Oleh I. Sandyawan Sumardi
“Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution.”
– Albert Einstein
Ya tak dapat kita ingkari, imajinasi adalah kemampuan kita manusia untuk menciptakan gagasan-gagasan baru, dan membentuk kembali realitas kita secara dialektis, yang bakal membawa kita bergerak pergi ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya.
Ya itulah yang tengah aku alami. Aku sedang bergerak dengan imajinasiku yang terus gelisah mencari wujudnya.
Sebagai seorang pekerja kemanusiaan yang selama ini familiar dengan “Sanggar Belajar”, Arena Pendidikan”, ruang-ruang belajar komunitas yang terbuka terutama di lingkungan kaum miskin urban di Jakarta dan di tempat-tempat pasca terjadinya tragedi bencana alam besar seperti Lumpur Lampindo, Gempa Tsunami Aceh, Gempa Yogyakarta, Gempa Tsunami Palu-Donggala, dlsb.
Selanjutnya sejak awal tahun 1990-an sampai kemudian di tahun 2000-an aku sempat menyaksikan tempat dan suasana belajar di kampus-kampus di beberapa Universitas terutama di Jakarta, dan kemudian di tahun 2000, aku sempat menyaksikan tempat dan suasana belajar komunitas-komunitas mahasiswa di University of California at Berkely (UCB) USA, dan di awal tahun 2023 ini aku menyaksikannya suana ruang komunitas terbuka yang lain lagi di lingkungan Leiden University, Netherlands.
IMAJINASI DESAIN
Entah kenapa aku begitu rindu ingin mencoba membangun kembali alternatif ruang-ruang komunitas terbuka serba guna namun dengan penekanan desain yang lebih bergaya minimalis, simple, elegan namun elegan dan lebih “ecological- environmental friendly”.
Meskipun sebenarnya kerinduan semacam ini, sebagai pemula, pernah aku coba wujudkan dengan membangun “Sanggar Daya Kemanusiaan ” di Kampung Sumur, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Ya bangunan rumah dengan ruang komunal terbuka dengan materi mayoritas daya kayu.
Bangunan rumah kayu yang merupakan paduan tradisional-modern alami, apalagi yang lokasinya di lingkungan alam hijau terbuka nan asri, yang bermanjakan cahaya matahari tropis serta aliran udara dan air tanah yang jernih, yang sehat.
Hadir berada di dalam dan di lingkungan sebuah rumah dengan ruang komunal terbuka dari kayu alami yang tenang, teduh, nyaman, yang membuat kita senantiasa terkoneksi dan berdialog dengan energi alam sekitar, sungguh merupakan kerinduan kolektif alam bawah sadar kita manusia.
Berada dalam rumah ruang komunal terbuka dari kayu seolah-olah dapat membangkitkan romantisme dan atmosfer tradisional masa lampau.
Betapa tidak, suasana itu seolah-olah mentransfer energi kita kembali pada ‘akar’ yang kita tinggalkan ketika kesibukan dan keruwetan hidup makin membebani hidup kita.
Suasana nyaman pada rumah dengan ruang terbuka dari kayu bergaya tradisional-modern yang minimalis elegan serta “eco environmental friendly” itu terletak pada perpaduan antara hierarki ruang, komposisi-komposisi dalam ruang, serta karakteristik visual yang tercipta dari penggabungan beberapa unsur sekaligus yaitu tata cahaya, warna, proporsi, lahan/tanah dan lingkungan alam.
RUMAH KAYU
Aku sadar salah satunya kekuatan rumah kayu adalah kemampuan menghadirkan keindahan dari tekstur dan masing-masing jenis pola dari material kayu itu sendiri.
Kita tahu, kayu dapat memberikan suasana tenang dan hangat dan material kayu ini juga sangat kuat.
Kayu sebagai ekspresi dari energi alam, senantiasa mampu merespon pergerakan alam itu sendiri. Kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca, suhu udara panas dingin, air, dan tahan gempa.
Dengan demikian, tak ada alasan untuk mengingkari bahwa kayu memang sangat ideal untuk dijadikan hunian dan juga dekorasi rumah tinggal.
ENERGI ALAM
Mengutamakan energi alam dalam arti eksistensi dan fungsi rumah kayu dan lingkungan sekitarnya ini senantiasa menyerap dan mengekspose energi alam berupa tanah, kayu dan tanaman/tumbuhan sekitar, batu, udara, matahari dan air yang ada di sekitarnya.
Desain eksterior dan interior rumah kayu perpaduan gaya tradisional dan modern acapkali dikaitkan dengan gaya arsitektur “Rustic” yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘berkarat’ atau tua (kuno).
Konsep ini berbasis pada kesadaran akan lingkungan dan menekankan unsur alami serta elemen-elemen kehidupan yang belum kena polusi, belum terfabrikasi.
Kebanyakan material yang digunakan memiliki tekstur permukaan kasar karena sengaja dibiarkan alami dan tidak banyak di-finishing.
Di Indonesia, desain interior rumah rustic sebenarnya sudah sering diterapkan, terutama untuk bangunan rumah kayu gaya etnik yang menganut paham arsitektur tradisional, seperti rumah-rumah adat dan tradisional.
Desain rumah kayu tradisional sederhana bergaya rustic juga memiliki esensi yang menonjolkan kesan alami bagi pengguna ruangnya, dan menawarkan nuansa pedesaan atau kampung dengan material penyusun elemen ruang yang alami, berkarat, memiliki dimensi yang besar, bahkan tidak di-finishing, diamplas, atau diaci sehingga menonjolkan sisi vernakular.
Dengan konsep yang berbasis alam, material berasal dari alam seperti kayu, batu, logam, dan sebagainya diolah dengan metode 3R (“Reduce, Reuse, Recycle”).
Dalam arsitektur, elemen-elemen yang harus diperhitungkan biasanya mencakup struktur bangunan, furnitur, motif dekorasi, ornamen sejarah, motif budaya tradisional atau gaya dari negara lain.
Konsep desain rumah kayu dengan ruang komunal terbuka minimalis yang “eco friendly” ini sebaiknya tidak terlihat formal dan kaku karena tampilan ruangan yang tidak semata-mata terfokus berpatokan pada konsep baku yang umum saja atau tradisional.
Selain itu ruangan juga harus tampak lebih dinamis dan ceria.
Dengan kata lain, konsep desain rumah kayu ruang terbuka komunal ini senantiasa merupakan dialektika antara gaya masa lampau dan gaya masa kini.
Bagi kita yang menyukai sedikit sentuhan modern, desain interior minimalis futuristik yang suka bermain dengan fasade-fasade dapat kita pinjam untuk dipadukan dengan konsep klasik yang lebih mengutamakan komposisi, keseimbangan, harmonisasi yang sempurna dan elemen-elemen yang sangat detail.
Desain interior rumah kayu minimalis gaya etnik yang menggunakan konsep klasik umumnya memiliki banyak ,”focal point” yang diwujudkan melalui detail furnitur dan ornamen serta menonjolkan skala dan proporsi.
Konsep futuristik dirancang dengan mengandalkan imajinasi tentang ruang yang akan digunakan di masa depan.
Biasanya desain ini menggunakan material logam dan bahan fabrikasi dengan efisiensi dan teknologi tinggi.
Desain rumah konsep ini akan menciptakan inovasi-inovasi baru yang berbasis “smart technology” sehingga desain unik dan iconic di lingkungan sekitarnya.
KOMUNAL
Prinsip utama pada desain ruang pertemuan terbuka eco friendly adalah mengutamakan fungsi ruang-ruang komunal.
Ruang komunal yang juga menjadi ruang multifungsi bagi penghuninya, baik itu sebagai ruang ruang pertemuan, ruang belajar, tamu, ruang keluarga, ruang makan, atau ruang serbaguna.
Misalnya desain interior joglo pada desain rumah etnik Jawa umumnya memang dibuat luas dengan membatasi penyekat ruangan atau dinding yang bersifat permanen.
Area luas inilah yang tepat digunakan untuk ruang komunal yang menjadi inti sebuah rumah gaya tradisional modern.
Prinsip ruang komunal juga berlaku pada rumah-rumah adat lainnya.
KONSEP MINIMALIS
Konsep minimalis lebih menekankan kesederhanaan, fungsi, atau efektivitas serta faktor ekonomis penggunanya sehingga membatasi penggunaan ornamen seminimal mungkin bahkan tidak menggunakannya sama sekali karena lebih banyak memainkan komposisi bidang-bidang geometris.
ORNAMEN
Desain ruang terbuka tradisional modern minimalis ini memang bisa cenderung anti-ornamen, berbeda dengan gaya rumah etnik tradisional yang cenderung memiliki ciri khas kaya akan ornamennya.
Memadukan kedua konsep ini merupakan sebuah tantangan besar.
Untuk mengatasinya, kita bisa membatasi penggunaan ornamen dan menambahkan material alami seperti kayu, batu, logam, ataupun material alami lainnya.
Atau, jika tidak memungkinkan, pilihlah furnitur yang berkesan natural dan tanpa ornamen yang berlebihan.
Desain interior ruang komunal minimalis elegan ini sebaiknya menggunakan pola ornamen floral, yaitu pola-pola sulur tanaman atau dahan pohon nuansa hijau, agar kesan “green eco friendly” itu kuat.
Tidak hanya pada dinding, tetapi juga pada ukiran, kolom, pintu, jendela, dan elemen rumah lainnya.
Mengapa pola floral? Sebab pola ini berhubungan dengan bunga atau tumbuhan yang melekat erat dengan kehidupan tradisional di pedesaan.
DAUR ULANG
Bangunan pada desain rumah dengan ruang terbuka untuk komunitas yang bergaya minimalis elegan dan “eco-friendly” ini tidak menggunakan bahan bangunan dan furnitur yang serba baru, namun kerap menggunakan bahan bangunan dan furnitur daur ulang.
Bahan-bahannya tidak beli jadi, melainkan memiliki sentuhan khusus dan bersifat personal.
Misalnya, furnitur dari sisa kayu daur ulang, perabot antik, atau rotan.
Kita bisa menggabungkannya dengan sedikit sentuhan modern pada beberapa furnitur atau ornamen.
Namun pengertian “daur ulang” bukan hanya untuk bahan bangunan dan ornamen, melainkan juga air dan cahaya.
Sistem daur ulang air adalah pengolahan air limbah yang diolah sampai batas baku mutu yang diperkenankan untuk dibuang ke lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan air limbah tersebut sampai hasilnya dapat dipergunakan untuk suatu keperluan tertentu.
Proses teknologi daur ulang air limbah yang dapat digunakan ada berbagai macam teknologi, tergantung dari kualitas air olahan yang diinginkan. Bisa misalnya digunakan bak penampungan dan pralon penyaluran air, bisa juga gunakan kolam retensi dan detensi, untuk menampung dan menyimpan air saat musim hujan, dan mendayagunakannya saat musim kering.
Untuk menghemat energi dan biaya, pencahayaan kita dapat tidak menggunakan listrik PLN (yang bersumber pada gas dan batubara) melainkan energi matahari, sistem “solar cell”.
Sel surya atau sel fotovoltaik, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari sebuah wilayah-besar dioda sambungan p-n, di mana dengan adanya cahaya matahari dapat menciptakan energi listrik yang berguna. Pengubahan bentuk energi ini disebut efek fotovoltaik.
WARNA DAN PENCAHAYAAN
Pada desain interior ruang komunal paduan tradisional modern seba iknya menggunakan warna yang tidak mencolok, seperti warna-warna netral yang dekat dengan alam, misalnya cokelat atau putih.
Warna tanah, kayu, pepohonan, dan tumbuhan pun dipilih untuk mempertegas kesan tersebut.
Warna yang digunakan cenderung monokromatis atau senada tanpa warna kontras yang terkesan meriah dan ramai.
Kesan kedamaian dan ketenangan sangat penting dalam mendukung karakteristik visual dalam desain ruang terbuka komunal “green eco friendly” yang minimalis sederhana ini.
Meskipun warna netral selalu aman, tetapi jika kita memang ingin tampil lebih berani dan dinamis, pikirkanlah sentuhan warna-warna pastel seperti biru, ungu, hijau, merah lembut, kuning muda, dan sebagainya.
Pencahayaan pada desain ruang terbuka komunal tradisional-modern minimalis sederhana ini cenderung lebih temaram untuk menciptakan kesan berwibawa dan syahdu.
Teknik pencahayaan seperti ini biasanya juga berlaku di hampir semua rumah adat tradisional lainnya.
Leiden, 6 Maret 2023,
I.Sandyawan Sumardi