Kitab Raja-raja 1 dan 2, adalah dua di antara Kitab-kitab Sejarah dari Perjanjian Lama; keduanya merupakan lanjutan dari sejarah yang dimulai dalam kitab 1 dan 2 Samuel. Seperti kitab-kitab Samuel, aslinya kitab Raja-raja merupakan satu karya tulis, tetapi dibagi dua karena karya tulis itu terlalu panjang untuk dimasukkan dalam satu gulungan. Keduanya bersama-sama menyajikan suatu sejarah dari kerajaan Israel dan Yehuda, dari akhir pemerintahan Daud hingga masa Pembuangan.
Lihat juga: RAJA-PERSPEKTIF BIBLIS
Di dalam Kanon Yahudi, 1 dan 2 Raja-raja diletakkan sesudah kitab Samuel sebagai kitab yang keempat dari Nabi-nabi Terdahulu (Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja). Di dalam Kitab Suci versi Septuaginta, 1 dan 2 Raja-raja dikenal sebagai 3 dan 4 Kerajaan (sedang 1 dan 2 Samuel dikenal sebagai 1 dan 2 Kerajaan), sedangkan versi Vulgata walaupun menerapkan cara penomoran itu, menyebutnya 3 dan 4 Raja-raja.
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
II. Isi
III. Maksud dan Tema
A. Lingkup Sejarah
B. Daud, Raja yang Ideal
C. Pentingnya Bait Allah
D. Dosa Mendatangkan Hukuman
E. Harapan untuk Masa Depan.
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
Tradisi Yahudi menjadikan nabi Yeremia sebagai pengarang kitab Raja-raja (tradisi yang sama menyatakan Samuel sebagai pengarang kitab Samuel). Para ahli modern tidak mau menerima pendapat para rabi ini dan puas dengan pendapat bahwa pengarang kitab ini tidak diketahui.
Banyak ahli modern mengira kitab-kitab ini disunting oleh apa yang disebut sebagai [kelompok] Deuteronomis, yaitu para penulis yang bertanggungjawab atas sejarah Deuteronomis – yaitu kitab-kitab dari Yosua hingga 2 Raja-raja, rangkaian sejarah yang melacak riwayat Israel dari penaklukan Kanaan hingga masa Pembuangan. Semua kitab ini mengandung tafsiran yang sama atas sejarah : Israel makmur jika setia pada perjanjian dengan Tuhan, dan mengalami bencana jika Israel tidak setia. Hukuman yang terakhir adalah Pembuangan, yang mengakhiri keseluruhan daur itu. Kitab Ulangan (Deuteronomi) di dalam pandangan ini berfungsi sebagai kunci teologis atas sejarah Israel selanjutnya. [Karena itulah mereka dinamakan sebagai kelompok Deuteronomis].
Waktu penulisan kitab ini tidak bisa dipastikan. Pengarang atau para pengarang menulis pada suatu ketika sesudah masa Pembuangan. Peristiwa terakhir yang dicantumkan adalah pembebasan Yoyakhin dari penahanan di Babilon pada tahun 561 SM (2 Raj 25:27). Maka boleh jadi kitab-kitab ini mendapatkan bentuk akhirnya sekitar waktu itu, dan jika memang demikian, tempat penulisannya boleh jadi di Babilon.
Di pihak lain, kitab-kitab ini memuat banyak bahan yang jauh lebih tua. Mereka bergantung pada berbagai ragam dokumen dari masa sebelum Pembuangan, dan sebagian mungkin berasal dari zaman Salomo: suatu riwayat pemerintahan Salomo (1 Raj 11:41); kronik tahunan raja-raja Yehuda (1 Raj 14:29); dan kronik tahunan raja-raja Israel (1 Raj 14:19). Ada yang berpendapat bahwa suatu edisi awal kitab Raja-raja sudah timbul sebelum masa Pembuangan, dan bahwa suatu edisi yang kedua disempurnakan dalam masa Pembuangan.
II. Isi
Kitab-kitab 1 dan 2 Raja-raja dibagi menjadi tiga bagian utama, yang masing-masing berfokus pada pemerintahan Salomo, kerajaan yang terpecah, dan nasib kerajaan Yehuda.
I. Pemerintahan Salomo (1 Raj bab 1-11)
A. Kematian Daud dan Salomo Naik Tahta (1:1-3:15)
B. Hikmat dan Pemerintahan Salomo (3:16-4:34)
C. Bait Allah dan Istana Salomo (5:1-9:14)
D. Tindakan Salomo Lainnya (9:15-10:29)
E. Tahun-tahun Terakhir Salomo (11:1-43)
II. Kerajaan Yehuda dan Israel (1 Raj 12 – 2 Raj 17)
A. Pecahnya Kerajaan (1 Ral 12:1-19)
B. Yerobeam dari Israel (1 Raj 12:20-14:20)
C. Rehabeam dari Yehuda (1 Raj 14:21-31)
D. Raja-raja Selanjutnya dari Yehuda dan Israel (1 Raj 15:1-16:28)
E. Elia (1 Raj 17:1-21:26).
F. Runtuhnya Ahab (1 Raj 22:1-40)
G. Raja-raja Selanjutnya dari Yehuda dan Israel (1 Raj 22:41-53)
H. Elia (2 Raj 1:1-2:12)
I. Elisa (2 Raj 2:13-6:7)
J. Melawan Orang Aram ( 2 Raj 6:8-7:20)
K. Elisa (2 Raj 8:1-15)
L. Raja-raja Selanjutnya dari Yehuda dan Israel (2 Raj 8:16-13:13)
M. Kematian Elisa (2 Raj 13:14-21).
N. Raja-raja Selanjutnya dari Yehuda dan Israel (2 Raj 13:22-16:20)
O. Hancurnya Israel (2 Raj 17:1-41)
III. Kerajaan Yehuda (2 Raj bab 18-25)
A. Raja-raja Yehuda (2 Raj 18:1-23:30)
B. Jatuhnya Yehuda (2 Raj 23:31-25:30)
III. Maksud dan Tema
A. Lingkup Sejarah
Kitab Raja-raja menyajikan rangkaian sejarah raja-raja Israel dan raja-raja Yehuda dari akhir pemerintahan Daud hingga ditaklukkannya Yerusalem dan jatuhnya kerajaan Daud pada tahun 586 SM. Kisahnya diakhiri dengan uraian yang muram tentang kejadian-kejadian sesudah jatuhnya Yehuda, termasuk dihancurkannya pilar-pilar tembaga Bait Allah secara menyedihkan, pengangkatan Gedalya sebagai penguasa Yehuda dan pembebasan Yoyakhin. Tiap-tiap pemerintahan dibahas dalam suatu susunan kronologis, dengan raja-raja baik di pihak Israel maupun Yehuda yang dihubungan dengan cara berselang-seling yang memungkinkan pembaca menilai peristiwa-peristiwa dan pribadi tokoh-tokoh yang sezaman.
B. Daud, Raja yang Ideal
Kisah kitab Raja-raja ini merupakan suatu jabaran penjelasan bagaimana dan mengapa terjadi Pembuangan; bagaimana bencana itu kemudian tak bisa dielakkan sesungguhnya adalah karena kerajaan-kerajaan tidak setia kepada perjanjian dengan Allah. Awal dari kisahnya adalah masa transisi dari Daud kepada Salomo di puncak kejayaan kerajaan, dan kemudian bergerak pada raja-raja pengganti selanjutnya, yang tidak mampu mempertahankan kesatuan kerajaan, dan yang lebih lemah dibandingkan dengan raja-raja terbesar yang lebih setia dari masa sebelumnya. Daud digambarkan sebagai raja Israel yang ideal dan menjadi tolok ukur bagi semua yang lain (1 Raj 9:4; 2 Raj 22:22). Pemerintahan Daud diikuti dengan zaman Salomo yang panjang dan umumnya gilang-gemilang, yang di dalamnya terlaksana pembangunan Bait Allah sesuai dengan perjanjian Daud (1 Raj 8:14-21; bdk 2 sam 7:8-17; lihat juga Daud), dan yang merupakan prestasi terbesar Salomo.
C. Pentingnya Bait Allah
Ibdat kepada Tuhan di bait Allah juga merupakan tolok ukur lainnya dalam menilai raja-raja selanjutnya. Yerobeam, misalnya, dikecam dengan sangat tajam karena mendirikan tempat-tempat ibadat lain di kerajaan utara (1 Raj 12-13). Di pihak lain Yosia dipuji-puji karena usahanya untuk melancarkan reformasi yang autentik dan kembali pada ibadat Bait Allah; pemerintahannya merupakan suatu momentum terakhir dari ketidak konsistenan kesetiaan kepada Tuhan (2 Raj bab 22-23).
D. Dosa Mendatangkan Hukuman
Di pihak lain, pemerintahan Salomo juga mengawali gelinciran ke arah dosa dan kekejian yang akhirnya menyebabkan hukuman Tuhan. Salomo membiarkan isteri-isterinya yang banyak itu (melanggar Ul 17:17) membawa dirinya kepada pemujaan dewa-dewa palsu yang semakin marak sehingga menjauh dari ketentuan-ketentuan perjanjian. Tempat-tempat tinggi yang merupakan altar korban bagi ibadat pada dewa-dewa asing (disebut bukit pengorbanan) yang didirikan Salomo sungguh masih ada hingga pada pemerintahan Yosia (2 Raj 23:13). Raja memikul tanggungjawab moral atas kerajaan. Tanggungjawab moral itu menguat atau melemah bergantung kepada kesetiaan raja pada hukum-hukum yang dimuat dalam Kitab Ulangan (Deuteronomi).
Pada zaman sesudah Salomo, kerajaan Yehuda dan Israel terperosok ke dalam dosa, dan kekejian mereka dilihat dari perilaku raja mereka. Di antara raja-raja yang tidak peduli kepada Tuhan adalah Manasye, yang daftar dosanya panjang dan dapat dibandingkan langsung dengan pelanggaran-pelanggaran ketetapan perjanjian yang sudah diperingatkan dalam kitab Ulangan (bdk 2 Raj 21:2-9 dengan Ul 17:2-4; 18:9-12). Benih-benih kehancuran terakhir dari Yehuda sudah ditanamkan melalui kekejiannya (2 Raj 23:26-27). Tentu saja pengarang kitab Raja-raja tidak menyampaikan apa yang kita pelajari dari kitab 2 Tawarikh: bahwa Manasye menyesal ketika ia mengalami tekanan batin dan kembali beribadat kepada Allah yang benar (2 Taw 33:10-17). Yosia mengusahakan pertobatan dan pembaruan, namun terbukti sudah sangat terlambat dan nasib Yehuda sudah dipastikan.
E. Harapan untuk Masa Depan.
Kitab Raja-raja ditutup dengan kehancuran kedua kerajaan, Israel dan Yehuda. Namun kisahnya menjelaskan bahwa Tuhan maharahim dan adil. Tuhan tetap setia kepada umatNya dan kepada para pengganti Daud (1 Raj 6:12; 11:12-13.36; 2 Raj 8:19; 19:34), maka di dalam kisah kitab Raja-raja juga tersirat harapan akan pemulihan di masa depan. Janji itu hanya terlaksana dengan berbalik kepada kasih Allah yang diungkapkan dengan merangkul ketetapan-ketetapan Perjanjian. Karena nasib bangsa terletak di pundak raja, adegan penutup di mana Yoyakhin mendapat kelonggaran di tempat pengasingan, memberikan harapan kepada umat secara keseluruhan (2 Raj 25:27-30).