Yeremia nama Bahasa Ibrani, artinya “Tuhan akan memulihkan”. Salah seorang nabi besar dari Perjanjian Lama. Kita lebih mengenal Yeremia dibanding dengan nabi-nabi lain, karena kitab Yeremia – tulisan yang paling panjang dalam Kitab Suci – memuat banyak detil riwayat hidupnya. Seperti bukunya, hidup Yeremia sendiri penuh dengan kesedihan dan tragedi. Karya kenabian Yeremia terbentang dari tahun 627 hingga tahun 586 SM, merupakan saksi dari drama peristiwa-peristiwa internasional yang melanda Timur Dekat yang berakhir dengan jatuhnya dan hancurnya Yerusalem pada tahun 586 SM oleh bangsa Babilonia di bawah Raja Nebukadnezar, suatu peristiwa yang sudah lama dinubuatkan oleh Yeremia.
- MASA MUDA
Tidak ada banyak keterangan berkenaan dengan masa kecil Yeremia selain pernyataan yang dibuatnya di awal bukunya. Dia adalah “putera Hilkia, imam dari Anatot di tanah Benyamin” (Yer 1:1), dan dikatakan bahwa ayahnya bersukacita pada hari kelahirannya (Yer 20:15). Anatot adalah sebuah desa yang terletak beberapa kilometer di sebelah utara Yerusalem; salah satu dari keempatpuluh delapan kota Lewi yang dikhususkan bagi ketrunan Harun (Yos 21:18). Hilkia mungkin seorang keturunan imam Abiatar (1 Raj 2:26-27).
Oleh Tuhan, Yeremia dipanggil menjadi seorang nabi pada tahun ketigabelas dari masa pemerintahan Yosia sebagai raja (Yer 1:2.4) atau tahun 627 SM. Dalam ceritanya, Yeremia menekankan bahwa pada waktu itu ia masih muda usia (Yer 1:2-10), dan disimpulkan bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 850-645 SM (atau mungkin selambat-lambatnya tahun 640 SM). Kita dapat melihat beberapa persamaan antara Yeremia dengan Samuel, misalnya, kedua-duanya di panggil sejak masih muda (bdk 1 Sam 2:11.18.21.26; 31:1.8). Juga ada persamaan pokok dengan Musa, termasuk kilah Yeremia atas panggilannya, bahwa ia bukan seorang yang cakap berbicara (Yer 1:6; bdk Kel 4:10) dan jaminan bahwa Tuhan akan menaruh sabdaNya di mulut Yeremia (Yer 1:9) seperti yang dilakukanNya pada Musa (Ul 18:18).
Sedikit yang diketahui tentang pendahuluan karirnya sebagai nabi dalam pemerintahan Yosia (640-609 SM) dengan usaha kerasnya untuk melaksanakan suatu reformasi yang benar atas kerajaan Yehuda (2 Raj 22-23; 2 Taw 34-35). Yeremia tentu menyepakati reformasi yang dilancarkan oleh Yosia, yang bertujuan memurnikan Yehuda dari pengaruh buruk penyembahan berhala. Dalam 2 Taw 35:25 kita baca bahwa Yeremia menyusun suatu keluhan kepada Yosia: “Yeremia membuat suatu syair ratapan mengenai Yosia. Dan sampai sekarang ini semua penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel. Semuanya itu tertulis dalam Syair-syair Ratapan.” (Lihat juga Kitab Ratapan). Namun dengan meninggalnya Yosia, peristiwa-peristiwa internasional menghempaskan kerajaan Yehuda. Jatuhnya Yerusalem sudah membayang, dan Yeremia memasuki suatu masa dengan kegiatan yang sangat padat.
2. SITUASI INTERNASIONAL
Karya kenabian Yeremia bersamaan dengan datangnya saat yang menentukan dalam sejarah Timur Dekat dan Palestina. Kerajaan Asyur yang sedang sekarat dan mengalami kemerosotan besar, semakin cepat menyongsong kehancurannya dengan pemberontakan Babilon di bawah Nabopolasar, suatu konflik yang berakhir dengan penaklukan Niniwe sekitar tahun 612 SM. Kemerosotan besar Asyur mendorong Firaun Nekho dari Mesir bergerak membantu Asyur mencegah laju bintang baru Babilon menjadi super-power, negara adi-kuasa berikutnya di Timur Dekat. Palestina berada di jalan lintasan gerak maju Nekho, dan Yosia tidak bijaksana ketika ikut-ikut berperang menghadang gerak maju pasukan Mesir itu. Ia tewas (setelah mengalami luka parah lebih dahulu) ketika berperang di Megido pada tahun 609 SM (2 Taw 35:20-24). Empat tahun kemudian, Nekho II sendiri dikalahkan dan tewas oleh Nebukadnezar dalam pertempuran Karkemis di Efrat. Babilon kemudian muncul sebagai pengganti langsung dari Kerajaan Besar Asyur, dan mata Babilon lalu tertuju kepada Palestina sebagai suatu wilayah yang ranum, siap untuk dicaplok.
Tahun-tahun setelah kematian Yosia, tahta Daud diwariskan kepada tiga anak-anak yang tidak layak : Yoahas, Yoyakim dan Zedekia. Yoahas digulingkan oleh Firaun Nekho II yang menggantikannya dengan Yoyakim, tetapi Yoyakim sendiri kemudian ganti haluan berpihak pada Nebukadnezar (2 Raj 24:1). Tetapi tidak lama kemudian haluan Yoyakim berubah, ia memberontak melawan Babilon dan tindakannya itu mengundang Nebukadnezar mengerahkan pasukannya menuju Yerusalem (2 Raj 24:10). Yoyakim meninggal ketika pasukan Babilon semakin mendekat, dan penggantinya, Yoyakhin, menyerah pada tahun 596 SM. Orang Babilon memindahkan lebih dari sepuluh ribu orang Israel, termasuk keluarga kerajan, para tukang, para prajurit ke tempat-tempat pengasingan di Mesopotamia, dengan Zedekia ditinggalkan untuk memerintah sisa kerajaan Yehuda. Sekali lagi, tanpa mengindahkan peringatan Yeremia, raja Yehuda mengikuti golongan yang anti-Babilon dan melakukan pemberontakan secara terbuka. Nebukadnezar merebut Yerusalem pada tahun 586 setelah mengadakan pengepungan selama delapan belas bulan. Kota kudus nyaris hancur sama sekali, kerajaan Yehuda dihapuskan, dan sebagian besar suku Yehuda yang masih hidup dibuang ke Babilon (2 Raj 25:8-12).
3. KARYA KENABIAN
Ketika peristiwa-peristiwa ini terjadi susul menyusul, Yeremia adalah suara yang berseru-berseru menuntut pertobatan dan perubahan sikap suku Yehuda berhadapan dengan kehancuran yang akan datang. Ia menyatakan datangnya hukuman Tuhan dan memastikan bahwa keputusan ilahi itu akan segera dilaksanakan (Yer 1:12). Untuk menegaskan maksudnya, bahwa ia menubuatkan perbudakan dan keterbelengguan, ia memasang kuk di tengkuknya sendiri di hadapan rakyat (bdk Yer 27, 28). Realitas kehancuran yang sedang mendatang begitu jelasnya bagi Yeremia sehingga ia tidak menikah, karena ia tidak ingin menjadi ayah dari anak-anak yang akan mati terbunuh (Yer 16:1-4); dia juga tidak ikut perayaan-perayaan, karena ia mendapat penglihatan tentang suatu hari, di mana tak seorangpun tinggal hidup untuk merayakan pesta-pesta ataupun untuk meratapi yang mati (Yer 16:5-9).
Tegurannya yang mengalir terus tiada henti-hentinya menimbulkan amarah banyak orang dalam kerajaan, termasuk golongan nasionalis yang ekstrem, yang yakin bahwa adanya Bait Allah saja sudah menjadi jaminan akan perlindungan Tuhan, kendati kebejatan sikap rakyat (2 Raj 24:10). Begitu pula banyak orang memilih aliansi antara Yehuda dan Mesir melawan Babilon (Yer 25:17-19). Kaum nasionalis Yudea meremehkan Yeremia karena pandangannya yang pesimis (bdk Yer 27,28). Maka ia menjadi target sasaran persekongkolan di kotanya sendiri (Yer 11:18-23) dan menginap semalaman di Bait Allah menubuatkan kehancuran bait Allah dan kota Yerusalem (Yer 19:14-20:6). Karena dituduh menghujat, ia meloloskan diri dari hukuman atas bantuan staf istana, Ahikam, putera Safan (Yer 26:1-24).
Karena mengecam habis-habisan kebijakan raja, hubungan Yeremia dengan pihak istana sangat buruk. Ia mengecam Yoyakim (Yer 22:13-19), dan karena kritiknya ia disesah dan dipenjarakan sebentar (Yer 20:1). Pada tahun 605 SM ia menghimpun seluruh wawasan kenabiannya dan menyuruh Barukh untuk menuliskan perkataan yang didiktekannya (Yer 36:1-10) dan membacakannya di Bait Allah. Gulungan suratan kata-katanya itu, yang dengan segera diketahui pihak istana sebagai kritikan pedas, dibawa ke hadapan raja, tetapi Yeremia dan Barukh sempat menyembunyikan diri. Yoyakim membakar gulungan itu bagian demi bagian setelah dibacakan baginya. Sementara itu Yeremia dan Barukh di dalam tempat persembunyiannya berhasil membuat satu salinan lain dari gulungan itu (Yer 36:27-32).
Di bawah Zedekia terjadi sedikit perubahan hubungan. Raja berkonsultansi dengan Yeremia (Yer 21:37.38), namun akhirnya Zedekia yang lebih mendengarkan nasehat para politisi ketimbang sang nabi, dan Yehuda segera saja menuju kehancurannya. Pada suatu ketika selama kota dikepung, Yeremia ditahan karena hendak meninggalkan kota untuk keperluan pribadi di Anatot. Ia dipenjarakan dengan tuduhan melakukan desersi [menghindari tanggungjawab warga kota untuk berjuang mempertahankan kota]. Ia dilepaskan dari penjara, namun tetap menjadi tahanan rumah oleh Zedekia (Yer 37:17-21). Karena ia terus mengalirkan nubuat bencana, nabi itu dimasukkan ke dalam perigi supaya mati kelaparan, tetapi diam-diam dilepaskan oleh Ebed-melekh orang Etiopia (Yer 38:1-13).
Yerusalem jatuh, seperti yang diramalkan Yeremia, tetapi Yeremia lolos dari maut. Dalam 2 Makabe kita baca bahwa Yeremia menyembunyikan tabut perjanjian di pegunungan sehingga bangsa Babilonia tidak bisa merampasnya (2 Mak 2:4-8); itulah terakhir kalinya tabut perjanjian dilihat orang (Yer 3:16) sampai Yohanes mendapatkan visiun tentang tabut itu di dalam surga (Why 11:19).
Tak bisa diragukan, Yeremia mencintai negerinya, tetapi ketika Yerusalem jatuh, ia dipandang oleh pihak Babilon sebagai simpatisan mereka. Sesudah perang Yeremia tidak termasuk orang-orang yang dibuang ke Babilon dan boleh memilih apakah mau tinggal di Babilon, atau di Yehuda. Ia memilih tinggal dan Yehuda dan terus meminta agar mereka yang masih hidup, selamat dari perang, hidup dalam damai (Yer 39:1-40:12). Kitab Ratapan ditulisnya pada masa ini, mengungkapkan kepedihan hatinya yang luar biasa atas kehancuran Yerusalem (Rat 1:1).
Yeremia dan Barukh kemudian dipaksa tinggal di Tahpanhes (Yer 43:7), di Mesir, oleh orang-orang Yudea yang beremigrasi (Yer 40-43). Di sana Yeremia menubuatkan jatuhnya Mesir di tangan Babilonia (Yer 43:8-13). Menurut tradisi yang pertama-tama dituliskan oleh sejarawan Tertulianus (Scorp., 8; bdk Ibr 11:37), Yeremia dilempari batu sampai mati di Mesir oleh bangsanya sendiri. Pada tahun-tahun dan abad-abad sesudah kematiannya, ia dihormati oleh bangsa Yahudi, dan kenangan akan Yeremia dihormati orang selama dan sesudah masa Pembuangan (Dan 9:2; bdk Pkh 49:8; 2 Mak 2:1-8; 15:12-16; Mat 16:14).
Ada sejumlah orang lain yang juga bernama Yeremia dalam Perjanjian Lama.
- Yeremia dari Libna, ayah Hamutal, kakek dari Yoahas (2 Raj 23:31) dan Zedekia (2 Raj 24:18), raja-raja Yehuda.
- Yeremia seorang pahlawan suku Benyamin di Ziklag yang mengabdi kepada Daud (1 Taw 12:4) ketika Daud dikejar-kejar Saul.
- Yeremia seorang pahlawan bangsa Gad yang juga mengabdi kepada Daud (1 Taw 12:13) di Ziklag.
- Yeremia seorang pahlawan bangsa Gad lainnya yang juga mengabdi kepada Daud (1 Taw 12:10) di Ziklag.
- Yeremia ayah Yaazania orang Rekhab, yang hidup sezaman dengan Nabi Yeremia (Yer 35:3).
- Yeremia seorang imam yang pulang dari babilon bersama Zerubabel (Neh 12:11) ke Yerusalem. Nama itu juga merujuk suatu keluarga imam pada masa imam besar Yoyakim (Neh 12:12).
- Yeremia salah seorang imam yang menandatangani perjanjian Ezra dan kepala suatu keluarga imam (Neh 10:2).
Kitab Yeremia
Kitab dari nabi besar kedua, dan merupakan kitab yang paling panjang di dalam Kitab Suci. Isinya adalah nubuat-nubuat Yeremia, yang meramalkan hancurnya Yerusalem dan Bait Allah, serta penyelenggaraan suatu Perjanjian Baru pada zaman Mesias.
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Banyak ahli menerima kitab ini berisi ajaran yang autentik dari Yeremia, walaupun mungkin dituliskan oleh para muridnya, seperti oleh juru-tulisnya, Barukh (Yer 36). Seorang penyunting di kemudian hari mungkin menyusun kitab ini dalam bentuknya yang terakhir. Dalam kitab suci versi Septuaginta, kitab ini lebih pendek dan mengikuti alur yang berbeda; walau ada banyak perdebatan di sini, beberapa ahli menyatakan bahwa versi yang ini menerjemahkan bentuk kitab yang lebih tua dari pada teks baku berbahasa Ibrani.
Inti dari karya ini adalah suatu himpunan khotbah-nubuat hukuman atas Yehuda dan Yerusalem serta bangsa-bangsa. Khotbah-nubuat ini dinyatakan oleh Yeremia pada tahun-tahun menjelang 586 SM dan didiktekan kepada Barukh (Yer 36:2.29.32). Bab 1-20 merupakan khotbah-khotbah pada masa Yosia dan Yoyakim; bab 21-39 berasal dari masa Yoyakim dan Zedekia; bab 40-45 adalah khotbah-khotbah tentang hancurnya Yerusalem; bab 46-51 adalah nubuat atas bangsa-bangsa dan bab 52 merupakan suatu epilog historis.
Edisi kedua dari nubuat-nubuat di buat sesudah gulungan manuskrip yang pertama dirusak dan dibakar raja Yoyakim (Yer 36:1-32). Mungkin kali ini Barukh menambahkan sedikit riwayat hidup Yeremia, termasuk tahun-tahun pemerintahan Yoyakim dan Zedekia serta keberangkatan orang-orang Yehuda yang masih selamat ke Mesir sesudah jatuhnya Yerusalem. Suatu tambahan juga dilampirkan (bab 52) yang sebagian besar berasal dari 2 Raj 24:18-25.34. Para ahli menduga bahwa bentuk terakhir kitab Yeremia dimantapkan selama masa Pembuangan dan tak lama sesudahnya.
II. ISI
- Nubuat dan Penglihatan tentang Hukuman (Bab 1-24)
a. Pengantar dan Panggilan Yeremia (Yer 1:1-19)
b. Seruan agar Israel Bertobat (Yer 2:1-4:4)
c. Ancaman Serbuan (Yer 4:5-6:30)
d. Yeremia Mewartakan Hukuman Tuhan (Yer 7:1-11:17)
e. Yeremia Mendapat Ancaman (Yer 11:18-12:17)
f. Berbagai Visiun, Nubuat dan Keluhan (Yer 13:1-24:10)
i. Khotbah Untuk Raja-raja Yehuda (Yer 21:11-23:8)
ii Yeremia dan Nabi-nabi Yerusalem (Yer 23: 9 – 40)
iii, Visiun tentang Pohon Ara yang Baik dan yang Buruk (Yer 24:1-10)
2. Khotbah Yeremia dan Kisah-kisah (Bab 25-44)
a. Murka Tuhan (Yer 25:1-38)
b. Nubuat-nubuat (Yer 26:1-27:22)
c. Hananya (Yer 28:1-17)
d. Berbagai Nubuat (Yer 29:1-32).
e. Kitab Penghiburan (Yer 30:1-33:26)
f. Zedekia (Yer 34:1-22)
g. Orang-orang Rekhab (Yer 35:1-19)
h. Gulungan Kitab di Bait Allah (Yer 36:1-32)
i. Zedekia dan Yeremia (Yer 37:1-38:28)
j. Jatuhnya Yerusalem dan Masa Sesudahnya (Yer 39:1-44:30)
III. Nubuat atas Bangsa-bangsa (bab 45-51)
- Penghiburan bagi Barukh (Yer 45:1-5)
- Hukuman atas Mesir, Filistin, Moab, Amon, Edom, Dansyik, Kedar dan Hazor, serta Elam (Yer 46:1-49:39)
- Hukuman atas Babilon (Yer 50:1-51-64)
- Tambahan-tambahan (Yer 52:1-34)
III. MAKSUD DAN TEMA
Dihormati sebagai salah satu dari nabi-nabi yang merujuk pada Mesias – Yeremia bukan hanya menubuatkan hancurnya Yehuda, Yerusalem dan Bait Allah yang mencemaskan dirinya, tetapi Yeremia juga menyandang tugas menjelaskan mengapa bencana-bencana ini diperlukan secara moral dan spiritual. Nubuat-nubuatnya merupakan tanggapan para kemerosotan moral dan kebusukan yang terjadi di Yehuda mulai dari zaman Manasye (2 Raj 21:10-15). Bangsa Terpilih sudah meninggalkan perjanjiannya dengan Tuhan, melepaskan kuk yang berasal dari Tuhan dan terjerumus dan kehancuran moral (Yer 2:20) sehingga mendapatkan kuk yang lebih berat dari babilon. Berulang kali Yeremia mengkhotbahkan hubungan langsung antara kemerosotan moral itu dengan kemerosotan politik dan menyerukan suatu pembaruan moral yang sesungguhnya.
Walaupun ia gagal mencegah bencana yang menimpa Yehuda, namun Yeremia telah mengawali suatu proses pembaruan rohani dengan memenuhi tugasnya: “untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam” (Yer 1:10). Yeremia adalah pengkhotbah yang sangat keras terhadap dosa. Ia tahu bahwa bangsa ini tidak akan berubah (Yer 13:23) dan ia meramalkan bahwa pada akhirnya nanti Tuhan “akan menghamburkan mereka seperti sekam yang diterbangkan angin padang gurun” (Yer 13:24). Namun nabi itu mendoakan bangsanya dan mengalami penderitaan siksaan jiwa yang berat karena semakin dekatnya hukuman yang datang dari Tuhan (bdk Yer 14:7-9.19-22). Sekalipun menghadapi jatuhnya Yerusalem, Yeremia mengingatkan janji Tuhan dan menjamin umat Tuhan bahwa janji itu akan terlaksana:
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan membiarkani kamu menemukan Aku, demikianlah firman Tuhan, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman Tuhan, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. (Yer 29:11-14)
Yeremiah harus membayar mahal tugas perutusannya sebagai nabi. Ia mengutuk hari lahirnya sendiri (Yer 15:10; 20:14-18). Ia tak pernah jauh dari harapannya akan Mesias. Ia menyampaikan beberapa nubuat langsung tentang Mesias (misalnya wacana tentang Gembala yang Baik dari wangsa Daud, Yer 23:1-5; dan pembebasan dari Pembuangan Babilon sebagi suatu tipologi keselamatan dari Mesias di masa depan, Yer 30-33). Namun lebih menyerupai Kristus, ia membuat hidupnya sendiri sebagai suatu nubuat Mesianis, yang menanggung penderitaan demi umat sebagaimana diramalkan dan diwartakannya. Jika Yesaya berbicara tentang Hamba yang Menderita sebagai anak domba yang digiring ke pembantaian (Yes 53:7), Yeremia justru memandang dirinya sendiri sebagai “anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih” (Yer 11:19). Seperti Kristus, ia menangisi bangsanya dan berseru kepada mereka supaya berbalik (bertobat) pada saat terakhir, namun justru balasan yang diterimanya adalah penolakan dan amarah dari bangsanya.
Lihat juga: YESAYA DAN KITAB YESAYA