Surat yang paling panjang dari rasul Paulus, yang ditulis untuk jemaat Roma. Surat ini dipuji sebagai hasil karya teologi Kristen yang terbesar dan ternyata menjadi salah satu karya yang paling besar pengaruhnya dalam sejarah Kristen. Tema utamanya adalah keselamatan dunia dalam Kristus (bab 1-8). Topik yang lainnya di dalam surat ini meliputi keselamatan Israel (bab 9-11) dan tanggungjawab moral umat beriman Kristen (bab 12-14).
- PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Hanya sedikit saja yang benar-benar menyangsikan bahwa Paulus-lah yang mengarang Surat kepada Jemaat Roma ini. Namanya langsung membuka Surat ini (Rm 1:1) dan gayanya yang hebat serta isi suratnya diyakini mencerminkan pikiran rasul agung untuk bangsa-bangsa lain itu (Rm 11:13). Paulus mungkin menulis Surat Roma ini pada musim dingin tahun 57-58 ketika berada di Korintus pada perjalanan misinya yang ketiga (yaitu setelah ia melewati Yunani, Kis 20:2). Diduga Surat ini disampaikan kepada jemaat Roma oleh diakon Febe (Rm 16:1-2).
Baca juga: ROMA
Konon, beberapa ahli modern berpendapat bahwa bab 16 surat itu bukan asli, melainkan ditambahkan selang beberapa waktu kemudian. Yang mengherankan, manuskrip tertua yang ada memang tidak memuat bab 16 ini, dan dirasakan aneh bahwa Paulus menyebut nama banyak orang dalam Rm 16:3-16 pada hal ia belum pernah mengunjungi Roma sebelumnya (bdk Rm 1:10.13). Namun, pernyataan mengenai keaslian bab 16 itu tidak begitu berpengaruh. Banyak versi surat Roma yang lebih pendek beredar pada masa awal, dan mereka itu merupakan versi ringkasan yang dirancang untuk keperluan ibadat. Maka nama orang-orang yang disapa di bab terakhir boleh jadi adalah orang-orang Kristen yang diharapkan bisa menjembatani Paulus kepada jemaat yang sebagian besar tidak mengenal dirinya secara pribadi. Jika demikian, banyaknya salam yang disampaikan dalam Rm 16 sekalipun kurang lazim dalam Surat Paulus, tetapi kali ini memberi petunjuk bahwa Paulus sedang berusaha merintis jalan untuk kedatangannya nanti, untuk mendapatkan dukungan dari suatu komunitas yang sudah mapan, bagi rencana perjalanan misinya ke Spanyol dan ke Barat (Rm 15:23-24).
2. ISI
- Salam (Rm 1:1-15)
- Pembenaran dalam Kristus (Rm 1:16-8:39)
- Keselamatan Israel (Rm 9:1-11:36)
- Norma Hidup Kristen (Rm 12:1-14:23)
- Beberapa Hal Pribadi dan Salam (Rm 15:1-16:23)
3. MAKSUD/TUJUAN
Paulus memikirkan beberapa tujuan ketika menulis Surat kepada Jemaat Roma ini. Pertama, ia hendak memperkenalkan diri kepada komunitas sebelum ia pergi ke Roma. Ini penting karena rasul Paulus bukan pendiri dan belum pernah berkunjung secara pribadi kepada jemaat Roma (Rm 1:10-13). Kedua, Paulus berharap dapat mengatasi suatu masalah pastoral dalam suatu jemaat yang mengalami tarik menarik di antara jemaat yang orang Yahudi dan yang bukan Yahudi. Pernyataan-pernyataan di dalam surat menunjukkan bahwa kaum beriman yang orang Yahudi menganggap dirinya sangat terberkati karena alasan sejarah dan warisan rohani yang diberikan kepada Israel yang membuat mereka diistimewakan dari bangsa-bangsa lain (Rm 2:1-3:20). Kaum beriman dari bangsa lain, pada pihaknya, juga berusaha mendapatkan kebanggaan, karena memandang diri mereka sebagai pengganti kaum Israel sebagai umat Allah yang baru (Rm 11:13-32). Karena itu penting bagi Paulus untuk menegaskan kesetaraan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain dalam dosa (Rm 3:9) dan karena itu mereka juga setara sebagai penerima kerahiman ilahi (Rm 11:32). Allah menghendaki mereka beribadat kepada Allah yang satu dan sama, berdampingan sebagai saudara dalam satu keluarga iman (Rm 10:12; 15:7-12). Akhirnya, Paulus berharap mendapat dukungan dari Gereja Roma untuk melancarkan prakarsa misioner baru ke Spanyol (Rm 15:23-24).
4. TEMA
Walaupun jelas merupakan suatu surat yang khas, Surat kepada Jemaat Roma nyaris mendekati suatu karya t.eologi yang tampil dalam Perjanjian Baru. Paulus menerobos masuk dalam-dalam pada misteri tentang dosa dan keselamatan, dan ia banyak menyandarkan diri pada Perjanjian Lama untuk membantu para pembaca mengetahui bagaimana rencana Allah mencapai puncak historisnya pada Pribadi dan karya Yesus Kristus. Karena itu Surat Roma kadang-kadang menjadi suatu tulisan yang sulit dimengerti (bdk 2 Ptr 3:16). Namun karya ini lebih mendatangkan ketakjuban ketimbang membuat frustrasi dan menerangi pemikiran banyak teolog selama berabad-abad.
Dosa, keselamatan dan pengudusan mendominasi bahasan dalam bab 1-8. Dosa adalah khabar buruk yang mempersiapkan dunia bagi Kabar Baik dari Injil. Paulus dengan demikian memulai suratnya dengan kecaman keras pada dosa, yang telah meluas seperti wabah mematikan, bukan hanya di kalangan yang tidak mengenal Allah (Rm 1:8-32), tetapi juga di lingkungan umat perjanjian (Rm 2:1-30). Hasilnya adalah semua bangsa, Yahudi dan bukan Yahudi sama saja, terbelenggu dalam perangkap dosa (Rm 3:9). Maka keselamatan yang sangat diharapkan dunia dan akhirnya dicapai oleh Yesus, yang menunjukkan kebenaran Allah dan menawarkannya sebagai karunia, harus diterima dengan iman (Rm 3:21-26). Rahmat dicurahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus yang mendatangkan pembenaran bagi pendosa – yaitu tindakan Allah yang mengubah keadaan kaum beriman dari situasi tanpa rahmat yang dialami keluarga Adam kepada situasi pembenaran dalam Kristus (Rm 5:1-21). Pengudusan merupakan bagian dari misteri ini, adalah karya Roh Kudus. Yang mencurahkan kasih Allah ke dalam hati manusia (Rm 5:5) dan memampukan umat Kristen mematuhi hukum yang sebenarnya dari Allah (Rm 8:1-13). Melalui Roh Kudus, kaum beriman dipenuhi dengan rahmat keputeraan ilahi, dengan mana Allah menjadi Bapa mereka (Rm 8:14-17) dan Kristus menjadi saudara sulung mereka (Rm 8:29).
Keselamatan Israel merupakan pokok bahasan bab 9-11. Pokok ini perlu dibahas, pertama karena Injil mendapatkan penolakan yang amat luas di antara umat pilihan (Rm 9:1-5; 10:1-4) dan kedua, karena umat Kriesten tertentu membuat kesimpulan yang salah bahwa Israel sebagai umat pilihan telah ditolak oleh Tuhan dan sekarang digantikan terutama oleh Gereja bangsa lain (Rm 11:13-32). Paulus terpaksa menjelaskan tempat Israel dan bangsa-bangsa lain dalam rencana keselamatan. Israel tidak ditolak oleh Tuhan (Rm 11:1). Sebaliknya, adalah maksud Allah untuk menyelamatkan “Israel seluruhnya” (Rm 11:26) – dan dengan ini Paulus merujuk pada suatu perwakilan dari kedua belas suku Israel, bukan hanya orang Yahudi dari suku Yehuda (bdk Mat 19:28; Why 7:1-8). Sehubungan dengan bangsa lain yang percaya, mereka tidak menggantikan Israel, tetapi dicangkokkan seperti ranting zaitun kepada batang pohon Israel (Rm 11:17-19). Maka seharusnya mereka memohon kerahiman Tuhan di pihak mereka, dengan menyadari bahwa Ia berkehendak untuk memulihkan Israel yang tidak percaya begitu mereka mau mengimani Kristus (Rm 11:20-24).
Ajaran praktis mengenai hidup Kristen diberikan dalam bab 12-15. Tanggungjawab diberikan kepada kaum beriman sebagai anggota tubuh gerejawi Kristus (Rm 12:1-21) dan sebagai anggota tubuh sipil negara (Rm 13:1-7), dengan puncaknya adalah perintah untuk saling mengasihi (Rm 13:8-10) sedemikian, sehingga menghargai kemerdekaan sesama (Rm 14:1-23). Dengan bertindak demikian, kaum beriman akan semakin menyerupai Kristus, yang menjadikan diriNya hamba semua orang (Rm 15:1-13).