Yehezkiel (Bahasa Ibrani, “Tuhan menjadikan kuat” atau “semoga Tuhan menguatkan”, Yeh 1:3; 3:8). Seorang nabi yang hidup pada masa Pembuangan Babilonia dan berkarya dari 593 hingga 571 SM, pengarang kitab ketiga dari nabi-nabi besar. Hanya ada sedikit keterangan mengenai dirinya di dalam kitab itu, walaupun dikatakan bahwa Yehezkiel adalah putera Buzi (Yeh 1:3), “di tanah Kasdim di tepi sungai Kebar.” Sebagai seorang imam, Yehezkiel ikut serta dalam pembuangan bangsanya, diangkut dari Yerusalem pada tahun 598 SM bersama dengan Yoakim (2 Raj 24:12-16; bdk Yeh 33:21; 40:1). Bersama dengan orang-orang buangan yang lain ia menetap di Tel-abib, di Kebar (Yeh 1:1; 3:15) di Babilonia. Tampaknya ia menghabiskan sisa hidupnya di sana. Pada tahun 593 SM pada tahun kelima dari pembuangannya, Yehezkiel menerima panggilannya sebagai nabi melalui suatu penglihatan yang digambarkan pada permulaan karya kenabiannya (Yeh 1:4; 3:15).
Berdasarka kesaksiannya dalam Yeh 29:17, ia menjalankan tugas kenabiannya sekitar dua puluh dua tahun. Karena dia seorang imam, kita dapat beranggapan bahwa dia terdidik dengan baik. Hanya sedikit lainnya yang diketahui tentang dia, kecuali bahwa ia menikah (Yeh 24:18) dan tampaknya ia melakukan semua kotbah-kotbahnya di Babilonia (Yeh 3:15). Menurut legenda, ia dimakamkan di al-Kift, di dekat kota modern Hilla, di Irak.
Legitimasi Yehezkiel sebagai nabi diakui baik di dalam Perjanjian Lama (Sir 49:8) maupun dalam Perjanjian Baru. Sekalipun nama Yehezkiel tidak disebutkan dalam Perjanjian Baru, nubuatnya sering dikutip (misalnya Mat 22:32, dari Yeh 17:23 dan Yoh 10 dari Yeh 34:11). Yehezkiel dikutip utamanya di dalam Kitab Wahyu (bdk Why 18-21 denga Yeh 27, 38, 47) (Lih Yehezkiel, Kitab).
Yehezkiel, Kitab
Kitab nabi dari Perjanjian Lama yang mengambil namanya dari imam-nabi yang bekerja melakukan tugas kenabian di Babilonia pada fase ketiga Pembuangan dari tahun 593 hingga 571 AM. Kitab ini dimaksudkan untuk menyiapkan orang-orang yang mengalami pembuangan lebih dahulu terhadap kejatuhan Yerusalem yang tertunda dan menyadarkan sesama orang Israel mengenai hukuman Tuhan yang jatuh karena dosa-dosa mereka di masa lalu, tetapi juga meyakinkan mereka bahwa setelah hukuman itu mungkin akan datang keselamatan.
Nabi Yehezkiel hidup dalam pembuangan di Babilon, mungkin di pemukiman Yahudi Tel-abib di sungai Kebar di dekat Nipur (Yeh 3:15). Karena ia sudah berada di Babilonia sebelum jatuhnya Yerusalem, tampaknya dia termasuk di antara penduduk gelombang pertama yang dipindahkan setelah Nebukadnezar merebut Yerusalem pada tahun 598-597 SM (2 Raj 24:10-17).
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
II. Isi
III. Maksud dan Tema
- Pembuangan Sebagai Hukuman Ketidaksetiaan
- Nubuat Terhadap Tetangga-tetangga Yehuda
- Pemulihan yang Akan Datang.
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
Kitab ini dinamai berdasarkan nabi yang disebut dari awal karya ini dan menggunakan teknik penceritaan dengan kata ganti orang pertama seluruhnya. Bahwa Yehezkiel adalah pengarang kitab ini tidak dipersoalkan sampai pada abad keduapuluh ketika beberapa ahli menyatakan bahwa kitab ini ditulis mungkin pada penggal kedua abad ketiga SM. Teori ini tidak banyak diikuti orang dan pada umumnya orang berpendapat, setidaknya Yehezkiel merupakan hasil karya dari masa Pembuangan. Sudah hampir pasti bahwa kitab ini ditulis oleh Yehezkiel sendiri, atau mungkin dihimpun dari nubuat-nubuat Yehezkiel setelah ia meninggal oleh sekelompok redaktur yang juga murid-muridnya. Maka Kitab ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 592-570 SM.
Ada semacam debat mengenai tempat kitab Yehezkiel di dalam kanon. Sirakh 49:8 dengan jelas menyebut nama kitab ini sebagai autentik, tetapi pada abad pertama M ada usaha untuk meyisihkan kitab ini. Namun berkat perjuangan Hananya ben Hizkia, kitab Yehezkiel mendapat tempat yang tepat di dalam kanon Yahudi. Terbilang kitab ketiga di antara nabi-nabi terakhir.
II. Isi
I.Pengantar (bab 1-3)
- Tahta Ilahi (1:1-28)
- Pemberian Tugas Pada Yehezkiel (2:1-3:27
II. Nubuat tentang Hukuman (bab 4-24)
- Pengepungan Yerusalem (4:1-5:17)
- Hukuman atas Israel (6:1-7:27)
- Berakhirnya Bait Allah (8:1-18)
- Penyembahan Berhala oleh Israel (9:1-11)
- Yerusalem Ditinggalkan Tuhan (10:1-22)
- Hukuman Atas Bangsa dan Keadilan (11:1-14:23)
- Alegori Hukuman (15:1-19:14)
- Ketidaksetiaan Israel (20:1-24:27)
III. Nubuat Terhadap Bangsa-bangsa Lain (bab 25-32)
- Nubuat Terhadap Tetangga Sekeliling (25:1-17)
- Nubuat Terhadap Tirus (26:1-28:19)
- Nubuat Terhadap Sidon (28:20-26)
- Nubuat Terhadap Mesir (29:1-32:32)
IV. Nubuat Keselamatan Sesudah Jatuhnya Yerusalem (bab 33-48)
- Panggilan Yehezkiel yang Kedua (33:1-33)
- Gembala yang Sejati (34:1-31)
- Gunung (35:1-36:15)
- Pembaruan Israel (36:16-37:28)
- Gog dari Magog (38:1-39:29)
- Bait yang Baru (40:1-47:12)
- Bumi yang Baru dan Yerusalem Baru (47:13-48:35).
III. Maksud dan Tema
- Pembuangan Sebagai Hukuman Ketidaksetiaan
Yehezkiel menulis sebagai salah seorang Israel yang dibuang dan dipaksa mengalami pengasingan di tangan bangsa Babilonia. Bersama dengan orang buangan lainnya ia tinggal di Tel-abib, di tepi sungai Kebar (Yeh 1:1; 3:15), dan pada tahun kelima ia meneraima panggilan menjadi seorang nabi dengan visiun-visiun yang paling mengesankan di dalam Perjanjian Lama. Ia memberi tahu sesamanya umat Israel bahwa penderitaan mereka bukan arena kegagalan atau ketidaksetiaan Tuhan, melainkan karena dosa mereka sendiri dan ketidaksetiaan mereka sendiri.
Ia menubuatkan hancurnya kerajaan Yehuda, direbutnya Yerusalem, dan hancurnya Bait Allah (Yeh 3:22-24). Kejadian-kejafiaan ini tak akan bisa dielakkan dan nubuat itu kemudian terlaksana. Kejatuhan merupakan hukuman yang adil atas kegagalan bangsa, termasuk penyembahan berhala di Bait Allah, sehingga Tuhan memilih meninggalkan kediamanNya di Bait Allah itu (Yeh bab 9): “Kesalahan kaum Israel dan Yehuda sangat banyak, sehingga tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan; sebab mereka berkata: Tuhan sudah meninggalkan tanah ini dan Tuhan tidak melihatnya” (Yeh 9:9).
Nabi kemudian membandingkan Yerusalem dengan batang anggur yang mati, yang pasti menjadi kayu bakar untuk api (bab 15) dan menyatakan Yehuda sebagai pelacur, lebih jahat dan culas daripada Samaria dan Sodom (bab 16). Ketika kengerian penaklukan terjadi, Yehezkiel ditinggal mati isterinya, tetapi Tuhan tidak mengizinkan ia meratapinya di depan umum. Sebaliknya kesedihan Yehezkiel diubah menjadi pelajaran bagi umat : pembuangan tidaklah cukup keras dibanding kehilangan segala sesuatu tanpa penyesalan (Yeh 24:15-27).
2. Nubuat Terhadap Tetangga-tetangga Yehuda
Yehezkiel juga meluncurkan nubuat mengenai bangsa-bangsa lain (Yeh 25-37), mulai dari bangsa-bangsa yang mengambil keuntungan dari kejatuhan Yehuda: suku-suku Amon, Moab, Edom, dan Filistin. Nasib mereka dinyatakan dalam bab 25, sementara dengan lebih panjang lebar ia menyatakan nasib kejatuhan Tirus dan pengerannya (Bab 26-28), Sidon (28:20-26), dan Mesir (bab 29-32).
3. Pemulihan yang Akan Datang.
Yehezkiel k.emudian menyatakan kepulangan bangsa dari pembuangan pada akhirnya, dengan meyakinkan mereka akan kejayaan Kerajaan Mesias, kerajaan Daud yang kedua, pada akhirnya. Janji ini dikemukakannya: “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-K dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka. Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” (Yeh 11:19 – 21).
Namun Mesias bukanlah seorang raja yang ahli perang militan, melainkan seorang gembala yang melalui Dia Tuhan berjanji untuk memurnikan bangsa dan memulihkan kejayaannya dulu (bab 35-37). Walaupun mati, Israel akan bangkit kembali, tulang-tulang yang sudah kering akan dibalut kembali dengan daging dan hidup kembali di mata sang nabi. Tema sentral dalam pemulihan ini adalah kerajaan Daud yang kedua. Di dalam Bait Allah yang baru (bab 40-43) Allah akan tinggal di antara umatNya dan dilayani di kemah suci oleh imam-imam pilihanNya, “Sejak hari itu nama kota itu ialah: TUHAN HADIR DI SITU.”(Yeh 48:35). Pemulihan yang dilihat oleh Yehezkiel meliputi pemulihan perjanjian Daud dan akan meliputi keduabelas suku Israel (Yeh 47:13; 48); maka pemulihan itu juga meliputi baik kerajaan Israel maupun kerajaan Yehuda (Yeh 37). .