para Pejabat yang Tidak Percaya (Yoh 7:1-53)
K. Cahaya Dunia (Yoh 8:1-59)
L. Orang yang Buta Sejak Lahir (Yoh 9:1-41)
M. Gembala yang Baik (Yoh 10:1-42)
N. Membangkitkan Lazarus (Yoh 11:1-57)
O. Yesus Masuk Yerusalem dan Rencana Membunuh Dia (12:1-50).
III. Kitab Kemuliaan (Yoh bab 13-20)
A. Yesus Membasuh Kaki Para Murid (Yoh 13:1-21)
B. Percakapan Dalam Perjamuan Terakhir (Yoh 13:22 – 16:33)
C. Doa Yesus Imam Agung (Yoh 17:1-26)
D. Kisah Sengsara dan Wafat Yesus (Yoh 18:1-19:42)
E. Kebangkitan dan Penampakan Yesus (Yoh 20:1-31).
IV. Epilog (Yoh 21:1-25)
III. CIRI-CIRI SASTRA
Injil Yohanes dikenal karena sifatnya yang mistis dan kedalaman teologinya, sehingga pada masa Gereja awal dikenal sebagai “Injil Spiritual”. Di satu pihak kekayaannya dengan mudah dapat dipahami dengan membaca atau mendengarkan teks saja. Di pihak lain, Injil ini merupakan suatu karya yang kaya luar biasa sehingga perenungan dan telaah sepanjang hayat tak akan bisa menimba habis semuanya.
Injil keempat ini secara mencolok berbeda sekali dari ketiga Injil Sinoptik. Jarang sekali ditemukan penyampaian ulang dari tradisi yang ada pada Matius, Markus maupun Lukas. Namun Injil Yohanes juga menunjukkan bahwa ia akrab dengan Injil Sinoptik, khususnya Markus dan Lukas, namun jelas tidak menggunakan mereka sebagai dasarnya. Tulisan ini merupakan kesaksian tertulis tentang Yesus Kristus yang independen.
Injil Yohanes terutama berbeda dari Injil-injil lain dlam pilihan tekanannya. Injil-injil Sinoptik menyatakan hanya sekali saja kunjungan Yesus ke Yerusalem, pada puncak karyaNya di dunia, khususnya pada Sengsara, wafat dan KebangkitanNya. Injil Yohanes mengungkapkan kunjungan ke Yerusalem tiga kali (Yoh 2:13; 6:4; 12:1). I njil-injil Sinoptik lebih memerhatikan karya Yesus di Galilea, sedang Yohanes melengkapi kisah mereka dengan menyampaikan karya Yesus di Yudea (Yoh 1:43; 4:3-4; 11:54; 21:1). Injil-injil Sinoptik mengisahkan secara rinci kejadian-kejadian dalam Perjamuan Terakhir; Injil Yohanes lebih memerhatikan Percakapan Roti Hidup, melalui mana Yesus menjanjikan untuk memberikan diriNya kepada dunia melalui Ekaristi (Yoh 6:35-58).
Penulis Injil mempunyai telinga yang tajam bagi dialog dramatik, yang menggunakan konfrontasi verbal untuk memperdalam pemahaman kita akan Yesus. Dialog Yesus dengan wanita Samaria (Yoh 4:4-38), dengan Marta (Yoh 11:20-27), dan di hadapan Pilatus (Yoh 18:33-38; 19:8-11) mengungkapkan jati diri Yesus sedikit demi sedikit. Ketika pembicara dalam dialog-dialog itu mengetahui lebih banyak tentang Yesus, kita para pembaca juga belajar banyak. Injil keempat ini memberikan perhatian khusus pada kesempatan-kesempatan di mana terjadi kesalahpahaman yang membuka peluang bagi Yesus untuk menjelaskan maksudNya dengan lebih panjang-lebar, mengantar kita kepada pengertian yang makin dalam atas sabda dan ajaranNya. Salah satu dialog yang terkenal adalah dengan Nikodemus, yang tidak mengerti bagaimana orang yang sudah dewasa bisa dilahirkan kembali (Yoh 3:4-8).
IV. TEMA-TEMA BESAR
Injil Yohanes diawali dengan suatu pernyataan mengenai keAllahan dan kemanusiaan Yesus Kristus (Yoh 1:1-19). Kalimat pembukaannya menyatakan keliahian Yesus : “Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). Injil memuncak dalam Yoh 20:28 dengan pengakuan Tomas : “Ya, Tuhanku dan Allahku”. Di antara kedua pernyataan ini adalah pernyataan mengenai Keputraan ilahi Yesus dan tugas perutusanNya. Di sini Yohanes sangat unik dibanding dengan Injil-injil Sinoptik, karena ia tidak mengutamakan perumpamaan-perumpamaan, karya penyembuhan dan pengusiran setan; hanya ada empat mujizat penyembuhan (Yoh 4:43-54; 5:1-15; bab 9 dan bab 11). Masing-masing mujizat mempunyai tujuan teologis khusus di dalam menguraikan karya Yesus; maka mereka berfungsi seperti yang dikatakan Yohanes, sebagai “tanda-tanda” yang menunjukkan siapa Yesus bagi mereka yang beriman, supaya dipahami dan orang percaya.
Dalam penuturan Yohanes, mereka yang berjumpa dengan Kristus memulai suatu perjalanan – baik menuju pemahaman dan pemuridan, atau sebaliknya, menjauh dari kebenaran yang ditawarkan Yesus. Dari runtut episode-episode Yesus menyatakan jati diriNya dan barangsiapa mendengarkan Dia niscaya memulai suatu perjalanan iman atau menolak Dia.
Prolog Yohanes berawal dari suatu gema dari cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian “Pada awal mula” (Yoh 1:1), “Firman/Sabda” Allah adalah pelaku penciptaan (Yoh 1:1-3), “segala sesuatu diciptakan” (Yoh 1:3), “terang bersinar atas kegelapan” (Yoh 1:5). Suatu tambahan yang penting adalah bahwa Kristus, Sang Firman/Sabda, sudah hadir sejak dari awal mula segala sesuatu itu.
Dalam bab satu selebihnya, ada sejumlah gelar yang digunakan untuk Kristus, termasuk Anak Allah, Anak manusia, Mesias, dan Raja Israel. Gelar yang pertama yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis adalah “Anak Domba Allah” (Yof 1:29.36) dan selanjutnya diterangkan dengan kata-kata “yang menghapus dosa-dosa dunia” (Yoh 1:29). Lagu Hamba dalam Kitab Yesaya (Yes 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12) dengan penggambaran eksplisit mengenai anak domba dalam Yes 53:7 menunjukkan pola ketaatan Yesus kepada Bapa. Pelukisan anak domba itu itu juga menggemakan anak domba Paskah, yang dikorbankan bagi keselamatan umat Tuhan. Yesus adalah Hamba Tuhan yang membiarkan diriNya dibawa ke tempat penyembelihan tanpa mengeluh dan menanggung dosa banyak orang. Dia adalah Hamba Tuhan yang taat yang hidup dan matiNya menghasilkan pembebasan, dan Dia adalah pernyataan Tuhan yang membebaskan. “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh 6:38).
“Kitab Tanda” bermula dengan panggilan murid-murid pertama dan mujizat di Kana. Ini segera disusul dengan penyucian Bait Allah, tempat suci pusat dari iman Yahudi yang akan dihancurkan dan digantikan oleh diri Yesus, Bait Allah yang baru (2:19-21). Bagian ini dalam Injil juga menggambarkan reaksi dari mereka yang bertemu dengan Yesus, mulai dari Nikodemus (Yoh 3:1-21), wanita Samaria (Yoh 4:1-42), pegawai istana (Yoh 4:43-54), hingga orang Farisi dan para penguasa (mis Yoh 5:17- 47; 6:25-59; 7:14-36; 8:12-59). Yesus memberikan tanda-tanda dari jatidiri dan kuasaNya pada semuanya itu, memuncak pada yang peling dramatis, yaitu membangkitkan Lazarus dari kematian (Bab 11). Dengan tindakan ini Yesus menunjukkan kepada dunia bahwa ia mempunyai daya adikodrati untuk memberikan hidup (Yoh 11:25), namun itupun justru mendorong musuh-musuh Yesus membuat rencana pamungkas untuk membunuhNya.
“Kitab Kemuliaan” (Bab 13-20) meliputi beberapa percakapan yang paling indah di dalam seluruh Perjanjian Baru, termasuk metafora mengenai pokok anggur dan cabang-cabangnya (Yoh 15:1-8) dan doa Imam Agung (bab 17), yang merupakan semacam pembukaan bagi kisah Sengsara yang menyusul kemudian.
Sengsara Yesus merupakan penyelesaian tugas yang diberikan Bapa kepada Putera (bdk Yoh 4:34; 5:36; 17:4; 19:30), dan pengangkatan dan kemuliaan Yesus diungkapkan dengan misteri Salib. Kebenaran-kebenaran ini kemudian dinyatakan dalam sejarah dengan KebangkitanNya: Misteri Paskah meliputi baik kematian maupun kebangkitan Putera.
Drama Injil Yohanes memuncak pada pengakuan iman Tomas – “Ya, Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28). Pada akhirnya kebenaran Kristus sepenuhnya dan secara eksplisit dinyatakan. Pengakuan kristologis Tomas adalah iman Gereja sepanjang zaman.