Catatan Pendahuluan
Setelah berdiskusi dan menggambarkan realitas Paroki sejauh kita pahami, sesi ini akan membahas tentang proses Perencanaan Pelayanan dalam Paroki. Ada beberapa catatan pendahuluan.
Yang pertama, ketika berdiskusi tentang Paroki, kita menyadari karya Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Gereja, yang membentuk dan membimbing Gereja. Tetapi Roh Kudus bekerja melalui orang-orang yang digerakkan olehNya, menggunakan akal-budi, hati dan tenaga mereka. Roh Kudus memberi keyakinan, keberanian dan kebijaksanaan, menggerakkan rasul-rasul mengembangkan Gereja perdana. Roh Kudus melalui ilhamNya menggerakkan para penulis suci bekerja berangsur-angsur hingga membuahkan Kitab Suci.
Ada yang dalam diskusi sesi terdahulu menyadari ayat “rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yes 55:8-9)
Maka justru karena itu di dalam iman akan penyelenggaraan ilahi, dengan mencari kehendak Allah dan menyadari kehadiranNya dalam segala hal “di bumi”, kita mengerahkan akal-budi, hati dan tenaga menggulirkan proses manajemen untuk karya pelayanan, semoga sesuai dengan kehendak dan rancangan Tuhan “di langit”, demi kemuliaan Tuhan dalam Paroki. Karena aspek akal-budi itu proses manajemen kita disebut rasional.
Yang kedua, entah karena demi gampangnya, atau karena malas, sering tatakerja kita didasarkan pada masa lalu yang menjadi kebiasaan. Kita melakukan kebiasaan kerja melayani seperti tahun-tahun yang sebelumnya yang telah mentradisi. Perayaan Natal seperti kemarin. Paskah juga seperti kemarin. Padahal waktu berubah. Kita bukan melangkah ke belakang, tetapi melangkah bergerak maju (mengubah kedudukan), ke depan dan untuk menjadi lebih baik. Dengan semangat Today should be better than yesterday, and make the best of tomorrow. Masa depan mempunyai tantangan yang berbeda dari masa lalu. Ciri rasional dalam manajemen mengajak kita kendati tidak lepas dari tradisi mengarah ke masa depan, dan tanggap pada tantangan masa depan, melakukan pembaruan-pembaruan (inovasi) dalam pelayanan. Dengan demikian pelayanan tidak statis melainkan dinamis berkembang (salah satu aspek hidup). Sehingga menunjukkan gereja yang hidup, yang bergerak, bertumbuh dan berkembang.
Yang ketiga, ciri rasional manajemen mengajarkan berpikir sistemik dan sistematik. Ini menekankan kesatuan dan keseluruhan hubungan-hubungan. Dalam sesi yang lalu kita menyadari wewenang Uskup dan Keuskupan atas Paroki. Di dalam keuskupan kita menyadari hubungan Paroki kita dengan paroki-paroki tetangga kita yang berdekatan (se-Dekenat) maupun yang jauh. Lalu Paroki kita sendiri mempunyai bagian-bagian yang merupakan satuan kerja, entah Dewan Pastoral Paroki dan bidang-bidang serta seksi-seksinya, entah Badan Pengurus Dana Papa yang adalah Dewan Keuangan Paroki, badan-badan organik seperti WKRI, Yayasan-yayasan, biara, kelompok kategorial, stasi, wilayah atau lingkungan. Semuanya harus diperhitungkan, diberi ruang peran serta, untuk mewujudkan kesatuan, (sehati, sepikiran, setujuan, dalam istilah Kitab Suci} seirama, demi “keseimbangan” jalannya kegiatan pelayanan Paroki. Dalam nasehat Santo Paulus, banyak anggota “membangun Tubuh Kristus” (1Kor 12:12-31) yang satu, secara tertib dan teratur. Mengindahkan mata rantai awal-tengah-akhir, runtun masukan (input) – proses transformasi – keluaran (output) untuk keseimbangan atau keselarasan proporsional dalam dinamikanya, jangan sampai berat sebelah (kanan atau kiri, depan atau belakang) yang bisa membuat sempoyongan atau bahkan terjatuh, bahkan rusak dan berhenti.
Yang keempat, embel-embel “modern” pada manajemen, manajemen modern, selain sistemik dan sistematik, juga merujuk pada cara berpikir runtun, rinci (detil), logis, dan terdokumentasi. Tertulis, bukan hanya “kebatinan” mengandaikan orang lain tahu sendiri, juga bukan sekedar lisan. Ini akan menjadi dasar untuk “manajemen berdasarkan fakta dan data”.
Yang kelima, memelihara dan mengembangkan di semua lini dan front semangat positif (bertumbuh lebih baik, lebih besar, lebih luas, lebih kuat, lebih tinggi), “partisipatif aktif” – solidaritas – saling memperhatikan, saling mengisi, saling membantu. Paroki sebagai komunitas iman memberi sifat dasar penuh kepercayaan, bukan kecurigaan dan praduga-praduga negatif lainnya. Kekeliruan dan kesalahan dikoreksi dalam semangat untuk perbaikan dan pengembangan. Belum lupa Roh Kudus yang kita andalkan, kan? Sediakan ruang untukNya dengan bekerja dalam Roh hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan dan takut akan TUHAN (Yes 11:2-3) demi menghasilkan buah-buah Roh: yang adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-23). Setiap kali kita semua diajak discernment, menimbang-nimbang tindakan kita dirasuki roh apa, apakah didorong oleh Roh Kudus, ataukah oleh roh lain, baik dengan melihat pangkalnya (Yes 11:2-3) maupun buah dampaknya (Gal 5:22-23).
Beberapa catatan prinsip yang lain akan disampaikan sambil jalan mengikuti langkah-langkah dalam proses.
===
START FROM THE ENDS
Yesus berkata: “Kalau seorang dari kalian mau membangun sebuah menara, tentu ia akan duduk menghitung dahulu anggaran biayanya supaya ia tahu apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu, supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan orang yang melihatnyan mengejek dia, sambil berkata: ‘Orang itu mendirikan, tetapi tidak sanggup menyelesaikannya!’ (Luk 14:20-30).
Membuat rencana kerja dalam ajaran Yesus adalah “duduk menghitung dahulu anggaran” sampai menara berdiri dan berfungsi, sebelum kita melakukan pekerjaan bahkan yang paling awal, yaitu membersihkan lahan dan menggali lubang untuk membuat fondasi. Jangan lupa bahwa anggaran biaya adalah konsekuensi keuangan dari pekerjaan atau kegiatan. Maka secara tersirat harus dipikirkan juga runtun kegiatan atau pekerjaannya dengan tali-temalinya dengan segala konsekuensinya. Tujuan akhirnya adalah “menara berdiri dan berfungsi”.
Visi
Perencanaan mulai dengan menentukan apa yang akan dicapai secara keseluruhan. Kita perlu kreatif berimajinasi bersama membayangkan sosok Paroki kita setahun, tiga tahun, atau lima tahun yang akan datang. Seperti apa. Orang menyebut ini “mimpi bersama”. Ilmuwan manajemen menyebut kegiatan ini: menentukan Vision. Visi. Kita mau jadi apa, seperti apa.
Misalnya Paus St Yohanes Paulus II menggambarkan visinya tentang paroki : “tempat terdepan, persaudaraan dan rumah keluarga yang menyambut mereka yang telah dibaptis dan dikuatkan untuk membentuk Umat Allah. Di rumah itu roti ajaran yang baik dan Roti Ekaristi dipecahkan dibagikan untuk mereka dalam kelimpahan, dalam suatu tata-upacara ibadah; dari rumah itu mereka diutus hari demi hari untuk misi kerasulan di semua pusat kegiatan kehidupan dunia.” (CT, 67)
Bagaimana gambaran masa depan kita masing-masing tentang Paroki kita? Cobalah buat gambarannya masing-masing orang dalam tujuh kata pada suatu kertas. Para utusan dari satu paroki mengumpulkan kertas itu dan tempel pada kertas yang lebih besar (karton atau kertas koran), lihat bersama, dan rangkum jadi satu dalam kertas flipchart lain. Jangan diperdebatkan, mimpi seseorang tak bisa diganggu gugat, rangkum saya. Itu cara kita “bermimpi bersama”.
Dari kegiatan seperti ini di suatu Paroki yang diikuti hampir 150 orang diperoleh suatu Visi Paroki yang berbunyi: “Paroki X adalah persekutuan umat beriman yang mantap, yang disinari terang Kitab Suci dan yang dijiwai semangat mewujudkan habitus baru, membangun komunitas basis yang berakar pada lingkungan, yang penuh kedamaian dan kesejahteraan, yang mempunyai solidaritas untuk melayani orang miskin dengan murah hati, untuk menjadi terang dan garam bagi masyarakat sekitarnya”.
Jika kita perhatian, dalam kegiatan mimpi bersama merumuskan Visi Paroki, yang didahului dengan renungan bersama tentang Paroki yang memberi arahan, seperti yang telah kita lakukan dalam sesi terdahulu, ada tiga hal: (1) menghimpun aspirasi pribadi menjadi aspirasi bersama, (2) merumuskan tujuan, (3) nilai-nilai penting.
Mengapa koq repot begitu? Kan itu bisa ditulis pastor paroki atau awam ketua dewan saja? Karena paroki bukan hanya mereka berdua. Dan yang akan mewujudkan Visi itu adalah segenap warga paroki. Karena Visi dibentuk bersama-sama, Visi itu mengikat mereka semua untuk mewujudkannya.
Setiap paroki menurut situasinya masing-masing akan menghasilkan Visi yang berbeda. Namun mengingat paroki-paroki berada dalam satu keuskupan, wajib disampaikan sebelum perumusan Visi Paroki itu harapan atau bahkan mungkin Visi Keuskupan yang terbentuk entah melalui Sinode Keuskupan entah dalam Musyawarah Pastoral.
Misi
Selanjutnya dipikirkan “apa yang terutama perlu dilakukan untuk mewujudkan Visi itu” dengan pertolongan suatu diagram tulang ikan (Fishbone atau C-E Causal-Effect Diagram).
Dalam diskusi kelompok-kelompok, Paroki X merumuskan rusuk kegiatan utama yang pertama adalah “Membangun iman yang lebih dewasa dan mandiri dengan kesadaran yang lebih besar diterangi Kitab Suci”
Rusuk kegiatan utama yang kedua: “Mengembangkan semangat solidaritas, kerjasama untuk menguatkan persaudaraan yang rukun bersatu dalam persekutuan iman dan pelayanan”
Rusuk kegiatan utama yang ketiga: “Menggerakkan umat lebih aktif dan bertanggungjawab dalam hidup menggereja baik liturgi maupun kegiatan lain dengan melibatkan peran serta keluarga dan kaum muda.”
Rusuk kegiatan utama yang keempat: “Meningkatkan peran serta dalam komunitas basis, berlingkungan dan berparoki, dengan pelayanan yang murah hati, melaksanakan amal kasih untuk sesama yang miskin dan membutuhkan, mewujudkan hidup bersama yang sehat, bermartabat, damai dan sejahtera”.
Rusuk kegiatan utama yang kelima: “Mendorong dan membekali warga paroki turut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan dengan semangat persaudaraan sejati, menerapkan habitus baru yang berkeadilan, dinamis, kritis dan inklusif sebagai ragi dan garam Injil”.
Semua rumusan menggunakan kata kerja aktif karena menggambarkan tugas perutusan utama. Kelima rusuk kegiatan utama yang bermuara pada Visi, karena dimaksudkan sebagai cara mewujudkan Visi itu, adalah bahan rumusan pokok Misi Paroki.
Karena Visi setiap paroki berbeda-beda, Misi yang mereka rumuskan juga berbeda-beda urutan dan rumusannya, mengikuti prioritas dan nilai-nilai yang diwarnai pertimbangan situasi setempat
“Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan”. – Mzm 20:5
Penjabaran (Deployment) Amanat Misi Dalam Rangkaian Aneka Kegiatan Paroki
“Orang bijaksana berpikir dahulu sebelum bertindak; orang bodoh mengobralkan kebodohannya” (Ams 13:16)
Dulu, sebelum Konsili Vatikan II, kegiatan Paroki yang melibatkan umat terutama adalah Perayaan Paskah dan Natal. Untuk itu dibentuk Panitia-panitia khusus.
Setelah Konsili Vatikan II, umat Paroki dilibatkan dalam kegiatan Paroki sepanjang tahun, baik mengikuti Kalender Liturgi maupun di luar Kalender Liturgi.
Setelah merenungkan Nasihat Manajemen Yitro dalam Kel 18:13-27, setiap rusuk kegiatan utama Misi Paroki untuk mewujudkan Visi, dijabarkan lebih lanjut, dipecah-pecah menjadi aneka ragam kegiatan yang lebih kecil yang makin jelas, makin terbatas, makin besar kemungkinan keterlaksanaannya. Teknik manajemen yang digunakan untuk menunjukkan keterkaitan kegiatan-kegiatan pada Misi bisa Diagram Tulang Ikan, bisa Diagram Pohon (Tree Diagram).
Kelompok-kelompok aktivis Paroki kemudian diajak memikirkan penjabaran rumusan Misi yang telah mereka buat ke dalam berbagai macam kegiatan-kegiatan yang relevan.
Diagram Tulang Ikan sudah digambarkan di atas.
Diagram Pohon:
Dari Kegiatan Utama I membutuhkan kegiatan-kegiatan penunjang tertentu. Misalnya dari contoh di atas “Membangun iman yang lebih dewasa dan mandiri dengan kesadaran yang lebih besar diterangi Kitab Suci” dapat dijabarkan dalam berbagai kegiatan seperti katekese, kelompok kitab suci, lectio divina, rekoleksi, retret, pelatihan para pewarta, komunikasi iman dalam komunikasi social, dan lain-lain.
Dari rusuk kegiatan utama yang kedua: “Mengembangkan semangat solidaritas, kerjasama untuk menguatkan persaudaraan yang rukun bersatu dalam persekutuan iman dan pelayanan” misalnya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pelatihan team building, gathering, hari paroki dengan bazar dan pesta rakyat, tujuh belas agustusan, kerja bakti, bakti sosial, dan lain-lain yang melibatkan lebih banyak warga Paroki.
Dan seterusnya.
“Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan” (Ams 21:5).
Semua usulan kegiatan yang muncul dalam rangka penjabaran Misi menuju terwujudnya Visi kemudian dibuat daftarnya untuk kemudian dipertimbangkan lebih mendalam berdasarkan kemungkinan pelaksanaannya berdasarkan kemampuan Paroki.
“Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak” (Ams 15:22)
Setiap kegiatan direnungkan: Apa yang dilakukan dalam kegiatan ini? Mengapa perlu dilakukan? Untuk apa: Apa yang hendak dicapai (output)? Apa manfaat yang lebih luas (outcomes) dari pencapaian output itu? Siapa saja yang terlibat? Kapan dilaksanakan? Di mana? Apa saja yang diperlukan untuk kegiatan itu? Berapa taksiran biayanya?
Semua yang hadir menurut kemampuannya masing-masing ikut menimbang keterlaksanaan tiap-tiap usulan kegiatan dan menyampaikan pendapatnya dengan sikap doa mempersembahkan seluruh rancangan kasar itu kepada Tuhan. Suatu teknik yang disebut Appreciative Inquiry (AI) banyak digunakan dalam fase ini dengan mengingatkan secara positif pemanfataan kekuatan-kekuatan yang ada pada Paroki dan berbagai sinar pengharapan yang memberi dorongan, ketimbang menyoroti kelemahan-kelemahan yang mengecilkan semangat.
Setiap kegiatan dituangkan menjadi satu Kartu Kegiatan.
Nama kegiatan:
Acuan Misi: Maksud Kegiatan: Siapa target yang dilibatkan: Hasil yang diharapkan:
Komponen Kegiatan: Catatan: Prioritas Kegiatan Taksiran Biaya:
|
Kartu Kegiatan akan digunakan dalam Manajen Proses Berikutnya: Pengorganisasian.
“Bukankah Aku sendiri tahu rencana-rencana-Ku bagi kamu? Rencana-rencana itu bukan untuk mencelakakan kamu, tetapi untuk kesejahteraanmu dan untuk memberikan kepadamu masa depan yang penuh harapan. Maka kamu akan minta tolong kepada-Ku. Kamu akan datang untuk berdoa kepada-Ku, dan Aku akan menjawab doamu. Kamu akan mencari Aku dan menemukan Aku, sebab kamu mencari dengan sepenuh hati” (Yer 29:11-13)
[BERSAMBUNG]